Desa Panggung Harjo - Desa merupakan kawasan yang kental dengan eksotisme alam dan kekayaan sumber daya yang penuh dengan peluang pembangunan. Saat ini, desa sedang bekerja keras melawan semua serangan sektoral agar dapat bertahan sebagai desa yang penuh harapan. 

Sayangnya, arus globalisasi mulai mengubah hubungan desa-kota yang tadinya kokoh dan harmonis menjadi tidak saling bergantung satu sama lain. Bahkan di media, desa tidak lagi eksis dan sering kali digambarkan sebagai ruang yang konstan dan belum berkembang. Informasi desa jarang ditemukan di dunia maya atau surat kabar yang didominasi oleh isu-isu perkembangan kota dan hiruk pikuknya.

Berangkat dari hal inilah, Desa Panggungharjo berkomitmen untuk menjadi desa mandiri yang penuh prestasi. Menjadi satu-satunya desa dengan Bumdes yang aktif mengelola sampahnya, Panggungharjo berhasil meraup untung hingga ratusan juta rupiah. Simak cerita mereka di sini. 


Gotong Royong, Kelola Sampah Hingga Jadi Aset Berharga

Desa ini bukanlah desa biasa, bahkan telah ditetapkan sebagai desa budaya oleh Gubernur DIY melalui Keputusan DIY Nomor 262/KEP/2016 tentang Penetapan Desa/Kelurahan Budaya.

Desa Panggungharjo banyak menjadi tuan rumah acara budaya dan seni. Ada pula yang diselenggarakan oleh masyarakat sendiri atau bekerja sama dengan komunitas atau organisasi dari luar desa, seperti workshop seni rupa dan musik oleh Difabel Community serta pelatihan pembuatan film dari Dinas Kebudayaan DIY.

Tidak heran jika pada tahun 2014, desa ini dinobatkan sebagai desa terbaik tingkat nasional. Keunggulan Desa Panggungharjo adalah inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa, seperti terwujudnya akuntabilitas dan transparansi di bidang pemerintahan. Dalam hal pemberdayaan ekonomi, Pemerintah Desa mendirikan BUM Desa pada tahun 2013 dengan modal Rp 25 juta untuk mengolah sampah.

Desa ini mungkin satu-satunya yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang menangani sampah. Sampah dikelola mulai dari pemilahan, daur ulang, hingga penjualan. Dimana sampah organik diubah menjadi pupuk, sedangkan sampah non-organik diubah menjadi bahan kerajinan. Dari modal awal sebesar Rp37 juta, aset kelolaan ini kini berjumlah milyaran.

Baca Juga: Bangkit dari Keterpurukan, Desa Bleberan Gunungkidul Jadi Desa Wisata Beromzet Miliaran dengan Manfaatkan Sumber Air 


Latar Belakang Pemberdayaan Desa Panggungharjo

Hari ini, Desa Panggungharjo berhasil menjadi contoh nyata bagaimana desa mampu bersaing dengan perkotaan. Kisah ini dimulai beberapa tahun lalu. Di tahun 2013, seorang pemuda berusia 30-an asal Panggungharjo bernama Wahyudi Anggoro Hadi terpilih menjadi kepala desa Panggungharjo. 

Ia merupakan calon kepala desa independen yang pertama kali terpilih. Wahyudi pun langsung menunjukkan keinginan dan kesungguhannya membantu desa. Ia memulainya dengan perubahan kecil namun mendasar bahkan mampu mendobrak budaya lama aparat pemerintah desa.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Wahyudi untuk memajukan desanya meliputi pemberdayaan ekonomi, peningkatan partisipasi ekonomi perempuan yang bekerjasama dengan PKK. Kemandirian desa ini disokong oleh kapasitas politik dan kepemimpinan, proses dan kapasitas birokrasi, serta kapasitas sosial. Langkah meningkatkan kepercayaan masyarakat ini dilakukan melalui reformasi birokrasi dengan membentuk pola hubungan baru antara pemerintah desa dengan warga desa, penyesuaian tatanan kelembagaan desa, dan pengembangan budaya organisasi baru.


Keberhasilan Desa Panggung Harjo Dalam Mengelola Sampah atau KUPAS

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pada tahun 2014 Desa Panggungharjo dinobatkan sebagai Desa Terbaik Tingkat Nasional atas inovasi pengelolaan sampahnya. KUPAS, salah satu lembaga kecamatan, bertugas melaksanakan program pengelolaan sampah ini.

Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah atau KUPAS merupakan Badan Usaha Milik Desa (BUMKal) Panggung Lestari yang bergerak di bidang pengelolaan sampah. KUPAS muncul pada tahun 2013 sebagai solusi permasalahan sampah di Kecamatan Panggungharjo yang saat itu masih kurang dikelola dengan baik. 

Meski terdapat beberapa fasilitas Pengelolaan Sampah Mandiri (PSM), namun tidak semua warga di Desa Panggung Harjo terdaftar sebagai pengguna PSM, dibuktikan dengan banyaknya tumpukan sampah di sepanjang jalan desa.

Langkah awal yang dilakukan KUPAS dalam mengatasi permasalahan sampah ini adalah bekerja sama dengan PSM yang sudah ada untuk mulai mengakomodasi pengelolaan sampah di masyarakat. Seiring berjalannya waktu, KUPAS terus berkembang baik dari segi pengguna, pekerja, dan fasilitas pengelolaan sampah.

Pertumbuhan pengguna KUPAS menyadarkan pengelola akan beberapa permasalahan pengelolaan sampah di Desa Panggungharjo. Dua di antaranya adalah besarnya hanggar sampah yang tampaknya tidak mampu menampung sampah, dan ketergantungan KUPAS terhadap TPA Piyungan yang saat itu belum efektif dalam pengelolaan sampah. 

Baca Juga: Cuan dari Bisnis Daur Ulang, Rebricks Sulap Limbah Sampah Jadi Bahan Bangunan


Program Menabung Emas dari Sampah

KUPAS kini mempunyai misi baru, yaitu memastikan pengelolaan sampah tidak bergantung pada TPU Piyungan. Guna mengoptimalkan program ini, KUPAS mengajak warga Kecamatan Panggungharjo untuk turut serta memilah sampahnya yang kemudian dapat ditukarkan dengan uang. 

Untuk mengaktifkan program ini, KUPAS bekerjasama dengan Pegadaian meluncurkan Program Menabung Emas pada tahun 2019. Masyarakat dapat memanfaatkan program ini untuk menyetorkan sampahnya ke bank sampah, yang kemudian nilainya diinvestasikan dalam bentuk emas. 

Dalam program ini, pengelolaan sampah di Desa Panggung Harjo dibagi menjadi dua kategori, yaitu sampah yang sudah dipilah oleh masyarakat dan sampah yang belum dipilah. Untuk jumlah sampah yang telah dipilah, masyarakat akan menyetorkan sampahnya ke Bank Sampah dan mendapatkan imbalan berupa tabungan investasi tunai/emas. 

Nantinya, pengumpulan sampah akan dilakukan oleh petugas, kemudian untuk sampah yang belum dipilah akan dilakukan di hangar KUPAS. Sebagai retribusi, masyarakat akan dikenakan biaya sebesar Rp20.000 per bulan.

Selain pungutan-pungutan sampah, KUPAS menghasilkan pendapatan dari penjualan sampah yang telah dipilah. Sampah akan dipilah berdasarkan jenisnya. Lalu untuk sampah anorganik, nantinya akan dijual ke pengepul dan pabrik daur ulang. Sementara itu, sampah organik akan diubah menjadi pupuk organik yang akan digunakan oleh BUMD lainnya. 


Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program KUPAS

Keberhasilan KUPAS dalam usaha pengelolaan sampah ini tidak hanya terlihat dari tertibnya sistem persampahan di Desa Panggungharjo, namun juga besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh KUPAS. Dengan total 1.800 pelanggan, KUPAS dapat menghasilkan keuntungan berkisar antara Rp60 hingga Rp80 juta per bulan. Selain itu, KUPAS juga sering terlibat dalam kegiatan pelatihan dan penelitian pengelolaan sampah.

Tidak hanya itu, program ini juga berkontribusi terhadap penyelesaian permasalahan sosial dengan menyediakan ruang kerja alternatif bagi masyarakat rentan. Dimana dalam dunia kerja yang kompetitif, daya tawar menjadi terbatas karena keterbatasan pendidikan dan usia. Namun mereka tetap menanggung beban sosial dalam kehidupan bermasyarakat, seperti kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi.

