Gambar diambil dari livingabroad.com
Kebijakan perdagangan bebas saat ini membuat peluang maupun hambatan bagi pelaku UKM. Dengan adanya ini, pelaku UKM dapat lebih terbuka untuk melakukan ekspor serta dapat dengan mudah mengadopsi teknologi/mesin dari luar negeri. Namun, produk-produk impor mengancam persaingan dalam negeri kita, apalagi produk murah misalnya dari China atau produk dengan brand ternama internasional.
Sangat disayangkan bahwa pelaku UKM di Indonesia, yang berkontribusi terhadap 97% lapangan kerja dan 60% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara, masih belum mampu memanfaatkan perdagangan bebas ini. Hal ini dibuktikan dengan malah terus menurunnya kontribusi UKM terhadap total ekspor di Indonesia, dari 18.5% pada 2005 menjadi 14% saat ini. Bukankah pelaku UKM harusnya meningkat kontribusi ekspornya dengan adanya perdagangan bebas ini, kenapa malah sebaliknya?
Apalagi yang paling menyedihkan ketika kita membandingkan kontribusi ekspor UKM Indonesia dengan rata-rata kontribusi ekspor UKM di negara maju lainnya (seperti Amerika Serikat, China, Inggris, Jepang) yang mencapai 30-38% dan di negara ASEAN sebesar 23%. Jadi sebenarnya apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi untuk meningkatkan kontribusi ekspor UKM Indonesia?
Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Global Kemasan dan Label
Penelitian yang Dilakukan kepada UKM
Artikel ini mencoba menjawab masalah yang kita bahas di atas berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Dian Revindo dari LPEM FEB Universitas Indonesia bekerjasama dengan Lincoln University. Mereka mencoba untuk meneliti faktor apa sajakah yang mempengaruhi keputusan dan kemampuan pelaku UKM Indonesia untuk melakukan ekspor secara langsung (ekspor tanpa perantara eksportir, trader, atau jasa undername).
Data penelitian dikumpulkan dari 271 UKM yang sudah melakukan ekspor dan 226 UKM yang belum melakukan ekspor (114-nya memiliki niat untuk melakukan ekspor). Industri yang dilakukan pada sampel UKM juga beragam pada lebih dari 10 sektor produk, dari pertanian, makanan, tekstil/garmen, kerajinan, sampai komponen mesin. Lalu, lokasi penelitian dilakukan di tujuh provinsi di Jawa sampai Bali. Sehingga, hasil penelitian ini cukup bervariasi untuk mewakili pelaku UKM di Indonesia.
Disini diteliti berbagai faktor kepada UKM yang dapat mempengaruhi partisipasi ekspor secara langsung. Secara keseluruhan, terdapat tiga kategori faktor yang diteliti dan ditanyakan terhadap sampel UKM tersebut, yaitu
- Karakteristik UKM: terdiri dari berbagai karakteristik pemilik dan karakteristik usaha.
- Faktor Pendukung Ekspor: terdiri dari layanan dukungan, koneksi/jaringan, dan lainnya
- Faktor Penghambat Ekspor: terdiri dari berbagai jenis hambatan ekspor seperti dalam tarif (bea ekspor-impor), non-tarif (seperti persyaratan teknis), dan lainnya.
Penasaran dengan hasil penelitiannya? Yuk kita lihat selanjutnya apa hasil yang bisa kita petik untuk bisa sukses ekspor.
Baca Juga: Membedah Penggunaan Analisis SWOT pada UKM
Pengalaman dan Skala Usaha Terbukti Meningkatkan Ekspor UKM
Di penelitian ini ditemukan bahwa pengalaman usaha (dilihat dari lamanya menjalani usaha) dan skala usaha (dilihat dari jumlah omzet dan karyawan) secara positif mempengaruhi kemungkinan untuk berhasil berpartisipasi di pasar ekspor.
Pelaku UKM yang lebih matang dalam lamanya menjalani usaha kemungkinan memiliki modal dan kesempatan pembiayaan yang lebih besar. Lalu, makin besarnya usaha juga biasanya lebih terstruktur dalam organisasi dan pengambilan keputusan. Mereka juga lebih mampu dalam menetapkan rencana untuk bertumbuh dan mengembangkan pasar. Selain itu, usaha yang skalanya lebih besar kemungkinan memiliki kemampuan lebih baik dalam mengembangkan produk dan memenuhi persyaratan/standar dari importir atau pembeli.
Oleh karena itu, sahabat UKM jika masih baru menjalani usaha, apalagi skala usahanya masih tergolong mikro, jangan terburu-buru untuk melakukan ekspor. Tingkatkan selalu pengalaman dan skala usaha sampai mumpuni sebelum memulai ekspor. Pertimbangkan juga untuk melakukan ekspor secara tidak langsung jika belum sepenuhnya siap. Namun, ini bisa jadi terkecuali jika sahabat UKM benar-benar memiliki produk dengan nilai keunggulan sangat tinggi atau memiliki koneksi/jaringan yang kuat di negara tujuan.
