Berlimpahnya produksi biji-bijian di Indonesia, seperti kopi, jagung, kakao, kedelai, kacang hijau, pinang dan biji-bijian lainnya, selain sebagai pemenuhan kebutuhan konsumsi pribadi, biji-bijian tersebut juga banyak diperjualbelikan di dalam negeri, baik dalam bentuk mentah maupun produk olahan. Lantas, banyak juga yang bertanya-tanya apakah biji-bijian Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk diekspor. Jawabannya adalah YA. Biji-bijian Indonesia memiliki potensi besar untuk diekspor dengan volume produksi dan keberagaman jenisnya. Namun sayang, ekspor biji-bijian Indonesia belum begitu maksimal. Untuk itulah, kita akan membahas terkait potensi biji-bijian Indonesia di pasar ekspor dan apa yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan potensi biji-bijian dalam negeri yang kita miliki.


Produksi Biji-bijian Indonesia

Indonesia dikenal dengan tanahnya yang subur, yang mampu menghasilkan beragam tanaman yang bernilai ekonomis, seperti tanaman-tanaman yang menghasilkan biji-bijian. Berdasarkan laporan Pasar Gabah bulan September 2021, International Grain Council (IGC) menyebutkan total produksi biji-bijian Indonesia, termasuk beras, naik dari perkiraan sebelumnya, yakni 12,4 juta ton. Begitu pula dengan produksi salah satu komoditas kacang tanah, ada optimisme terhadap komoditas tersebut, yang mana produksinya tumbuh sekitar 0,74% pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya yakni 437 ribu ton.

Baca Juga: Tips Petani dan Nelayan Modern Indonesia Menuju Pasar Ekspor

Beberapa komoditas lainnya seperti produksi kopi dan kakao Indonesia tercatat mengalami pertumbuhan produksi yang masih terbilang positif, terhitung tahun 2018-2020. Meskipun memiliki penurunan produksi namun tidak begitu signifikan, dengan rata-rata produksi 750 ribu ton untuk kopi dan 700 ribu ton untuk produksi kakao. Sedangkan untuk komoditas tanaman pangan seperti kacang hijau, Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-Umbian (Balitkabi) Malang menyebutkan bahwa rata-rata produktivitas kacang hijau di daerah Malang sendiri berada di kisaran 1,8 – 2,34 ton per hektar.


Perkembangan Harga Dunia Terhadap Komoditas Ekspor Biji-bijian Indonesia

Harga dunia terhadap komoditas biji-bijian terbilang naik dan mencapai rekor tertinggi di tahun 2021. Seperti harga kedelai dan jagung. Pada penutupan pasar, Kamis (23/12/21), harga kedelai naik ke harga tertinggi sejak Agustus, yakni 30.75 sen (2.29%) menjadi $13.715 per bushel. Begitu pula dengan komoditas jagung yang juga naik ke harga tertinggi pada Desember, yakni naik 3.25 sen (0.54%) menjadi $6.0575 per bushel. Secara umum, kenaikan harga komoditas biji-bijian dunia dipicu oleh cuaca kering yang melanda negara penghasil komoditas biji-bijian terbesar di di dunia, seperti di Amerika Selatan, Brazil dan Argentina.

Baca Juga: Melirik Peluang Bisnis Di Sektor Pertanian Lewat Inovasi

Jika kita mundur pada tahun sebelumnya, beberapa harga komoditas biji-bijian juga mengalami kenaikan beberapa persen, seperti komoditas jagung, gandum, kopi, kakao. Meskipun komoditas kedelai mengalami penurunan harga namun harga komoditas kedelai dunia masih terbilang stabil.


Perkembangan Ekspor Biji-bijian Indonesia

1. Perkembangan Ekspor Secara Keseluruhan

Jika kita melihat perkembangan ekspor Indonesia secara keseluruhan, Per Juli-20, secara pertumbuhan bulanan (mtm) ekspor Indonesia tercatat positif, meskipun secara pertumbuhan tahunan masih terkontraksi karena adanya pandemi COVID-19. Dan secara kumulatif, Ekspor Indonesia secara keseluruhan khsuusnya periode Jan-Jul 2020 masih berada di level negatif dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Membedah Pameran Domestik untuk Produk Pertanian

Sumber: Indonesia Eximbank

Nilai ekspor nonmigas pada Juli 2020 mencapai USD13 miliar, meningkat 13,86% mtm dibandingkan Juni 2020 (USD11,44 miliar) dan turun -5,87% yoy dibandingkan Juli 2019 (USD13,84 miliar). Secara kumulatif periode Januari-Juli 2020, produk nonmigas setidaknya telah berkontribusi 94,81% atau setara USD85,44 miliar, tumbuh -3,96 yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Khususnya pada sektor pertanian yang tercatat lebih stabil dibandingkan sektor lainnya.

