Sahabat Wirausaha, jika kita berbicara mengenai Sumatera mungkin yang terlintas di benak adalah salah satu pulau terluas di Indonesia. Bahkan secara global, Sumatera berada di posisi ke-6 dalam daftar pulau terluas di Bumi setelah Greenland, Papua, Kalimantan, Madagaskar dan Baffin. Dengan luas wilayah mencapai lebih dari 473 ribu km2, Sumatera jelas menyimpan hasil bumi yang luar biasa.

Bahkan dalam daftar lima provinsi terkaya di Tanah Air, Sumatera menyumbang tiga di antaranya yakni Aceh, Riau dan Sumatera Selatan berkat hasil buminya yang melimpah. Fakta ini pula akhirnya membuat pulau yang di masa lampau juga disebut sebagai Andalas itu sebagai salah satu penopang ekonomi Indonesia, terutama berkat kelapa sawit.

Namun apakah Sumatera hanya memiliki kelapa sawit saja? Tentu saja tidak. Ada banyak sekali komoditas unggulan Sumatera yang punya potensi ekspor menjanjikan pula. Seperti apa? Berikut ini akan kami ulas secara lengkap termasuk seperti apa tantangan ekspor yang harus dihadapi para pelaku bisnis di Sumatera.

Baca Juga: Pentingnya Memiliki Visi Dalam Menentukan Arah Pengembangan Usaha


Kelapa Sawit, ‘Emas’ Sumatera Penopang Ekonomi Indonesia

Sejak tahun 2006, Indonesia dengan nyaman duduk di posisi puncak negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia mengalahkan Malaysia yang selama bertahun-tahun ada di nomor satu. Bahkan setahun sebelum pandemi Covid-19 melanda, produksi sawit di Tanah Air pada tahun 2019 sempat menembus 43,5 juta ton.

Dengan pertumbuhan rata-rata per tahun menyentuh 3,61%, ekspor minyak sawit mentah alias CPO (Crude Palm Oil) menjadi tulang punggung utama dalam ekspor Indonesia.

Sumber: Attila Janosi/UNSPLASH

Tak heran ketika pemerintah resmi melakukan pelarangan ekspor CPO dan produk turunannya selama 28 April – 23 Mei 2022 lalu, penerimaan BK (Bea Keluar) langsung anjlok lebih dari Rp2 triliun. Dan saat larangan ekspor itu resmi ditarik oleh pemerintah, BPS (Badan Pusat Statistik) melaporkan bahwa nilai ekspor dalam negeri kembali tumbuh pada Juni 2022. Di mana jika dibandingkan peroleh bulan sebelumnya (month-on-month/mom) ada peningkatan sebesar 21,3%.

Bahkan kalau dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya, nilai ekspor Indonesia yang menyentuh US$26,09 miliar itu melambung hingga 40,68%. Seperti yang sudah bisa ditebak, peningkatan nilai ekspor itu disebabkan oleh CPO yang menyentuh US$2,46 miliar alias membengkak 862,66% dibandingkan Mei 2022, seperti dilansir CNBC Indonesia.

Baca Juga: Pengendalian Produksi

Devisa negara yang diraih berkat ekspor CPO memang tak bisa diremehkan. Tak heran kalau BPS melaporkan pada Agustus 2022 lalu, mengenai dominasi kelapa sawit dan kopi sebagai penyumbang ekspor pertanian terbesar dari subsektor perkebunan. Dikutip dari Media Perkebunan, ekspor pertanian di tahun 2022 pada bulan kedelapan itu sudah mencapai US$3,05 miliar.

Menurut Setianto selaku Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, CPO bersama besi, baja dan batubara masih menjadi aset ekspor unggulan Indonesia hingga tahun 2022 ini. Jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021, ada peningkatan sebesar 17,14% dari ekspor pertanian saja.

Melalui sejumlah fakta di atas, terbukti bahwa kelapa sawit memang sangat penting bagi perekonomian nasional. Imbasnya pemerintah memiliki perhatian penuh pada daerah-daerah penghasil kelapa sawit seperti pulau Sumatera.

Baca Juga: Economies of Scale

Kenapa begitu?

Karena berdasarkan Buku Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2018 – 2020 dan Buku Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019 – 2021 terbitan Kementan, pulau Sumatera dan Kalimantan merupakan pemasok sawit utama di negeri ini. Jika dijabarkan lebih lanjut, ada sembilan provinsi yang jadi penghasil sawit utama dengan kontribusi 87,46% terhadap total produksi sawit nasional.