Baca Juga: Menentukan Unique Selling Proposition
Sebagai tambahan, di penelitian ini ternyata faktor umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan pemilik usaha tidak terbukti mampu meningkatkan ekspor. Jadi, sahabat UKM tidak perlu khawatir bahwa kesuksesan ekspor ini masih membuka kesempatan yang sama bagi yang tua dan muda, laki-laki dan perempuan, bahkan untuk sarjana maupun tidak.
Pengalaman Kerja Internasional Terbukti Meningkatkan Ekspor UKM
Penelitian ini menemukan bahwa UKM terbukti secara sangat signifikan berpartisipasi di pasar ekspor, jika pemilik usahanya pernah bekerja di luar negeri, bekerja di perusahaan multinasional (MNC), atau bekerja di perusahaan ekspor. Akan tetapi, ini tidak terbukti pada pengalaman studi dan training di luar negeri dari pemilik usaha.
Pemilik UKM dengan pengalaman kerja internasional biasanya memiliki pengetahuan lebih baik pada negara tujuan ekspor misalnya bahasa, budaya, praktik kerja, dan regulasi. Bahkan, mereka juga biasanya memiliki kontak bisnis di negara tujuan sehingga dengan mudah menemukan pembeli/importir potensial.
Bagi sahabat UKM yang tidak memiliki pengalaman kerja internasional, janganlah berkecil hati. Intinya disini sebenarnya adalah pengetahuan dan koneksi/jaringan di negara tujuan ekspor. Jika sudah yakin pada suatu negara tujuan ekspor, belajarlah segalanya tentang negara itu. Kita juga bisa belajar dari pengalaman sukses usaha ekspor lainnya di negara tersebut. Bahkan, kita pun bisa memperbanyak kontak bisnis dari manapun apalagi di era digital ini.
Baca Juga: Menerapkan Pelabelan (Labelling) yang Layak dalam Standar Ekspor
Pangsa Pasar Produk Terbukti Meningkatkan Ekspor UKM
Kecenderungan peningkatan ekspor secara signifikan ditemukan jika UKM memproduksi produk dengan pangsa pasar tinggi pada total ekspor nasional Indonesia. Fenomena penemuan ini bisa jadi dikarenakan UKM lebih mudah untuk mengekspor produk-produk yang diminati dari Indonesia. Pelaku UKM juga biasanya mengikuti/meniru dalam mengekspor produk yang sudah jelas laku di pasar ekspor.
Di sisi lain, penurunan ekspor malah ditemukan signifikan terjadi pada UKM yang berlokasi di provinsi yang memiliki pangsa pasar besar pada total ekspor Indonesia. Ini dapat terjadi ketika suatu provinsi tersebut sudah didominasi oleh eksportir atau trader dengan skala usaha besar, sehingga para pelaku UKM disini lebih memilih untuk menjual produknya ke mereka daripada mengekspornya secara langsung.
Maka dari itu, sahabat UKM haruslah pintar-pintar memilih produk untuk diekspor. Lihat pola perdagangan ekspor Indonesia, manakah produk kita yang laris terjual di pasar ekspor. Tetapi, berhati-hatilah jika di wilayah kita sudah banyak pemain besar yang mengekspor produk yang sama, maka bisa jadi sulit untuk melakukan ekspor secara langsung. Dalam kasus ini, pertimbangkan juga untuk mengekspor secara tidak langsung dengan menjualnya ke eksportir besar tersebut atau berkonsolidasi dengan mereka. Menurut saya ini sama baiknya karena cara ini kita masih berkontribusi terhadap ekspor Indonesia.
Baca Juga: Jitu Membidik Peluang Pasar dan Target Negara Ekspor
Layanan Dukungan Terbukti Meningkatkan Ekspor UKM
UKM ditemukan secara signifikan memiliki kemungkinan tinggi untuk ekspor jika mendapatkan dukungan dari instansi pemerintah pusat. Layanan dukungan yang dimaksud meliputi konsultasi pada promosi, manajemen bisnis, keuangan, dan pengembangan produk UKM. Tidak hanya itu, layanan dukungan dari pihak non-pemerintah juga ditemukan signifikan meningkatkan ekspor UKM termasuk dari pihak informal (misal keluarga, teman, rekan kerja, dan komunitas diaspora Indonesia) dan dari instansi formal (seperti asosiasi bisnis, BUMN, perusahaan swasta, universitas, lembaga penelitian).
Anehnya, layanan dukungan dari pemerintah daerah tidak ditemukan signifikan untuk meningkatkan kecenderungan ekspor UKM, berbeda dengan pengaruh dukungan pemerintah pusat. Hasil ini bisa jadi disebabkan dukungan pemerintah lokal lebih berorientasi ke pasar domestik, sedangkan dukungan pemerintah pusat bisa menghasilkan peluang yang lebih baik bagi UKM di pasar global.
