Keberadaan Masjid Jogokariyan membawa kesejukan dan keberkahan tersendiri bagi masyarakat sekitar. Melalui berbagai program pemberdayaan ekonominya, Masjid Jogokariyan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, mulai dari membuka lapangan pekerjaan, menyalurkan ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah), hingga mengembangkan UMKM. 

Nah, warga Yogyakarta pasti sudah tahu mengenai masjid yang satu ini. Pasalnya, Masjid Jogokariyan belakangan ini menjadi viral karena program-programnya yang unik. 

Seperti apa kiprah para pengurus Masjid Jogokariyan menjadikan masjid tersebut sebagai tempat yang nyaman untuk beribadah dan menjadi pusat pengembangan ekonomi umat? Simak selengkapnya pada artikel berikut. 


Cikal Bakal Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan didirikan pada tahun 1960-an di sebuah kampung di pinggiran kota Yogyakarta. Awalnya, masjid ini luasnya hanya seukuran mushola dan sering digunakan warga sebagai tempat sholat dan belajar mengaji.

Seiring berjalannya waktu, karena minat masyarakat untuk mengaji semakin tinggi, pada 1966 dibangunlah masjid diatas tanah seluas 700m2 dan diresmikan pada tahun 1967 dengan nama Masjid Jogokariyan. Saat itu banyak yang mengusulkan nama, tetapi para pengurus sepakat untuk menggunakan nama Jogokariyan karena berdiri di sebuah kampung bernama Jogokariyan. 

Saat dibangun menjadi masjid, belum banyak warga yang datang ke sini untuk sholat berjamaah. Umumnya ramai saat sholat maghrib dan isya atau saat ada kegiatan mengaji dan sholat tarawih. Lalu pada tahun 1999, Ustadz Muhammad Jazir yang saat itu menjadi salah seorang pengurus ditunjuk sebagai ketua masjid. Dari sini tercetuslah berbagai program-program masjid yang unik. 

Baca Juga: Kisah Sukses KWT Nira Lestari Berdayakan Ibu-Ibu di Desa dan Sukses Ekspor Produk Unggulan ke Luar Negeri

Ustadz Jazir menceritakan jika gerakan untuk memakmurkan masjid ini berawal ketika ia dan pengurus melakukan sensus ke warga sekitar. Dari sensus itu diperoleh data bahwa 40% dari muslim sekitar yang belum melaksanakan sholat berjamaah. 

Beliau mengumpulkan seluruh tokoh masyarakat untuk mendiskusikan lima tahun ke depan Jogokariyan ingin menjadi kampung seperti apa. Dari hasil pertemuan, semua sepakat menginginkan Kampung Jogokariyan menjadi kampung Islami pada 2005 mendatang. Visi itulah yang akhirnya melahirkan berbagai program kerja dan struktur kepengurusan di Masjid Jogokariyan.


Program-Program Unik di Masjid Jogokariyan

Masjid Jogokariyan melahirkan berbagai program unik demi mengajak orang-orang sholat di masjid. Salah satu program yang waktu itu diinisiasi adalah program doorprize. Semakin sering sholat berjamaah di masjid, semakin besar peluang warga untuk peroleh doorprize, salah satunya program umroh. Program ini terbukti efektif mendorong semangat warga yang tidak pernah datang ke masjid untuk sholat berjamaah. 

Selain itu, agar para jamaah merasa tenang beribadah, masjid meningkatkan sistem keamanan dengan memasang CCTV dan petugas sekuriti 24 jam. Jika ada jamaah yang kehilangan barang, pengurus yang akan bertanggung jawab menggantinya dengan barang sejenis yang baru. 

Menurut Ustadz Jazir, sistem ini diberlakukan karena ingin merubah mindset yang selama ini berlaku. Biasanya sering ada tulisan di masjid-masjid ‘Jika ada barang hilang menjadi tanggung jawab jemaah’, menurutnya ini kurang tepat karena seharusnya menjadi tanggung jawab pengurus agar jangan sampai masjid diurus oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 

Masjid Jogokariyan juga rutin melakukan pendataan warga miskin yang tinggal di sekitar masjid. Database warga miskin ini juga digunakan untuk mendata warga yang berhak menerima program beras gratis. Para warga akan menerima kartu ATM yang terintegrasi secara elektronik dan bisa menariknya sewaktu-waktu dari ATM beras yang tersedia di teras masjid. 