Mampu mencapai peningkatan produksi sebesar 11,8 juta ton dalam waktu tiga tahun saja, pemerintah sepertinya memang serius menjadikan sawit sebagai ‘ladang emas’ yang baru. Dilansir Kompas, dari sembilan provinsi penghasil sawit terbesar di Indonesia, enam diantaranya berasal dari Sumatera. Apa saja? Berikut ini adalah data per 2019 yang menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas ‘emas’ berharga milik Sumatera:

  1. Riau: 9.513.208 ton
  2. Sumatera Utara: 5.647.313 ton
  3. Sumatera Selatan: 4.049.156 ton
  4. Jambi: 2.884.406 ton
  5. Aceh: 1.133.347 ton
  6. Sumatera Barat: 1.253.394 ton

Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa setidaknya pulau Sumatera menghasilkan 25 juta ton kelapa sawit, jauh lebih besar daripada pulau Kalimantan. Namun apakah menurut Sahabat Wirausaha hanya kelapa sawit saja peluang pasar yang menjanjikan dari Sumatera? Jawabannya adalah tidak!

Baca Juga: Tips Sukses Ekspor Berdasarkan Hasil Penelitian

Lantas apa saja? Simak terus ulasannya dalam artikel ini.


Komoditas Ekspor Unggulan dari Sumatera

Secara geografis, bentang alam terbesar di pulau Sumatera adalah pegunungan Bukit Barisan di sisi barat yang membujur dari barat laut ke arah tenggara dengan panjang lebih kurang 1.500 kilometer. Di sepanjang Bukit Barisan tersebut, ada puluhan gunung yang akhirnya turut mempengaruhi hasil bumi Sumatera dan berkontribusi dalam berbagai komoditas unggulan ekspor.

Agar Sahabat Wirausaha semakin memahami, berikut sejumlah hasil-hasil utama bumi Sumatera dengan peluang pasar yang sangat menjanjikan:

1. Kelapa Sawit

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kelapa sawit adalah hasil bumi utama di Sumatera dengan setidaknya enam provinsi menjadi penghasil terbesar di Indonesia. Apa yang membuat sawit ini sangat berharga adalah kandungan lemak jenuh yang lebih tinggi daripada minyak-minyak nabati lainnya.

Cenderung tidak mengandung lemak trans dan tahan dalam kondisi ekstrem hingga oksidasi, membuat penggunaan minyak sawit murni yang tumbuhannya di Indonesia kebanyakan dari spesies elaeis guineensis Jacq ini dipakai sebagai bahan biofuel.

Baca Juga: Langkah-langkah Persiapan Memulai Ekspor

Dengan total perkebunan kelapa sawit di Sumatera mencapai 7,1 juta hektare menurut Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2016 seperti dilansir Gapki, sawit memang memiliki dominasi terbesar yakni 61% dari keseluruhan perkebunan di Sumatera. Dari jumlah area lahan itu, Kepmentan No.833 Tahun 2019 mengungkapkan jika 3,38 juta (20,68%) di antaranya berada di Riau dan 2,07 juta hektar milik Sumatera Utara.

Provinsi Riau memang patut berbangga karena komoditas sawit daerah mereka memiliki kualitas yang sangat baik dan sangat diminati pasar dunia. Selain CPO, Riau juga menghasilkan produk turunan sawit dengan nilai tinggi seperti RBD (Refined Bleached Deodorized), palm olein, palm kernel oil, RBD palm stearin, RBD palm oil, cangkang sawit (palm kernel shell) dan bungkil sawit (palm kernel expeller). Produk-produk ini bahkan mempunyai nilai ekonomi Rp6,7 triliun pada triwulan pertama 2020 dengan jumlah 1,28 juta ton.

Tak heran kalau pada tahun 2019 silam lalu, Barantan (Badan Karantina Pertanian) Riau melepas ekspor cangkang sawit PT. JPJ sejumlah 31.200 ton bernilai Rp29 miliar, 14 ribu ton bungkil sawit PT. IMT senilai Rp 20 miliar dan RBD palm kernel oil PT. WNI sebanyak 11.500 ton dengan nilai Rp 205 miliar ke Jepang, China, Thailand, Korea Selatan, Brazil dan Ukraina.

Baca Juga: Sistem Distribusi, Perizinan dan Logistik Ekspor

Bukan hanya negara-negara itu saja, produk sawit asal Riau mampu menembus gerbang ekspor 30 negara seperti Selandia Baru, Turki, Ukraina, Estonia, Uni Emirat Arab, Meksiko, Belanda, hingga Amerika Serikat seperti dilansir website resmi Kementan.

