Kisah Inspiratif Ladang Lima – Salah satu hasil bumi Indonesia yang jumlahnya melimpah adalah singkong. Sebagai salah satu komoditas pangan, singkong dapat ditemui di hampir seluruh wilayah nusantara. Sayangnya, komoditas yang seharusnya mendukung ketahanan pangan nasional ini sering kali hanya diolah seadanya atau menjadi makanan tradisional yang monoton. Tak heran jika nilai ekonomi dari produk olahan singkong kurang optimal. 

Di tangan Annisa Pratiwi dan Raka Bagus Vinaya, singkong naik kelas. Pasangan suami istri ini mampu mengolah singkong menjadi produk tepung bebas gluten dengan brand Ladang Lima. Produk berkualitas yang nilai ekonominya lebih tinggi dan menyehatkan. Bagaimana pasangan ini memulai bisnisnya hingga berkembang hingga saat ini? Yuk simak kisah inspiratifnya pada artikel Tips Bisnis kali ini. 


Keresahan yang Memunculkan Ide Bisnis

Hasil panen singkong yang melimpah setiap tahun dari kebun keluarga, menimbulkan kebahagiaan sekaligus keresahan dalam diri Annisa Pratiwi dan Raka Bagus Vinaya. Bahagia karena hasil panen jelas mendatangkan cuan, namun juga resah atas berlimpahnya singkong yang dihasilkan tidak serta-merta meningkatkan penghasilan masyarakat terutama petani singkong di daerah Jawa Timur. 

Maklum saja, selama ini singkong yang dipanen kebanyakan hanya diolah menjadi makanan tradisional yang umum di pasaran. Sebut saja keripik, mie, bakpao, atau hanya sekadar digoreng dan dikukus seadanya. Produk olahan singkong tersebut nilai ekonominya masih tergolong rendah, karena harganya cenderung murah. 

Annisa ingin agar komoditas singkong yang melimpah di daerahnya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Menurutnya, singkong sebagai salah satu jenis pangan lokal, seharusnya bisa menjadi bagian penting dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Karena itu, singkong harus bisa diolah menjadi suatu produk kekinian yang diminati oleh semua kalangan, dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 

Dibuat tidak nyaman dengan keresahan tersebut, Annisa dan suami berpikir keras untuk menjadikan singkong naik kelas, sehingga manfaatnya tidak lagi dipandang sebelah mata. Setelah melakukan riset yang mendalam tentang singkong, mereka memutuskan untuk mengolah singkong menjadi tepung bebas gluten. Produk tersebut dipasarkan dengan brand Ladang Lima

Baca Juga: Ide Bisnis Hari Raya Idul Fitri, 7 Bisnis Modal Kecil yang Bakal Laku di Momen Hari Raya


Mengolah Singkong Menjadi Produk yang Naik Kelas

Ladang Lima dikenal sebagai brand produk tepung singkong bebas gluten yang digunakan sebagai bahan dasar membuat makanan yang lebih sehat. Kini, Ladang Lima telah berhasil menarik minat semua kalangan untuk menikmatinya. Varian produk yang beragam mulai dari tepung serba guna, premix, pancake, mie sayur, cookies, hingga pasta yang pastinya juga bebas gluten sehingga memberikan pilihan yang lengkap bagi pasar. 

Berawal dari keresahan dari makanan yang dikonsumsi buah hatinya, Annisa bercita-cita untuk bisa membuat produk makanan sendiri yang lebih menyehatkan, tanpa harus impor. Dalam cakupan lebih luas, Annisa juga ingin singkong sebagai komoditas pangan dapat diolah menjadi produk yang berbeda sehingga naik kelas. 

Melalui riset yang dilakukan lebih dari 1 tahun, pasutri ini menemukan bahwa singkong dapat diolah menjadi tepung bebas gluten sehingga lebih menyehatkan untuk dikonsumsi. Tepung terigu berbahan dasar singkong berbeda dengan tepung tapioka baik dari bahan baku yang digunakan maupun proses produksinya. Tepung tapioka menggunakan sari pati singkong, sedangkan tepung terigu bebas gluten menggunakan singkong yang diolah sedemikian rupa dan mengalami proses fermentasi, sehingga kandungan fibernya masih tinggi.  

Berbekal hasil penelitian yang dilakukan tersebut, Annisa dan Raka bertekad untuk memulai bisnis dengan produk unggulan tepung singkong bebas gluten dengan merek dagang Ladang Lima pada 2013. Nama Ladang Lima yang digunakan sebagai brand bisnis memiliki filosofi tersendiri. 

Ladang berarti lahan yang menjadi area menanam tanpa pengairan. Sementara Lima merujuk pada 5 manfaat dari olahan singkong yang menjadi produk unggulannya, yaitu kaya nutrisi, tanpa pewarna buatan, tanpa pemanis buatan, tanpa rasa buatan, dan pastinya tanpa bahan pengawet. Pemilihan nama brand Ladang Lima sebagai penekanan bahwa bisnis yang dijalankan merupakan bisnis lokal dengan memanfaatkan hasil sumber daya alam berupa singkong yang ditanam secara organik oleh petani lokal. 

Untuk menghasilkan tepung singkong yang berkualitas, bahan baku yang digunakan adalah singkong pilihan yang masih segar. Dengan begitu, warna putih tepung yang dihasilkan alami, tanpa proses pemutihan. 

Uniknya lagi, proses produksi tepung singkong dilakukan oleh pekerja perempuan yang berasal dari wilayah sekitar perkebunan, yakni di bawah kaki Gunung Bromo, Pasuruan, Jawa Timur. Ladang Lima berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, di mana 70% pekerjanya adalah perempuan lokal. 

