Tren Ekspor Impor ASEAN –  Pasar ASEAN yang dinamis dan terus berkembang menawarkan peluang emas bagi UMKM Indonesia untuk memperluas jangkauan bisnis dan meraih kesuksesan di tingkat regional. Namun, memasuki pasar global bukanlah tanpa tantangan. Persaingan yang ketat, perbedaan regulasi, dan dinamika pasar yang terus berubah dapat menjadi hambatan bagi UMKM. 

Tapi jangan khawatir, dengan pemahaman yang tepat tentang tren ekspor impor ASEAN dan strategi yang jitu, Sahabat Wirausaha dapat mengatasi tantangan ini dan meraih kesuksesan di pasar global. Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif bagi UMKM Indonesia dengan membahas tren ekspor impor ASEAN terbaru, peluang, tantangan, serta strategi jitu untuk meraih kesuksesan. Yuk, simak!


Tren Ekspor Impor ASEAN 2023 Didominasi Singapura

Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) mencatatkan nilai ekspor impor yang signifikan pada tahun 2023 dengan nilai ekspor hampir mencapai 2 triliun dolar AS. Singapura memimpin sebagai eksportir terbesar di kawasan ini, diikuti oleh Malaysia, Vietnam, dan Thailand. 

Data menunjukkan bahwa Singapura memiliki nilai ekspor sekitar 500 miliar dolar AS, jauh melampaui negara-negara ASEAN lainnya. Posisi kuat Singapura ini mencerminkan peran strategisnya sebagai pusat perdagangan dan keuangan global. 

Sementara itu, Indonesia berada di urutan kelima dalam daftar eksportir ASEAN. Meskipun nilai ekspor Indonesia tidak sebesar Singapura, kontribusi Indonesia tetap signifikan terhadap total ekspor ASEAN.

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan dinamika perdagangan yang menarik di kawasan ini. Pertumbuhan ekspor yang kuat di beberapa negara mencerminkan potensi tren ekspor-impor ASEAN yang besar 

Data terbaru juga menunjukkan Singapura sebagai importir terbesar di ASEAN pada tahun 2023, dengan nilai impor mencapai lebih dari 1,7 triliun dolar AS. Angka ini jauh melampaui negara-negara ASEAN lainnya, menegaskan peran Singapura sebagai pusat perdagangan utama di kawasan ini.

Posisi kedua ditempati oleh Malaysia, diikuti oleh Vietnam, Thailand, dan Indonesia.  Sementara itu, negara-negara seperti Brunei Darussalam, Laos, Myanmar, dan Kamboja mencatatkan nilai impor yang relatif kecil. Hal ini mencerminkan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara tersebut, termasuk keterbatasan infrastruktur dan akses pasar.

Data ini menyoroti kesenjangan ekonomi yang signifikan di antara negara-negara ASEAN. Dominasi Singapura dalam impor menunjukkan pentingnya meningkatkan daya saing dan integrasi ekonomi di kawasan ini. 

Baca Juga: Jangan Lewatkan! Peluang Emas Ekspor Produk UMKM ke Brunei Darussalam


Tren Ekspor Impor ASEAN di Produk Pangan Olahan Menurun, tetapi Beras dan Gula Tetap Diminati

Data terbaru menunjukkan tren penurunan impor produk pangan olahan di kawasan ASEAN pada tahun 2023. Namun, beberapa komoditas seperti beras dan gula justru mengalami peningkatan permintaan.

Secara keseluruhan, impor produk pangan olahan di ASEAN turun dari $84,7 miliar pada tahun 2022 menjadi $81,6 miliar pada tahun 2023. Penurunan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasok akibat konflik geopolitik.

Meskipun demikian, impor beras melonjak signifikan dari $2,2 miliar pada tahun 2022 menjadi $4,4 miliar pada tahun 2023. Kenaikan ini kemungkinan didorong oleh meningkatnya kebutuhan pangan pokok di tengah inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Impor gula juga menunjukkan tren positif, naik dari $3,8 miliar pada tahun 2022 menjadi $3,9 miliar pada tahun 2023. Permintaan gula yang tinggi dipicu oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman di kawasan ini.

Di sisi lain, impor beberapa komoditas seperti bungkil minyak dan minyak sawit mengalami penurunan. Hal ini mencerminkan perubahan preferensi konsumen dan dinamika pasar global.


Tren Ekspor Impor ASEAN di Produk Industri Kreatif Meningkat, Perhiasan dan Parfum Mendominasi

Data impor ASEAN tahun 2023 mengungkapkan tren positif pada sektor industri kreatif, dengan nilai impor mencapai $29,3 juta, meningkat 18% dibandingkan tahun sebelumnya. Perhiasan dan parfum menjadi komoditas unggulan yang mendorong pertumbuhan ini.