Tak berbeda jauh dari Riau, Sumatera Utara juga masih menjadikan CPO sebagai komoditas ekspor unggulan selama tahun 2021. Di mana per bulan Agustus 2021, nilai ekspor CPO Sumatera Utara mencapai Rp 993,417 miliar sejumlah 66.536 ton. Mayoritas ekspor CPO dari Sumatera Utara ini bertujuan ke China, Nigeria, Vietnam, Australia dan Rusia, seperti dilansir Antara.

2. Tembakau

Berpindah dari kelapa sawit, hasil perkebunan asal Sumatera berikutnya yang juga bernilai ekspor tinggi adalah tembakau. Setidaknya di Indonesia ada tiga daerah penghasil tembakau utama yang kualitasnya sudah diakui dunia. Ketiga wilayah itu adalah Kabupaten Temanggung di Jawa Tengah, Madura di Jawa Timur dan Kabupaten Deli Serdang di Sumatera Utara.

Baca Juga: Membedah Pameran Domestik untuk Produk Pertanian

Menurut informasi BPS, luas tanaman tembakau di Sumatera Utara per tahun 2020 mencapai 1.769 hektar dengan total produksi 1.737 ton. Dengan jumlah itu, nilai ekspor tembakau Sumatera Utada pada semester 1 tahun 2021 berhasil menyentuh angka US$125,84 juta atau naik 1,22% dibandingkan tahun 2020.

Selain kelapa sawit dan tembakau, Sumatera Utara sebetulnya masih mempunyai belasan komoditas pertanian berharga yang juga jadi primadona ekspor. Sesuai dengan data IQFAST Badan Karantina Pertanian seperti dilansir Viva, berikut beberapa di antaranya:

  • Biji kopi dengan nilai ekonomis Rp3,1 triliun dan total produksi 53 ribu ton
  • Biji pinang dengan nilai ekonomis Rp2 triliun dan total produksi 90,16 ribu ton
  • Kayu karet dengan nilai ekonomis Rp375,7 miliar dan total produksi 10,64 ribu meter3
  • Kayu oak putih dengan nilai ekonomis Rp400,7 miliar dan total produksi 15,63 ribu meter3

Bahkan pada Agustus 2021 lalu, Sumatera Utara setidaknya mengekspor 33 jenis komoditas pertanian ke 37 negara dengan nilai Rp 431,67 miliar!

3. Minyak Bumi

Berpindah dari sektor pertanian dengan subsektor perkebunan, komoditas unggulan Sumatera selanjutnya adalah minyak bumi. Beberapa wilayah yang menjadi penyumbang utamanya adalah Pangkalan Brandan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, tiga area di Riau yaitu Duri, Dumai dan Bengkalis, kawasan Plaju dan Sungai Gerong di Sumatera Selatan dan wilayah Natuna serta Kepulauan Anambas di Kepulauan Riau.

Baca Juga: Potensi Ekspor Minyak Atsiri Indonesia

Khusus untuk Riau, provinsi itu bahkan berstatus sebagai penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia mengalahkan Kalimantan Timur. Melalui data yang dikutip dari website resmi IDX, Riau mampu menghasilkan minyak bumi hingga 365 ribu barel setiap harinya.

Berkaitan dengan ekspor, sepanjang tahun 2021 kemarin ternyata total ekspor minyak mentah asal Indonesia mencapai 6,016 juta metrik ton atau meningkat dari capaian di tahun 2020 yang ‘hanya’ 4,395 juta metrik ton. Beberapa negara tujuan ekspor minyak mentah itu per tahun 2021 adalah Thailand (2,506 juta metrik ton), Malaysia (1,020 juta metrik ton), Singapura (755 ribu metrik ton) Australia (474 ribu metrik ton), India (407 ribu metrik ton), Jepang (151 ribu metrik ton) dan Korea Selatan (44.300 metrik ton.

4. Batu Bara

Sumber: Armando Ascorve Morales/UNSPLASH

Meninggalkan komoditas migas, produk pertambangan asal Sumatera yang mempunyai peluang pasar ekspor sangat luas adalah batu bara. Setidaknya ada empat provinsi utama di Sumatera yang menghasilkan batu bara seperti Aceh (Meulaboh, Singkil, Aceh Barat, Nagan Raya), Sumatera Utara (Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah), Sumatera Selatan (Tanjung Enim, Lahat) dan Sumatera Barat (Sawahlunto).

Baca Juga: Menentukan Target Negara untuk Ekspor

Produksi batu bara yang dihasilkan keempat wilayah itu sama-sama berkontribusi menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil batu bara thermal terbesar di dunia. Sesuai dengan data Kementerian ESDM, negeri ini punya sumber daya batu bara sebesar 143,7 miliar ton dengan cadangannya menyentuh 38,8 miliar ton. Fakta ini jelas menggembirakan mengingat batu bara saat ini menjadi penyumbang devisa negara yang sangat besar selain sawit.