Baca Juga: 5 Tips Ekspansi Bisnis, Persiapan Penting yang Perlu Kamu Lakukan untuk Bisnis Naik Kelas


Perjuangan Ladang Lima Memasuki Pasar

Ide bisnis yang cemerlang tidak serta-merta mengalami kemudahan dalam realisasi terutama dalam pemasarannya. Inilah yang dialami oleh Annisa di tahun-tahun pertama memasarkan produknya. Mengubah mindset masyarakat tentang pentingnya bahan makanan sehat berupa tepung bebas gluten tidaklah mudah. Apalagi masyarakat kebanyakan telah terbiasa menggunakan tepung terigu berbahan dasar gandum. 

Kendala ini diperkuat dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan makanan sehat. Meski demikian, Annisa tak lantas menyerah dan terus berjuang untuk mengedukasi masyarakat terkait dengan manfaat tepung bebas gluten pada kesehatan. 

Diantaranya adalah dengan melakukan pendekatan ke berbagai institusi dan yayasan, hingga perempuan-perempuan yang buah hatinya memiliki alergi atau berkebutuhan khusus. Ia juga melakukan demo masak dengan menggunakan produk tepung sehatnya. 

Selanjutnya, agar lebih bisa diterima pasar, Annisa berinovasi dengan memproduksi produk turunan berupa mie sayur dan cookies pada 2015 dan 2016. Sesuai harapan, produk turunan ini justru lebih laku di pasaran.  Alhasil, dengan produk turunan yang ready to eat, penjualan Ladang Lima mulai mengalami lonjakan. Penjualannya pun meningkat setiap tahun, bahkan kini mampu melayani permintaan pasar dari luar negeri yaitu California dan Inggris. 


Mengandalkan Reseller sebagai Strategi Pemasaran

Keberhasilan Ladang Lima dalam memposisikan diri sebagai produk tepung sehat yang kini dikenal luas di seluruh nusantara, tak lepas dari peran para reseller. Setelah 10 tahun konsisten berproduksi, kini Ladang Lima telah memiliki ribuan reseller yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. 

Keberadaan reseller ini tentu memiliki peran penting bagi perkembangan bisnis Ladang Lima. Mereka turut mengkampanyekan program hidup sehat dengan cara mengonsumsi makanan yang sehat, salah satunya tepung bebas gluten. 

Sebagai Chief Marketing Officer (CMO), Annisa mengakui bahwa peran reseller sangat membantu dalam memasarkan produk Ladang Lima agar bisa menjangkau pasar lebih luas secara efisien. Maklum saja, pada tiga tahun pertama perjalanan bisnisnya, anggaran pemasaran masih sangat terbatas. 

Ladang Lima menggunakan sistem reseller mulai 2016. Bermula dari seorang konsumen yang tertarik dan bersedia memasarkan produk Ladang Lima secara online. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak yang berminat untuk menjadi reseller, sehingga berkembanglah jumlah reseller hingga tersebar ke seantero negeri. 

Baca Juga: 7 Tips Jadi Reseller Makanan Kemasan, Bisa Jadi Ide Bisnis Rumahan!

Annisa sangat mengapresiasi para reseller sebab berkat peran mereka, produk Ladang Lima terjual hingga 50 ribu per bulannya. Sebab itu, peran dari reseller ini tidak bisa diremehkan. Bagi Annisa, reseller telah menjadi bagian dari keluarga besar Ladang Lima. Ke depannya, Annisa ingin mengatur agar mekanisme reseller ini lebih terstruktur dan sistematis. 

Sebelumnya, karena tidak ada patokan harga produk menimbulkan permasalahan ‘perang dagang’ antara reseller. Kini, sudah ada ketetapan untuk harga reseller, sehingga mereka bisa lebih fokus dalam memasarkan produk-produk Ladang Lima agar bisa terus mendongkrak penjualan. 

Keuntungan yang diperoleh reseller tidak hanya berupa margin dan komisi penjualan saja, tetapi juga pemenuhan kebutuhan terkait dengan aktivitasnya mempromosikan produk Ladang Lima, termasuk peningkatan keterampilan melalui pelatihan. Hal ini dilakukan untuk mendorong semangat reseller dalam memasarkan produk unggulan Ladang Lima

Bicara tentang persaingan, produk tepung bebas gluten dari Ladang Lima bukanlah pemain tunggal. Ada cukup banyak produk bebas gluten lainnya yang bermunculan sehingga menjadikan persaingan di industri ‘pertepungan’ ini semakin ketat. 

Meski demikian, Annisa yakin bahwa produk tepung dari Ladang Lima memiliki keunggulan kompetitif dari segi rasa dan bahan baku alami yang digunakan, tanpa tambahan zat kimia. Hal ini menjadikan produk Ladang Lima memiliki value added tersendiri yang dipertimbangkan konsumen untuk melakukan pembelian. 

***

Perjuangan dan keyakinan yang diimplementasikan dalam aksi nyata secara bertahap akan sampai pada puncak kesuksesan. Meski terseok pada awal perjalanannya tak membuat Ladang Lima menyerah. Berbagai upaya yang dilakukan seiring berjalannya waktu akan membuka pintu sukses dengan sendirinya. Kemampuan merangkul reseller dan menetapkan “aturan main” yang fair mampu mendorong peningkatan penjualan. Dari kisah inspiratif Ladang Lima ini, satu pelajaran penting yang bisa diadopsi oleh Sahabat Wirausaha sekalian, yaitu pantang menyerah. Setuju? 

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. IDN Times. 2019.
  2. Ladang Lima. 2024.
  3. Tribun Bisnis. 2024.
  4. iNews.id. 2023.
  5. Kumparan. 2021.