Sell Home & Garden - IndonesiaStoreTW

Mungkin, sampah yang paling mudah kita lihat dan kita merasa itu bisa didaur ulang dan terurai adalah kertas. Kertas sangat mudah kita jumpai mulai dari rumah, pasar, sekolah, dan perkantoran. Kertas yang bahan dasarnya berasal dari kayu sangat banyak dan menumpuk di mana pun.

Namun, kita kadang suka merasa bahwa kertas tersebut berbahan dasar kayu dan merasa bahwa itu tidak menjadi sampah. Namun, tahukah kita bahwa berapa banyak pohon yang kita tumbangkan demi membuat kertas? Lalu, kertas tersebut kita pakai kemudian kita jadikan sampah yang menggunung. Sungguh naas nasib pohon tumbang tersebut.

Baca Juga: Pelatihan dan Pendampingan Bagi Pengusaha Perempuan


Belajar dari Salam Rancage

Berbeda dengan yang lainnya, sebuah bisnis berasal dari sampah. Bisnis tersebut bermula dengan adanya Bank Sampah di Sekolah Alam Bogor pada tahun 2009 silam. Program ini awalnya diinisiasi untuk memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa masyarakat dapat mengambil langkah untuk melestarikan lingkungan dengan bergabung pada program bank sampah melalui pengumpulan dan pemilahan sampah. Akhirnya banyak pihak yang tertarik untuk bergabung dengan program tersebut dan mengumpulkan sampah untuk dapat mengubahnya menjadi uang.

Sampah-sampah tersebut akhirnya menimbulkan ide. Sampah tersebut akhirnya dicoba untuk dijadikan kerajinan tangan. Karena ketersediaannya yang cukup banyak, koran dijadikan bahan utama dalam melakukan eksperimen untuk membuat kerajinan. Kerajinan tersebut dibuat menjadi berbagai macam bentuk.

Baca Juga: Manfaat dan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan bagi Usaha

Dengan jumlah percobaan yang banyak, akhirnya mereka mendapatkan sebuah teknik yang pas untuk mengolah kembali sampah koran. Mereka pun terkagum atas pekerjaannya tersebut. Kerajinan tersebut pun dipasarkan dan mendapatkan banyak apresiasi dari para pembeli. Para pembeli senang karena mereka kreatif dan kerajinannya sangat cantik. Kemudian, para pembeli tersebut menyebarkan berita tersebut.

Setelah bisnis kerajinan tersebut semakin dilirik masyarakat dan memiliki pasar yang lumayan, bisnis tersebut didirikan dengan nama Salam Rancage. Bisnis ini pertama kali digagas oleh Aling Nur Naluri dan A.A.I. Tri Dewi Permana pada tahun 2012.

Rencana untuk membesarkan bisnis ini pun dilakukan. Langkah yang paling utama ditempuh adalah dengan merekrut lebih banyak tenaga kerja. Tenaga kerja pun mulai dibidik dengan mencari para warga sekitar di Desa Sindangsari, Bogor yang dekat dengan tempat mereka bekerja.

Desa tersebut awalnya sangat mengherankan karena banyak sekali masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan yang mana pengeluarannya kurang dari Rp 25.000 sehari. Kebanyakan dari mereka hanya hidup dari menjadi buruh yang dibayar secara sukarela.

Salah satu warganya bahkan hanya mendapatkan Rp5.000 dari hasil jerih payahnya mengupas singkong sebesar 50 kg. Segala macam tenaga dan waktu yang dikerahkan olehnya hanya dibayar demi sedikit uang untuk menghidupi keluarganya. Ini hanya satu contoh dari berbagai macam cerita dari warga yang tinggal di sana.

Dengan adanya kondisi perekonomian yang kurang beruntung tersebut. Membuat Salam Rancage membangun bisnis dengan sedikit berbeda. Bisnis mereka dibangun dengan menerapkan tujuan yaitu untuk mendapatkan keuangan, membangun sosial, dan menciptakan lingkungan yang harmonis pada mereka yang diberdayakan, para pengrajin.

Baca Juga: Kerajinan, Komoditas Unggulan Indonesia yang Berpotensi Ekspor

Kebanyakan dari mereka adalah ibu rumah tangga dengan penghasilan rendah. Bisnis mereka pun akhirnya saat ini memiliki 2 lokasi utama yaitu Sindangsari, Bogor dan Palmerah, Jakarta Barat di mana lokasi tersebut banyak rumah tangga dengan penghasilan rendah.

Harmonis dalam keuangan diindikasikan dengan kemampuan para masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, tidak hanya dari segi materi namun juga dari segi perilaku mental. Salam Rancage selain memberikan penghasilan tambahan untuk para masyarakat, namun juga mengajari mereka bagaimana untuk mengelola pengeluaran rumah tangganya.