Perhiasan dari logam mulia mencatatkan nilai impor tertinggi, mencapai $7,5 juta, diikuti oleh parfum dan kosmetik dengan nilai $1,7 juta. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya daya beli masyarakat ASEAN dan preferensi terhadap produk mewah.

Tas tangan juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dengan nilai impor mencapai $2,7 juta. Hal ini sejalan dengan tren fashion global yang terus berkembang dan meningkatnya minat konsumen terhadap aksesori fesyen.

Meskipun demikian, impor barang-barang dari logam mulia lainnya mengalami penurunan, dari $1,4 juta pada tahun 2022 menjadi $1,1 juta pada tahun 2023. Penurunan ini mungkin dipengaruhi oleh fluktuasi harga logam mulia dan perubahan preferensi konsumen.

Baca Juga: Strategi Ekspor Tuna ke Pasar Eropa, Membedah Langkah, Cara, dan Daftar Importirnya


Tren Ekspor Impor ASEAN: Produk Olahan Indonesia Turun, Minyak Sawit Anjlok

Data ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN pada tahun 2023 menunjukkan penurunan nilai pada kategori produk olahan makanan dan produk berbasis agro. Total nilai ekspor kategori ini turun dari USD 9,2 miliar pada tahun 2022 menjadi USD 7,1 miliar pada tahun 2023.

Penurunan paling signifikan terjadi pada ekspor minyak sawit dan fraksinya, yang turun drastis dari USD 3,3 miliar pada tahun 2022 menjadi USD 2,1 miliar pada tahun 2023. Hal ini diduga akibat melemahnya permintaan global dan penurunan harga minyak sawit di pasar internasional.

Sementara itu, ekspor produk olahan makanan lainnya seperti asam lemak industri dan preparasi makanan lainnya relatif stabil dengan sedikit penurunan.

Data ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh industri pengolahan makanan dan produk berbasis agro Indonesia di pasar ASEAN. Penurunan ekspor minyak sawit yang signifikan menjadi perhatian khusus, mengingat komoditas ini merupakan salah satu produk ekspor utama Indonesia.


Ekspor Impor ASEAN: Industri Kreatif Indonesia Meningkat, Perhiasan Jadi Primadona

Indonesia mencatatkan prestasi gemilang dalam ekspor produk industri kreatif ke negara-negara ASEAN pada tahun 2023. Data menunjukkan peningkatan nilai ekspor sebesar 18%, mencapai $1,08 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya.

Perhiasan dari logam mulia menjadi bintang utama dengan nilai ekspor mencapai $661 JUTA, meningkat signifikan dari tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa produk perhiasan Indonesia semakin diminati di pasar ASEAN, baik karena desainnya yang unik maupun kualitasnya yang bersaing.

Selain perhiasan, produk sabun dan produk sejenis juga mengalami peningkatan ekspor, mencapai $83 ribu. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa produk kebersihan Indonesia mampu bersaing di pasar ASEAN yang semakin ketat.

Sementara itu, ekspor parfum dan kosmetik serta sabun cair mengalami sedikit penurunan. Namun, hal ini tidak mengurangi signifikansi pertumbuhan industri kreatif Indonesia di pasar ASEAN secara keseluruhan. Menariknya, produk tas dan koper mencatatkan pertumbuhan pesat, mencapai $16 juta. Hal ini menunjukkan bahwa produk fesyen Indonesia semakin diakui di kancah internasional.

Baca Juga: Dari Hasil Laut Hingga Makanan Olahan, Inilah Peluang Ekspor Indonesia ke Thailand Bagi UMKM


Peluang Emas Tren Ekspor Impor ASEAN: Potensi $47 Miliar Menanti

Asia Tenggara menjadi sorotan sebagai pasar potensial bagi ekspor Indonesia. Data terbaru menunjukkan potensi ekspor ke kawasan ini mencapai $47 miliar, namun realisasi ekspor saat ini baru mencapai USD 36 miliar. Artinya, masih ada peluang senilai $22 miliar yang belum dimanfaatkan oleh para pelaku usaha Indonesia.

Peluang ini tersebar di berbagai sektor, mulai dari produk pertanian, perikanan, hingga manufaktur. Beberapa produk unggulan Indonesia seperti minyak sawit, karet, kopi, dan produk tekstil memiliki permintaan yang tinggi di negara-negara ASEAN.