Jadi, jika sahabat UKM memang mau melakukan bisnis ekspor secara langsung dengan serius, segeralah cari dan hubungi layanan dukungan dari pemerintah pusat. Jangan hanya terbatas mengandalkan dukungan dari pemerintah daerah. Sebaiknya baca juga artikel Tingkatkan Akses Pasar dengan Layanan Pendukung ini.
Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor
Persepsi Hambatan Terbukti Menurunkan Ekspor UKM
Sebaliknya, partisipasi ekspor UKM ditemukan terhambat secara signifikan jika mereka merasa kesulitan dalam mengatasi berbagai hambatan meliputi dalam tarif, non-tarif, informasi, SDM, distribusi, logistik, promosi, lingkungan bisnis, prosedur, konsumen, dan kompetisi di negara tujuan ekspor. Kabar baiknya, ini tidak terbukti berlaku secara signifikan pada hambatan dalam produk, keuangan, harga, serta birokrasi pemerintah (di dalam negeri maupun di negara tujuan ekspor).
Dengan mengetahui ini, sahabat UKM sebaiknya lebih mempelajari bagaimana mengatasi berbagai hambatan di atas yang terbukti secara signifikan. Apalagi dengan banyaknya perjanjian perdagangan bebas yang sudah berhasil disepakati oleh ASEAN dan Indonesia dengan banyak negara lain, harusnya sudah mengurangi hambatan-hambatan tersebut. Tinggal bagaimana pelaku UKM memahami memanfaatkan fasilitas perdagangan bebas ini.
Baca Juga: Tips Jitu Untuk Sukses di Pameran Internasional
Itulah berbagai faktor yang ditemukan dalam penelitian ini yang dapat meningkatkan partisipasi ekspor. Kita dapat mengambil beberapa tips untuk sukses melakukan ekspor dari faktor-faktor tersebut. Yuk kita rangkum lagi apa yang bisa dilakukan:
- Tingkatkan pengalaman dan skala usaha sebelum memulai ekspor.
- Miliki pengalaman kerja internasional untuk memperbanyak pengetahuan dan kontak bisnis di negara tujuan ekspor. Alternatifnya, bisa juga belajar dari eksportir besar lainnya atau pergunakan platform digital.
- Pilihlah produk Indonesia yang banyak diminati atau laris di pasar ekspor, yang bisa dilihat dari pola perdagangan. Namun, jika di wilayah usaha kita sudah banyak eksportir besar dengan produk yang sama, pertimbangkan pula untuk ekspor tidak langsung atau konsolidasi dengan mereka.
- Manfaatkanlah layanan dukungan dari pemerintah pusat maupun non-pemerintah untuk berkonsultasi.
- Belajarlah mengatasi segala hambatan ekspor, yang bisa dari mempelajari fasilitas perdagangan bebas yang sudah dijalankan.
Pada dasarnya berbagai faktor tersebut berujung pada pengetahuan dan koneksi/jaringan yang harus diprioritaskan oleh sahabat UKM yang berniat sukses dalam ekspor. Jadi, sahabat UKM seharusnya terus belajar tentang ekspor dan negara tujuan. Mencari pengetahuan juga dilakukan tidak lepas dengan menambah koneksi/jaringan, yaitu dengan pihak pemerintah maupun non-pemerintah yang mampu membantu dalam ekspor. Segeralah kontak langsung layanan dukungan dari pemerintah pusat terhadap ekspor. Lalu, segeralah berpartisipasi dan perbanyak jaringan dengan asosiasi bisnis, perusahaan swasta maupun BUMN, universitas, lembaga penelitian, supplier, distributor, dan komunitas diaspora di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: Meningkatkan Daya Saing Ekspor dengan Mengkomunikasikan Prinsip ‘Sustainability’
Sekian artikel ini yang diinspirasi tulisan dari para peneliti disini, namun dilengkapi juga oleh opini saya pribadi. Semoga artikel ini mampu bermanfaat bagi UKM untuk tahu langkah ke depannya.
Tidak ada yang tidak mungkin bagi sahabat UKM untuk dapat sukses melakukan ekspor. Jika memang kondisi sahabat UKM masih jauh dari faktor dan tips yang dibahas disini, janganlah berkecil hati. Ingat, hasil penelitian ini hanya mencakup untuk ekspor secara langsung. Sahabat UKM masih juga bisa melakukan ekspor secara tidak langsung melalui eksportir, trader, atau jasa undername yang dapat dibantu segala persiapan dan persyaratannya. UKM pasti bisa meningkatkan kontribusi ekspor.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Referensi: Revindo (2019): Factors Affecting Propensity to Export: The Case of Indonesian SMEs