Harmonis sosial berarti masyarakat dapat memupuk modal sosial dan memiliki inisiatif untuk dapat berkontribusi dalam memecahkan masalah sosial pada lingkungan sekitar. Terakhir, harmoni dalam lingkungan artinya, masyarakat dapat memiliki rasa dan perspektif bahwa lingkungan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan, sehingga lingkungan diperlakukan sebagai bagian dari masyarakat yang harus dirawat dan dijaga demi keberlangsungan keharmonisan sehingga nantinya Salam Rancage dapat menjalankan bisnis yang mementingkan 3 aspek penting kepedulian yaitu peduli keuangan, peduli masyarakat, dan peduli lingkungan.

Baca Juga: Ragam Bentuk Pelestarian Lingkungan Untuk UMKM

Dalam melakukan usahanya, pemberdayaan para perempuan sangat diutamakan. Para pendiri melakukan desain produk yang kemudian diajarkan kepada para pengrajin bagaimana dapat menggunakan koran bekas menjadi barang yang sesuai dengan prototipenya. Namun, Salam Rancage sangat memperhatikan para pengrajinnya.

Para pengrajin kebanyakan merupakan para ibu rumah tangga yang memiliki tanggung jawab untuk mengerjakan urusan rumah tangga dan merawat anak. Dengan kondisi tersebut, Salam Rancage merancang agar para ibu tersebut dapat melakukan kegiatannya di rumah sekaligus membuat kerajinan.

Para pengrajin akan mendapatkan pekerjaan tergantung dari permintaan dari pasar atau pembeli. Ketika pesanan datang, para pengrajin akan dihubungi dan diberikan petunjuk untuk membuat barang tersebut.

Kemudian, para pengrajin akan melakukan penganyaman di rumah kemudian akan dibayar berdasarkan kualitas dan kuantitas dari barang yang mereka hasilkan. Pembayarannya tersebut dilakukan melalui tabungan yang mereka dapat ambil kapan saja mereka inginkan.

Pembedayaan yang dilakukan oleh Salam Rancage sangat membutuhkan waktu dan tenaga. Semua dimula dengan memberikan pandangan dan menanamkan pola pikir bahwa para pengrajin merupakan para manusia yang memberikan manfaat bagi keluarga maupun masyarakat. Para pengrajin juga diberikan beberapa bantuan untuk dapat membangun kapabilitasnya seperti program kepemimpinan, organisasi, dan juga pelatihan perencanaan keuangan. Sehingga, para ibu dapat mendapatkan pengetahuan baru dan juga penghasilan.

Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah Lingkungan

Baca Juga: Naruna Ceramic: Strategi Survive di Saat Pandemi

Bank sampah yang merupakan awal dari semua ini, juga tak luput dari mata. Tetap ada dan menjadi salah satu sarana untuk masyarakat dapat peduli sebagai makhluk hidup untuk bisa bertanggung jawab dalam mengelola dan memilah sampah yang dihasilkan. Lingkungan menjadi bersih, dan bisnis mendapatkan keuntungan dari sampah dan limbah yang ada.

Perjuangan untuk mengelola limbah tidak hanya sampai situ. Pada tahun 2018, Kompas Gramedia berpartisipasi dalam sebuah acara yaitu Indonesia Philantrophy Festival (FiFest 2018). Acara tersebut diselenggarakan di JCC Senayan pada tanggal 17 November 2018. Pada kesempatan tersebut, Kompas Gramedia menggandeng Salam Rancage sebagai mitra untuk melakukan program tanggung jawab sosial yang berada di bawah Corporate Communication.

Salam Rancage dan Kompas Gramedia berkolaborasi untuk membangun Kampung Koran yang mana merupakan pusat kerajinan dari koran. Pada program tersebut para pengrajin menampilkan keterampilannya langsung di depan para pengunjung bagaimana mengubah sampah koran menjadi berbagai macam kerajinan yang bedaya nilai jual.

Baca Juga: Beberapa Skema Transformasi Untuk Menjadi Bisnis yang Lebih Bertanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Baca Juga: Jawa Classic, Mengulik Limbah Menjadi Apik dan Menarik

Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional juga sempat berkunjung dan melihat bagaimana kerajinan koran tersebut. Sang pendiri Salam Rancage, Aling Nur Naluri juga menjadi pengisi salah satu acara di panggung FiFest 2018 tersebut.

Aling menjelaskan bahwa produk kerajinan Kampung Koran merupakan anyaman dari kertas koran bekas. Produk-produk tersebut juga telah dipasarkan sampai mancanegara seperti Amerika Serikat dan laku di beberapa hotel.

Epilog:

Sampah yang dilihat sekitar hanya menjadi barang tidak berguna nampaknya akan menjadi berguna jika dikelola dengan semangat peduli lingkungan. Salam Rancage membuktikan bahwa profit, masyarakat dan lingkungan dapat menjadi satu kesatuan. Bisnis lestari sangat menguntungkan dan memberikan manfaat banyak pihak. Lalu mengapa kita tidak mencoba membangun bisnis yang lestari?

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. https://salamrancage.com
  2. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/11/18/00415171/kompas-gramedia-usung-kampung-koran-di-indonesia-philantrophy-festival.