Selain itu, meningkatnya kelas menengah di Asia Tenggara juga membuka peluang bagi produk-produk konsumen Indonesia seperti makanan olahan, kosmetik, dan fashion.


Peluang Emas Tren Ekspor Impor ASEAN: Vietnam dan Filipina Jadi Pasar Potensial

Data terbaru dari ITC Export Potential Map mengungkapkan potensi ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tenggara yang belum tergarap secara optimal. Vietnam dan Filipina menjadi dua negara dengan potensi pasar yang menjanjikan bagi produk-produk Indonesia.

Vietnam menjadi pasar paling potensial terbesar bagi ekspor Indonesia di Asia Tenggara. Data terbaru menunjukkan potensi ekspor ke Vietnam mencapai $11 miliar, namun realisasi ekspor saat ini baru mencapai $5,7 miliar. Artinya, masih ada peluang senilai USD 6 miliar yang belum dimanfaatkan oleh para pelaku usaha Indonesia. 

Peluang ini tersebar di berbagai sektor, seperti produk makanan dan minuman, tekstil, alas kaki, produk kimia, dan elektronik. Permintaan produk-produk tersebut di Vietnam terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi negara tersebut.

Filipina juga menawarkan potensi ekspor yang besar, dengan potensi mencapai lebih dari $8 miliar. Meskipun realisasi ekspor saat ini sudah cukup tinggi, masih ada ruang untuk pertumbuhan yang signifikan. Realisasi ekspor saat ini baru mencapai $6 miliar. Artinya, masih ada peluang senilai $4,3 miliar yang belum dimanfaatkan oleh para pelaku usaha Indonesia.

Sementara itu, Malaysia dan Thailand juga memiliki potensi pasar yang cukup besar, meskipun tidak sebesar Vietnam dan Filipina. Singapura, meskipun memiliki potensi ekspor yang lebih kecil, tetap menjadi pasar penting bagi Indonesia karena lokasinya yang strategis dan tingkat daya beli masyarakat yang tinggi.

Baca Juga: Membongkar Peluang Ekspor ke Filipina, Panduan untuk UMKM Indonesia


Peluang Emas Tren Ekspor Impor ASEAN: Minyak Nabati dan Pangan Olahan Mendominasi Pasar Asia Tenggara

Data terbaru dari ITC Export Potential Map mengungkapkan potensi besar ekspor Indonesia ke Asia Tenggara, terutama pada sektor minyak nabati dan pangan olahan. Peluang ekspor minyak nabati mencapai nilai tertinggi, disusul oleh produk pangan olahan (processed or preserved), menunjukkan potensi besar yang belum tergarap maksimal.

Minyak Nabati: Indonesia, sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, memiliki keunggulan komparatif dalam sektor ini. Permintaan minyak nabati yang tinggi dari negara-negara Asia Tenggara, terutama untuk industri makanan dan energi, membuka peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor secara signifikan. Potensi ekspor minyak nabati mencapai $5,9 miliar, namun realisasi ekspor saat ini baru mencapai $3,4 miliar. Artinya, masih ada peluang senilai $2,5 miliar yang belum dimanfaatkan oleh para pelaku usaha Indonesia.

Pangan Olahan: Produk pangan olahan Indonesia, seperti makanan ringan, minuman, dan produk makanan kemasan lainnya, juga memiliki potensi besar di pasar ASEAN. Pertumbuhan kelas menengah dan perubahan gaya hidup di kawasan ini mendorong permintaan akan produk-produk pangan olahan yang praktis dan berkualitas. Data terbaru menunjukkan potensi ekspor produk makanan olahan (processed or preserved) Indonesia mencapai $2,6 miliar. Namun, realisasi ekspor saat ini baru mencapai $1,8 miliar, menyisakan potensi sebesar $1 miliar yang belum tergarap.

Peluang di Sektor Lain: Selain minyak nabati dan pangan olahan, sektor-sektor lain seperti alas kaki, pakaian jadi, tekstil sintetis, produk kecantikan, perhiasan, dan produk perikanan juga memiliki potensi ekspor yang cukup besar. Namun, realisasi ekspor saat ini masih jauh di bawah potensi yang ada, menunjukkan peluang yang belum dimanfaatkan.

*

Dalam era perdagangan bebas yang semakin terbuka, Sahabat Wirausaha memiliki peluang emas untuk merambah pasar global, terutama di kawasan ASEAN. Dengan memahami tren ekspor impor, memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas (FTA), dan menerapkan strategi yang tepat, UMKM dapat meningkatkan daya saing dan meraih kesuksesan di pasar internasional.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. ITC Trade Map
  2. ITC Export Potential Map