Alhasil, selain memberdayakan warga Desa Panggung Harjo, KUPAS bekerja sama dengan Dinas Sosial memberikan kesempatan kerja bagi anak jalanan, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), dan penyandang disabilitas. 

Dalam rekam jejak pendiriannya, KUPAS telah berhasil menerima penghargaan 4th ASEAN Leadership Award on Rural Development and Poverty Eradication yang diberikan pada 8 November 2019 di Nay Pyi Taw, Myanmar. 

KUPAS bisa menjadi sebuah inspirasi, dimana dari unit bisnis pengelolaan sampah, kita belajar untuk tidak melewatkan peluang sekecil apapun. Namun hal lain yang perlu kita cermati adalah bagaimana kecerdasan warga Desa Panggungharjo dalam memilih unit usahanya.

Baca Juga: Berdaya dengan Social Entrepreneurship, Kisah Inspiratif Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman yang Kelola 59 Unit Bisnis Demi Danai Pendidikan Para Santri


Program Lain Desa Panggung Harjo

Selain sistem pengelolaan sampah, dana desa juga digunakan untuk membangun Kampoeng Mataraman. Objek wisata ini memiliki luas sebesar 6 hektar dan berfokus pada tiga aspek, yaitu sandang, pangan, dan papan.

Artinya, Kampoeng Mataraman memiliki beragam kuliner, karya UMKM, dan arsitektur yang menarik secara visual. Bahkan sejak tahun 2017, Kampoeng Mataraman menjadi salah satu sumber pendapatan utama Desa Panggung Harjo, yang sangat bermanfaat di tengah krisis lahan dan kekeringan.

Kisah sukses lainnya adalah omzet BUMDes Panggung Lestari yang mencapai 4,7 miliar pada tahun 2021-2022 dan omzet tertinggi sebesar 6,2 miliar pada tahun 2019. Pelayanan yang diberikan BUMDes Panggung Lestari antara lain program perbaikan rumah tidak layak huni dan beasiswa kuliah bagi warga yang kurang mampu dengan kualifikasi yang ditentukan oleh pemerintah desa.

Tak mau termakan zaman, Desa Panggung Harjo juga melakukan terobosan dari segi teknologi. Salah satu yang menjadi andalan adalah pengelolaan mandiri minyak goreng sisa (jelantah) menjadi pengganti bahan bakar solar atau Refined Used Cooking Oil (R-UCO). Adapun yang menjadi mitra pengembangan usaha BUMDes Panggung Lestari adalah PT Tirta Investama (Danone AQUA). Bahkan dalam sebulan, omset usaha ini bisa mencapai 70 juta.

Setiap daerah mempunyai kepribadian, budaya, keterampilan, dan adat istiadat yang berbeda-beda. Semua aset tersebut, jika dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber pendapatan jangka panjang sekaligus memberdayakan masyarakat desa. Karena itulah, Desa Panggungharjo dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain untuk mengubah permasalahan desa menjadi potensi ekonomi desa (FABP).

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi :

  1. https://www.masterplandesa.com/kongres-kebudayaan-desa/panggungharjo-membangun-eksistensi-dengan-kreasi-dan-media-informasi/
  2. https://www.kominfo.go.id/content/detail/8229/jalan-baru-keteladanan-layanan-publik-panggungharjo/0/kerja_nyata
  3. https://www.bpkp.go.id/sakd/berita/read/38855/5/Membangun-ala-Desa-Panggungharjo-Manfaatkan-Modal-Sosial-Mendorong-Reformasi-Birokrasi.bpkp
  4. https://www.masterplandesa.com/bumdes/menabung-emas-dari-sampah-di-panggungharjo/
  5. https://ugm.ac.id/id/berita/desa-tepus-dan-panggungharjo-potret-dua-desa-di-yogyakarta-yang-berhasil-mengelola-dana-desa-untuk-pemberdayaan-masyarakat/
  6. https://kumparan.com/kumparanbisnis/mendengar-kisah-sukses-lurah-wahyudi-bangun-desa-panggungharjo-bantul-1rUEX32L1I9/full
  7. https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/lima-perspektif-bumdes-kupas-panggungharjo-05af8316/detail/

Referensi gambar :

https://gawai.co/wp-content/uploads/2022/08/IMG-20220812-WA0014.jpg