Bisnis keripik buah - Siapa sangka camilan sederhana seperti keripik buah bisa membuka pintu rezeki hingga pasar internasional? Di balik renyah dan manisnya keripik buah, tersimpan kisah inspiratif seorang wirausaha muda bernama Richardo Petrisius Utoyo. Ia adalah sosok di balik merek Wonosobo Chipsy Chips, yang kini dikenal luas sebagai pionir bisnis keripik buah dari dataran tinggi Wonosobo, Jawa Tengah.

Artikel ini akan mengajak kamu menyelami perjalanan bisnis keripik buah yang penuh tantangan, inovasi, hingga menginjakkan kaki di pasar ekspor. Yuk, kita mulai dari awal mula perjuangannya.


Potensi dari Tanah Dataran Tinggi

Wonosobo dikenal dengan iklim sejuk dan tanah yang subur, sangat cocok untuk budidaya buah-buahan tropis seperti salak, apel, nangka, dan pisang. Namun, selama ini buah-buahan tersebut kerap dijual dalam bentuk segar dengan harga yang fluktuatif, bahkan seringkali berujung pada kerugian saat panen raya.

Di sinilah Richardo melihat celah. Baginya, buah lokal Wonosobo tidak hanya layak dikonsumsi langsung, tetapi juga memiliki nilai tambah jika diolah. Maka, lahirlah gagasan untuk mengembangkan bisnis keripik buah—produk olahan yang bisa memperpanjang masa simpan buah, memiliki nilai ekonomi tinggi, dan bisa bersaing di pasar nasional maupun global.


Awal Mula Merintis Bisnis Keripik Buah

Perjalanan Richardo dimulai dari tahun 2015, saat ia baru lulus dari bangku kuliah. Berbekal semangat wirausaha dan cinta terhadap kampung halamannya, ia mulai bereksperimen membuat keripik buah dengan teknik vakum frying—metode penggorengan tekanan rendah yang menjaga rasa, warna, dan nutrisi buah.

Dengan modal seadanya, ia membeli alat vakum sederhana dan menyewa dapur kecil di belakang rumah orang tuanya. Setiap hari, ia mencoba berbagai resep, mengatur suhu, waktu, dan ketebalan irisan buah untuk menghasilkan keripik yang sempurna. Ia juga melibatkan petani lokal agar mendapatkan bahan baku berkualitas langsung dari kebun.

Tak mudah memang. Di awal merintis bisnis keripik buah, Richardo kerap gagal dalam produksi. Banyak keripik yang terlalu lembek, gosong, atau rasanya tak konsisten. Namun, semangat pantang menyerah membawanya terus mencoba hingga akhirnya menemukan formula yang tepat.


Varian Produk: Lebih dari Sekadar Keripik

Kini, Wonosobo Chipsy Chips tak hanya memproduksi satu jenis keripik buah. Ada lebih dari 10 varian produk yang telah dikembangkan, mulai dari keripik salak, pisang raja, nangka, apel manalagi, mangga, pepaya, buah naga, semangka, kelengkeh dan durian.

Seluruh produk dikemas dengan desain modern dan diberi narasi cerita tentang asal usul buah dan proses produksinya. Hal ini menambah daya tarik, terutama di mata konsumen luar negeri yang menyukai produk otentik dan berkisah.

Produk-produk ini tidak menggunakan pengawet atau pewarna buatan, dan memiliki sertifikasi PIRT serta halal dari MUI—modal penting untuk memperluas pasar.


Tantangan dan Cara Menghadapinya

Setiap bisnis pasti menghadapi tantangan, begitu pula dengan bisnis keripik buah milik Richardo. Di tahap awal, ia menghadapi berbagai kendala, seperti:

  1. Teknologi Produksi Terbatas
    Mesin vakum frying yang digunakan masih manual dan berkapasitas kecil. Proses produksi pun memakan waktu lama.

  2. Modal Usaha Terbatas
    Untuk membeli bahan baku, kemasan, hingga promosi, Richardo harus putar otak agar bisa efisien dan tetap berkualitas.