Sumber: Radar Bromo

Baca Juga: Inspiratif, Begini Cara Desa Panggung Harjo Berhasil Mengelola Dana Desa Untuk Pemberdayaan Masyarakat


Saldo Infaq Harus Nol Rupiah

Salah satu prinsip unik yang diterapkan di Masjid Jogokariyan adalah memberlakukan saldo infaq nol rupiah. Artinya, saldo infaq harus dihabiskan setiap akhir bulan untuk disalurkan bagi kepentingan jamaah. 

Agar berjalan lancar, Masjid Jogokariyan mendirikan Baitul Mal untuk menyalurkan ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah). Dana ZIS yang terkumpul kemudian disalurkan kepada jamaah yang membutuhkan dalam bentuk modal usaha, program kewirausahaan, perbaikan rumah yang tidak layak huni, hingga pemberian sembako bagi fakir miskin tiap bulan.

Sejak masjid melakukan pemberdayaan ekonomi itulah, masyarakat sekitar semakin bersemangat beribadah dan menyalurkan ZIS melalui masjid. Hal tersebut dikarenakan masyarakat melihat dan merasakan langsung efek program-program dari Masjid Jogokariyan. Karena itulah saldo kas masjid selalu bertambah banyak dari waktu ke waktu. Dulu di tahun 2006, dana kas yang terkumpul berkisar 5-8 juta per bulan, kini di tahun 2024 jumlahnya terkumpul hingga Rp3,4 miliar per bulan. 

“Masyarakat itu butuh fasilitas dan pelayanan yang baik. Jika puas, mereka akan dengan senang hati memberikan infaq,” terang Ustadz Jazir. 


Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Masjid Jogokariyan juga menyelenggarakan berbagai kegiatan pemberdayaan ekonomi yang ditujukan bagi pengurus masjid dan warga sekitar. Melalui kegiatan ini, tak sedikit masyarakat Jogokariyan yang meningkat taraf perekonomiannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya warga yang dahulu tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap kini sudah memiliki usaha sendiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Di antaranya bahkan ada yang bisnisnya berkembang dan beromzet hingga 5 Miliar per bulan. 

Banyak juga diantara warga yang dulunya jadi pedagang keliling, tetapi setelah mendapatkan bantuan modal kini dapat menyewa tempat usaha. Omset penjualan mereka pun meningkat, sebab terkadang pihak masjid membeli produk para jamaah untuk keperluan acara masjid. Salah satu contohnya adalah pedagang bakmi jawa yang dahulu tidak memiliki tempat usaha kemudian diberikan tempat yang cukup strategis di pinggir jalan dekat Masjid Jogokariyan. 

Baca Juga: Bangkit dari Keterpurukan, Desa Bleberan Gunungkidul Jadi Desa Wisata Beromzet Miliaran dengan Manfaatkan Sumber Air 

Kampung Ramadhan Jogokariyan
Sumber: Sindonews 

Nah, yang tak kalah menarik, Masjid Jogokariyan juga adakan Kampung Ramadhan Jogokariyan setiap tahunnya. Program ini mengundang lebih dari 300 UMKM yang terdiri dari warga sekitar dan luar Jogokariyan sebagai sarana praktik kewirausahaan. Di sini para UMKM tak hanya menjajakan makanan dan minuman untuk berbuka, tetapi ada juga yang berdagang pakaian, souvenir, pernak pernik bernuansa islami, dan produk lainnya. 

Selain itu, Masjid Jogokariyan juga sediakan takjil gratis selama Ramadhan bagi pengunjung yang ingin berbuka. Sekitar 3200 paket takjil dan makan berat tersedia secara gratis dan bisa dinikmati pengunjung yang mampir ke masjid ini. Untuk mendatangkan dan menarik lebih banyak pengunjung, pihak masjid mengadakan berbagai agenda produktif dan kreatif seperti talkshow, tabligh akbar, buka bersama, kegiatan untuk anak, dan lainnya.   

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Sumber : 

  1. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/17431/G.%20BAB%20III.pdf?sequence=7&isAllowed=y
  2. http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/7105/5/BAB%20IV.pdf