2. Perkembangan Ekspor Biji-bijian

Beberapa komoditas biji-bijian Indonesia menjadi komoditas yang diekspor dengan jumlah yang cukup fantastis. Seperti hasil publikasi Kementerian Pertanian yang merilis 7 komoditas utama produk segar tanaman pangan tahun 2014-Juni 2019 yang berhasil di ekspor pemerintah dengan capaian sebesar US$ 436.132.178 atau setara Rp 6 triliun. 4 diantaranya datang dari komoditas biji-bijian yakni jagung, kacang hijau, kedelai dan kacang tanah. Ekspor jagung menempati posisi puncak ekspor dengan persentase 63,34%, disusul kacang tanah dengan persentase sebesar 19,82%.

Baca Juga: Melirik Peluang Bisnis Di Sektor Pertanian Lewat Inovasi

Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya mencatat setidaknya ada 3 negara utama tujuan ekspor kacang hijau Indonesia, yakni Filipina, Cina dan Taiwan. Hal ini karena ekspor ke 3 negara tersebut mencapai 90% dari total ekspor Indonesia sebesar 11.652 ton periode Januari sampai Agustus 2018.

Melansir dari laman Suara.com, tahun 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa di bulan Agustus, Indonesia berhasil meningkatkan nilai ekspor sebesar 20,95 persen secara bulanan atau mencapai US$ 21,42 miliar. Keberhasilan ekspor tersebut nyatanya didominasi oleh ekspor nonmigas, termasuk komoditas biji-bijian. Peningkatan nilai ekspor sangat dipengaruhi oleh naiknya harga dunia atas beberapa komoditas, tidak ketinggalan komoditas biji-bijian.

3. Sisi Baik Lockdown terhadap Ekspor Indonesia

Mengutip dari laman Katadata.co.id, dalam agenda rapat yang dilakukan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama dengan menteri perdagangan, M.Luthfi, ia mengungkapkan bahwa keadaan lockdown di sejumlah negara terdampak Covid-19, membuat nilai komoditas dunia melambung tinggi. Hal ini membawa angin segar bagi Indonesia, yang mana sejumlah harga komoditas andalan Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan di tahun 2021, sehingga nilai ekspor Indonesia juga ikut melambung.

Baca Juga: Menentukan Target Negara untuk Ekspor

Luthfi juga mengatakan bahwa nilai ekspor ke sejumlah negara seperti Cina, Amerika Serikat, India, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Filipina, Thailand dan Taiwan telah berkontribusi setidaknya 75% dari total ekspor nasional. Begitu pula dengan ekspor ke negara non-tradisional yang juga mengalami peningkatan. Meskipun ekspor di kawasan Eropa masih terbilang stagnan, namun secara keseluruhan, kondisi lockdown juga membawa sisi baik untuk ekspor Indonesia.


Pemetaan Pasar dan Peluang Ekspor Biji-bijian Indonesia

1. Negara Tujuan Utama Ekspor Biji-bijian Indonesia

Melansir dari Indonesia Eximbank, terdapat setidaknya 18 negara yang tercatat menjadi negara tujuan utama (atau yang biasa dikenal dengan pasar tradisional) ekspor Indonesia selama 10 tahun terakhir (2010-2019) dengan total pangsa pasar sebesar 84,13%.

sumber: https://www.trademap.org/

  • Kopi

Jika kita melihat lebih rinci untuk beberapa biji-bijian Indonesia yang diekspor ke luar, seperti kopi, kita akan mendapati negara tujuan ekspor kopi tertinggi tahun 2020 adalah Amerika Serikat, seperti pada gambar berikut.

Baca Juga: Kesuksesan Ekspor Hitara Black Garlic Menciptakan Nilai Keunggulan pada Bawangpamer

  • Kakao

Sementara untuk kakao, negara tujuan ekspor tertinggi tahun 2020 adalah Malaysia seperti yang tertera pada gambar berikut :

  • Kedelai

Negara tujuan ekspor kedelai Indonesia pada tahun 2019 terbesar adalah ke Malaysia yang mana mencapai USD 4,52 juta dengan kontribusi sebesar 20,55% dari total nilai ekspor kedelai Indonesia. Produk kedelai yang paling banyak diekspor ke Malaysia adalah dalam wujud olahan yaitu kecap. Sedangkan terbesar kedua adalah kedelai segar tepatnya kacang kedelai bukan untuk benih.

Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor

  • Kacang Hijau

Keberhasilan ekspor kacang hijau di 2 tahun terakhir membuat pemerintah terus mengupayakan ekspor kacang hijau agar bisa ditingkatkan lagi. Adapun negara tujuan utama ekspor kacang hijau adalah Filipina, China, Taiwan, Timor-leste, Singapura, Kuwait, Malaysia, Vietnam. Badan Pusat Statistik juga telah merilis ekspor tanaman pangan tertinggi tahun 2020 datang dari komoditas kacang hijau, seperti yang tertera pada gambar berikut.

2. Pemetaan Pasar untuk Peluang Ekspor

Jika melihat persentase tersebut, peluang ekspor Indonesia sebenarnya masih sangat besar dan memungkinkan untuk bisa menjangkau hingga 100 negara (atau pasar non-tradisional) dengan sebaran wilayah potensi ekspor Indonesia sebagai berikut :

Baca Juga: Apa itu Kegiatan Ekspor?

sumber: ITC, diolah

Berkaitan dengan dampak Covid-19 secara nasional maupun global, ITC (International Trade Center) juga telah memperhitungkan bahwa di tahun 2020, Indonesia memiliki nilai ekspor yang belum termanfaatkan (untapped potential) sebesar USD 94,7 miliar. Tentunya, nilai tersebut dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk kembali meningkatkan dan mengembangkan ekspor khususnya paska pandemi.

Dalam menghitung potensi tersebut, ITC menggunakan metode Export Potential Indicator (EPI) yang merupakan metode pengukuran terhadap komoditas-komoditas ekspor dari suatu negara yang memiliki daya saing tinggi.

EPijk = SupplyikEP X Easinessij X Demandijk

Berdasarkan penghitungan dari (ITC), nilai potensi ekspor (????????????????????) dihitung berdasarkan tiga faktor utama: (i) supply potensial (SupplyikEP); (ii) Kemudahan dalam berdagang (Easinessij), dan (iii) Permintaan Potensial (Demandijk).

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Kopi

Supply potensial (potential supply) adalah perkiraan kemampuan suatu negara dalam memasok komoditas tertentu berdasarkan proyeksi kemampuan ke depan serta keuntungan-keuntungan seperti preferensi tarif yang dimiliki. Sementara, kemudahan dalam berdagang (easiness to trade) yaitu perbandingan secara relatif antara ekspor untuk komoditas tertentu ke negara tujuan dengan ke dunia. Sedangkan, permintaan potensial (potential demand) adalah perkiraan permintaan dengan melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor yang menguntungkan/merugikanbagi suatu negara ketika ingin mengambil pasar di negara importir.


Diversifikasi Komoditas

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh fakta bahwa potensi ekspor Indonesia yang belum termanfaatkan tersebar di berbagai kawasan baik di negara-negara tradisional maupun non-tradisional. Secara sekilas bahwa memang terlihat nilai potensi ekspor Indonesia sebagian besar masih berada di kawasan-kawasan mitra dagang tradisional seperti Asia Timur, ASEAN, Eropa Barat, Amerika Utara, dan sebagian negara Asia Selatan, namun apabila diperhatikan secara lebih detail bahwa peluang di kawasan-kawasan mitra dagang non-tradisional tidak bisa diabaikan karena rasio potensi ekspor yang belum termanfaatkan masih cukup sangat besar.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Teh

Umumnya di kawasan Asia Selatan, Amerika Latin, Timur Tengah, Kawasan Afrika, Kawasan Pasifik (selain Australia), Eropa timur dan Asia Tengah, Indonesia memiliki potensi ekspor di beberapa komoditas seperti minyak nabati, makanan olahan dan produk kakao. Dalam hal ini, untuk meningkatkan nilai ekspor, Indonesia Eximbank, mereka mencoba mengidentifikasi peluang ekspor Indonesia dengan diversifikasi komoditas-komoditas yang selama ini belum terlalu banyak diekspor namun berpeluang untuk diekspor, khususnya komoditas biji-bijian seperti kacang lentil dan kacang merah.


Meraih Peluang Ekspor Biji-bijian dengan Produk UMKM Berkualitas

Berdasarkan pemaparan di atas, kita dapat melihat peluang yang cukup besar untuk mengembangkan usaha terutama dengan produk UMKM di kancah regional, nasional hingga internasional, baik itu melalui produk biji-bijian utuh atau turunannya maupun dalam bentuk makanan olahan.