  3. Pasar Masih Ragu dengan Keripik Buah
    Saat itu, keripik buah belum populer. Masyarakat lebih familiar dengan keripik singkong atau keripik tempe.

Untuk mengatasi hal tersebut, Richardo melakukan sejumlah langkah strategis yaitu:

  • Mengikuti pelatihan dari dinas UMKM dan koperasi untuk mendapatkan pengetahuan teknis dan manajemen.

  • Mengajukan bantuan alat produksi ke pemerintah daerah, yang akhirnya membantunya mendapatkan mesin vakum fryer kapasitas menengah.

  • Membangun branding melalui media sosial, khususnya Instagram dan TikTok, dengan konten behind-the-scenes produksi dan testimoni konsumen.

  • Mengikuti pameran UMKM nasional agar produk lebih dikenal dan membuka peluang reseller dari luar kota.


Penghargaan dan Pengakuan

Kerja keras tak mengkhianati hasil. Dalam waktu 5 tahun, bisnis keripik buah Wonosobo Chipsy Chips mendapat banyak pengakuan, antara lain:

  • Juara I Wirausaha Muda Mandiri 2019 kategori Agribisnis

  • UMKM Inspiratif versi Kementerian Koperasi dan UKM 2021

  • Top 20 Produk Inovatif Jawa Tengah 2022

  • Sertifikat Produk Unggulan Ekspor oleh Dinas Perdagangan 2023

Tak hanya sebagai bentuk apresiasi, penghargaan ini juga memperkuat kredibilitas bisnisnya di mata konsumen dan investor.


Pengembangan Bisnis dan Skala Produksi

Hari ini, kapasitas produksi Wonosobo Chipsy Chips mencapai 500 kg buah segar per minggu, dengan melibatkan lebih dari 20 petani lokal dan 15 pekerja produksi. Richardo juga telah membangun rumah produksi sendiri yang memenuhi standar sanitasi dan keamanan pangan.

Selain menjual produk jadi, ia juga menjalin kemitraan dengan hotel, toko oleh-oleh, dan minimarket modern. Ia membuka jalur distribusi ke berbagai kota seperti Yogyakarta, Semarang, Surabaya, hingga Jakarta.

Bisnis keripik buah ini juga menjadi penggerak ekonomi lokal di Wonosobo. Banyak pemuda desa yang kini ikut bergabung sebagai tim produksi, kurir logistik, hingga tim kreatif media sosial.


Merambah Pasar Ekspor

Pencapaian terbesar Wonosobo Chipsy Chips adalah menembus pasar ekspor. Sejak 2022, produk keripik buahnya mulai dikirim ke beberapa negara seperti Singapura, Malaysia, Hong Kong, Arab Saudi, Jerman, dan Australia. 

Proses ekspor dimulai saat Richardo mengikuti pelatihan ekspor UMKM dari Bea Cukai dan ITPC (Indonesian Trade Promotion Center). Ia belajar menyusun dokumen ekspor, membuat invoice internasional, hingga standar label dan sertifikasi.

Keunggulan produknya yang bebas bahan kimia, rasa otentik, serta kemasan informatif membuatnya diminati oleh para distributor dan diaspora Indonesia di luar negeri. Permintaan terbesar datang menjelang Ramadan dan Lebaran, saat produk Indonesia banyak diburu.


Keripik Buah, Bisnis Bernilai Tinggi

Sahabat Wirausaha, kisah Richardo Petrisius Utoyo membuktikan bahwa bisnis keripik buah bukanlah sekadar usaha rumahan. Dengan inovasi, kegigihan, dan kemampuan membaca pasar, camilan ringan ini bisa membuka jalan menuju keberhasilan besar, bahkan hingga ekspor mancanegara.

Jika kamu tertarik memulai bisnis keripik buah, belajarlah dari perjalanan Richardo. Mulailah dari potensi lokal, bangun proses produksi yang baik, kembangkan merek, dan jangan ragu merambah pasar global. Karena siapa tahu, produk buatan tanganmu hari ini bisa menjadi oleh-oleh favorit di belahan dunia lain esok hari.