Kebanyakan ibu rumah tangga saat ini mampu berbuat lebih untuk keluarganya. Salah satunya seperti yang dilakukan Eka Yunalia dalam merintis usaha pempek frozen yang bernama Pempek Umiabi. Berkat pengalamannya selama menjadi ibu rumah tangga, usahanya telah mengantongi berbagai macam izin seperti PIRT, NIB, SKP, Halal, BPOM dan SNI (sedang berjalan). Penasaran apa saja yang dilakukannya? berikut ulasannya.

Baca Juga: Apa itu Izin Edar?


Pengalaman Sebagai Ibu Rumah Tangga Jadi Alasan Berdirinya Pempek Umiabi

Eka Yunalia mengungkapkan alasan memilih berjualan pempek frozen atau pempek beku, Pempek Umiabi sebagai ladang usaha utama. Seperti yang telah disebutkan diatas, pengalamannya menjadi seorang ibu rumah tangga menjadi alasan memilih usaha ini dengan alasan harus menyiapkan makanan yang mudah diolah dalam kondisi apa pun untuk keluarga. Oleh sebab itu, Eka memilih pempek.

Selama yang ia ketahui, pempek frozen merupakan makanan khas dari Palembang yang memiliki sifat praktis. Pempek frozen dipilih karena mudah dan cepat dari pada harus memasak makanan dari bahan mentah. Hanya tinggal mengeluarkannya saja dari lemari pendingin, panaskan minyak goreng di kompor, kemudian pempek siap digoreng. Maka pempek yang tadinya masih berbentuk beku sudah siap dihidangkan pada keluarga tercinta.

Pempek frozen juga memiliki tingkat kesegaran yang hampir mendekati sempurna. Yang tak kalah pentingnya, pempek frozen mudah disimpan dan nyaris tidak ada yang terbuang. Tentunya sebelum mendekati tanggal kadaluarsa. Berbeda dengan makanan rumah tangga tidak beku yang memiliki sifat sekali santap atau berumur pendek. Jika tidak habis, alhasil akan berakhir di tempat pembuangan sampah.

Dari segi ekonomi, pempek frozen terbilang ramah dikantong jika dibandingkan dengan makanan yang kerap dikonsumsi di rumah. Kita hanya cukup menyimpannya dalam suhu ruangan beku dan menggunakan seperlunya saja.

Baca Juga: Langkah Mengajukan Sertifikasi Halal


Mengedepankan Ekonomi Keberlanjutan

Dalam urusan bahan utama pembuatan pempek frozen, Eka mengaku tidak sembarangan. Dia memilih ikan gabus lokal yang ada di daerahnya di Kelurahan Ario Kemuning Kecamatan Kemuning, Palembang, sumatera selatan. Alasannya karena memiliki tingkat konsumsi ikan yang tinggi. Ikan gabus di sini kebanyakan didatangkan dari Ogan Komering Ilir, Banyuasin sampai Musi Banyuasin yang terkenal dengan kesegarannya. Bahkan saking tingginya tingkat konsumsi ikan gabus di Palembang, secara tidak langsung membuat harganya juga ikut-ikutan meroket.

Bagi Eka hal itu tidak menjadi masalah karena dia meyakini, dengan memilih ikan peliharaan warga lokal, akan meningkatkan pendapatan mereka yang secara tidak langsung membuat ekonomi daerahnya terangkat," Selain menonjolkan cita rasa yang lezat, dengan takaran resep yang terukur, ciri khas Pempek Umiabi adalah menggunakan ikan gabus yang dipelihara oleh petani nelayan, jadi tetap mengutamakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga kelestarian alam," ujarnya.

Fakta yang tak kalah penting selain lezat, ikan gabus baik untuk kesehatan. Seperti misalnya bermanfaat untuk penyembuhan penyakit, dipercaya dapat mengobati luka dan memulihkan cedera, hingga zat albumin yang ada dalam ikan gabus dapat mencegah peradangan pada pasien yang terinfeksi covid-19. Hal ini karena ikan gabus kaya akan protein, albumin, dan nutrisi baik lainnya. Hal diatas didukung dengan pengolahan menggunakan resep asli yang diperoleh secara turun temurun.

Baca Juga: Mengenal Standar SNI Untuk Produksi


Motivasi Datang dari Sejarah

Setiap wilayah di Indonesia ini memiliki ragam kuliner. Begitu juga dengan Palembang yang di Indonesia sendiri sudah mengetahui jika makanan khasnya adalah pempek. Makanan yang di daerahnya bernama kelesan ini mulai populer di era Kesultanan Palembang, kerajaan bercorak Islam yang berdiri sejak abad ke-17 sampai ke-19. Wilayah kekuasaannya tak tanggung-tanggung, Kesultanan Palembang pernah mencakup Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Jambi, dan Lampung. Sayang, di tahun 1823, Belanda menghapus nama kesultanan ini usai memenangkan pertempuran panjang dan melelahkan.