Baca Juga: Potensi Impor: ASEAN

Peluang ekspor biji-bijian utuh juga terbilang sangat besar, seperti kacang hijau yang menempati posisi 2 dari 7 komoditas utama produk segar tanaman pangan tahun 2014-Juni 2019 yang memilki nilai ekspor tinggi setelah jagung. Tahun 2021, kacang hijau asal Gresik juga berhasil diekspor dengan total ekspor sebesar 1000 ton ke Filipina. Hal ini tentu menjadi sinyal positif bagi Indonesia untuk terus mengembangkan dan meningkatkan ekspor kacang hijau ke berbagai negara.

seperti biji pinang asal Kalimantan Barat (Kalbar). Kementerian Pertanian bahkan mengungkapkan bahwa ekspor biji pinang Kalbar meningkat di tahun 2019. Untuk tujuan negara Thailand sendiri, sebanyak 162 ton biji pinang berhasil di ekspor. Pasar biji pinang sendiri cukup luas, yakni India, Bangladesh, Myanmar, Iran, Afganistan dan China. Namun, sejatinya, peluang ekspor biji pinang dapat lebih optimal jika selain dikirim dalam bentuk mentah, juga bisa dalam bentuk produk olahan. Dengan begitu nilai ekspor biji pinang dapat menjadi lebih maksimal.

Baca Juga: Membedah Pameran Internasional dari Pemerintah Indonesia

Atau seperti kakao yang juga berpeluang besar untuk diekspor ke luar negeri. Menurut Kasdi Subagyono, Direktur Jenderal Perkebunan, pihaknya mengatakan ada peluang ekspor yang cukup besar di kawasan Uni Eropa, terutama untuk produk kakao olahan yang memiliki nilai lebih tinggi dari sekedar biji kakao. Menurutnya, konsumsi cokelat dalam bentuk padat maupun dalam bentuk minuman menjadi barang konsumsi wajib bagi orang Eropa selain kopi dan kue.

Hal di atas tentunya dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku UMKM untuk dapat membuat produk olahan berbahan dasar biji-bijian yang tentunya berkualitas sehingga produk tersebut dapat diekspor ke berbagai negara. Produk-produk UMKM yang sudah ada pun memiliki peluang ekspor. Misalnya seperti gambar di bawah ini yang merupakan produk UMKM berupa Biji-bijian Organik Berkecambah. Produk ini pastinya memiliki peluang besar untuk bisa dikembangkan hingga ke luar negeri.

Baca Juga: Cost and Freight (CFR)

Sebenarnya meraih peluang ekspor dengan produk UMKM juga bisa dilakukan dengan produk makanan olahan berbahan dasar biji-bijian. Misalnya seperti kisah seorang wanita asal Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), bernama Sayuk Wibawati (45) yang berhasil membuat produk berupa kue kering yang berbahan dasar biji-bijian dan diberi nama ‘Nutsafir Cookies’. Hal ini bermula ketika ia menyadari akan potensi biji-bijian yang dihasilkan di daerahnya, yaitu NTB sangat berlimpah. Biasanya biji-bijian di sana hanya untuk keperluan masak atau sebatas digoreng. Ia kemudian mendapatkan ide untuk mencoba membuat kue kering berbahan dasar biji-bijian seperti kacang hijau, kacang merah, kacang mete, biji kopi, biji jagung, kacang melinjo, dan kacang lebui. Alhasil, ia berhasil membuat kue tersebut dan dapat diterima di masyarakat. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya juga, ia dapat meraih ratusan juta tiap bulannya.

Produk makanan olahan lainnya seperti gambar di bawah ini, yakni produk Emping Udang Ny Siok yang terbuat dari melinjo kemudian diberi sentuhan lain agar memiliki rasa yang lebih khas yaitu penambahan udang ke dalamnya. Tentunya makanan olahan seperti di atas juga memiliki peluang untuk bisa diekspor, mengingat potensi ekspor biji-bijian Indonesia yang cukup besar.

Baca Juga: Cost, Insurance, dan Freight (CIF)


Kesimpulan

Ulasan terkait potensi ekspor biji-bijian memberikan kita kesadaran bahwa sebenarnya peluang ekspor biji-bijian itu jelas ada dan bisa dibilang cukup besar. Segala pemaparan di atas juga memberikan peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah khususnya para petani dan pelaku UMKM Indonesia untuk dapat membuat dan berinovasi terhadap komoditas biji-bijian agar menjadi produk yang lebih berkualitas sehingga dapat diekspor ke banyak negara, dan yang menjadi catatan bersama adalah, selain dalam bentuk mentah, ternyata produk biji-bijian dalam bentuk olahan memiliki peluang ekspor yang sama dengan bentuk mentah bahkan bisa lebih dari yang dibayangkan. Karenanya sekali lagi saya menyarankan kepada pelaku UMKM agar dapat juga memberikan fokusnya pada produk olahan berbahan dasar biji-bijian.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.