Di masa penjajahan itu, kelesan mulai diperkenalkan secara komersial. Pembuatnya adalah pribumi, namun untuk urusan pemasaran diserahkan ke orang Tionghoa karena terkenal akan keahlian dalam urusan berdagang. Seiring berjalannya waktu, barulah nama pempek muncul di era itu karena kebiasaan orang lokal yang menyebut paman dalam bahasa Hokkian adalah empeq atau apeq. Alhasil, panggilan pempek lebih populer dari pada kelesan, bahkan sampai saat ini. Kelesan kala itu merupakan makanan adat dalam Rumah Limas, mengandung sifat dan kegunaan tertentu.

Berangkat dari sana Eka mengaku terpengaruh lalu menganggap berbisnis tidak akan didapat dengan cara instan. Dia mengaku siap untuk kerja keras dan berkorban demi segalanya, mulai dari waktu, tenaga, pikiran hingga uang. Harapannya tentu kemampuan dalam mengolah kuliner tempatan lebih terasah sekaligus menyiapkan mental dalam menghadapi berbagai tantangan.

Baca Juga: Apa itu Hak Kekayaan Intelektual (HKI)?


Memberdayakan Warga Sekitar

Eka kembali bercerita, dalam menjalankan usaha, dia mempekerjakan warga tempatan dalam urusan produksi pempek frozen. Bahan yang sudah disiapkan kemudian dicampur jadi satu lalu diaduk. Masukkan es, dan bahan tambahan lainnya kemudian diaduk. Langkah selanjutnya, adonan yang telah jadi itu dicetak lalu rebus dalam air mendidih, angkat dan tiriskan. Setelah dingin pempek tinggal disimpan dalam freezer. Hasil produk itu melahirkan aneka varian seperti Pempek Campur, Pempek Kapal Selam, Pempek Krispi, dan Tekwan Frozen. Tak hanya warga sekitar, dia juga memberikan pelatihan pembuatan pempek anti gagal yang diperuntukkan bagi guru dan penyandang disabilitas.


Tak Pernah Bosan Belajar Mengembangkan Bisnis

Bergabung dengan komunitas UMKM, Asosiasi Pengusaha Pempek (ASPEK) Palembang, Mengikuti berbagai pelatihan baik secara mandiri maupun sebagai binaan di instansi kerap Eka lakukan. Dengan berorganisasi, dia meyakini usaha akan berkembang sekaligus seiring bertambahnya relasi. Yang lebih penting, peluang usaha semakin laris terbuka lebar karena jaringan luas yang bakal kita dapatkan. Dengan bergabung bersama komunitas juga, masalah yang kerap kita hadapi mendapatkan solusi. Dia sadar pengembangan bisnis wajib ia lakukan. Sementara untuk urusan pemasaran, pempek frozen di jual melalui media sosial, website, marketplace baik secara langsung maupun menggunakan jasa reseller.

Hasil dari kerja kerasnya juga terbilang menggembirakan. Eka mengaku mimpi dan harapannya dari berjualan pempek frozen hampir semuanya tercapai. Selain omzet yang meningkat dari tahun ke tahun, bertambahnya jumlah tenaga kerja, yang lebih penting memiliki kelengkapan legalitas usaha dari Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Nomor Induk Berusaha (NIB), Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP), Halal, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Standar Nasional Indonesia (SNI) (sedang berjalan) adalah mimpinya selama ini.

Baca Juga: Chat Commerce

Mengakhiri ceritanya, Eka mengatakan jika menjalankan bisnis tidak semudah membalikkan telapak tangan karena akan ada pasang dan surut. Namun hal itu jangan dijadikan sebagai rintangan demi tujuan akhir meraih kesuksesan," jadikan kegagalanmu menjadi sebuah pembelajaran. Pastikan kamu memiliki sikap yang pantang menyerah untuk terus bangkit dan memulai kembali. Mendirikan bisnis itu mudah, namun untuk membangun dan mengembangkan bisnis, kita harus kuat mental dan mau untuk terus belajar," tutupnya.

Tak ada kata terlambat untuk memulai usaha, meskipun saat menjadi ibu rumah tangga. Seperti yang dilakukan salah satu dari 100 UKM terpilih yang berkesempatan tampil di ukmjuwara.id, Eka Yunalia. Bahkan pengalamannya menjadi ibu rumah tangga disalurkan dengan membuka usaha pempek frozen yang kini kita kenal.

Sumber foto:

  1. https://www.ukmjuwara.id/ukm/pempek-umiabi

Sumber artikel:

  1. wawancara
  2. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2696660...
  3. https://www.kompas.com/food/read/2020/10/06/081900...