Berdasarkan data BPS seperti yang dikutip dari Katadata, nilai total ekspor batu bara nasional pada kuartal II 2022 menyentuh US$13,55 miliar atau meningkat 78% dibanding kuartal sebelumnya dan tumbuh 155% dibanding periode sama di tahun 2021. Dengan volume ekspor mencapai 99,49 juta ton, batubara asal Indonesia memang terkena dampak krisis pasokan energi di Eropa yang dipicu oleh ketegangan militer Rusia dan Ukraina.

Tak main-main, ekspor batu bara ke Eropa bahkan menyentuh nilai fantastis dan terbesar sepanjang sejarah. Dari catatan APBI (Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia), ekspor batu bara ke benua Eropa mencapai 3,5 juta ton – 4 juta ton per Oktober 2022. Dengan kebijakan Eropa mengenai larangan impor batu bara dari Rusia sebagai bentuk sanksi ekonomi, negara-negara Eropa akhirnya meminta distribusi dari Indonesia demi memenuhi kebutuhan energi nasional.

Baca Juga: Pendampingan Standar Mutu Untuk Meningkatkan Kontribusi Ekspor UMKM

Beberapa negara Eropa yang jadi tujuan baru ekspor batu bara adalah Polandia, Belanda, Yunani, Spanyol dan Jerman. Kini demi memuluskan ekspansi ekspor batu bara ke Eropa, PT Bukit Asam sudah menjalin kontrak ekspor sebesar 140 ribu metrik ton ke Italia.

5. Pertanian Lainnya

Selain kelapa sawit dan tembakau, pada dasarnya hasil bumi dari sektor pertanian Sumatera masihlah sangat melimpah. Dari Sumatera Utara saja misalnya, nilai ekspor per Januari 2022 juga ada komoditas karet dan barang dari karet (US$114.300), kopi, teh dan rempah-rempah (US$42.202) dan buah-buahan (US$23.445). Bahkan CNN Indonesia melaporkan kalau Sumatera Utara mengekspor 33 jenis komoditas pertanian dengan nilai Rp 431,67 miliar ke 37 negara pada Agustus 2021.

Beberapa komoditas pertanian Sumatera Utara yang saat itu masuk dalam gerbong ekspor adalah biji kopi (1.668 ton), pinang (1.336 ton), bunga krisan (88 ribu batang), asam potong (60 ton), durian beku (51,9 ton), kulit manis (64,5 ton), cengkeh (8,5 ton), jahe (79 ton), sayuran kubis (856 ton), teh (99 ton) sampai ubi jalar beku (19 ton).

Baca Juga: Tips Memilih Jasa Forwarder Ekspor yang Tepat

Berpindah ke Sumatera Barat, tanah Minang bahkan membukukan ekspor 14 komoditas berbeda senilai Rp 298,67 miliar pada April 2021 silam. Dari jumlah total 26.100 ton itu, komoditas-komoditas tersebut didistribusikan lewat Teluk Bayur dan Bandara Internasional Minangkabau. Dari penuturan Mentan Syahrul Yakin Limpo, beberapa produk ekspor unggulan Sumatera Barat itu mayoritas memang sektor pertanian yakni petai, jengkol dan manggis.

Tak mau ketinggalan, Riau selain kaya akan sawit juga punya banyak produk pertanian bernilai ekspor. Misalkan saja sirup nanas yang sudah diekspor ke Amerika Serikat dan China dengan jumlah 41 ton senilai Rp341 juta. Lalu ada juga ekspor kelapa bulat, kelapa parut hingga santan kelapa yang menembus Rp 27 miliar menuju Malaysia, China, Mesir, Amerika Serikat dan benua Eropa.

Dengan negara-negara tujuan seperti Belanda, Prancis, Belgia, Hongkong, China, Jepang, India, Bangladesh dan negara-negara lain di Asia Tenggara, komoditas pertanian jelas jadi calon produk ekspor unggulan.

Baca Juga: Mengenal Harga Patokan Ekspor

Melihat sejumlah komoditas pertanian yang sudah diekspor dan punya nilai menjanjikan, tentu ini merupakan peluang pasar yang baru bagi Sumatera. Apalagi per tahun 2016, Sumatera diketahui memiliki 12,1 juta hektar lahan perkebunan dengan perincian 2,56 juta hektar lahan karet, 1,14 juta hektar lahan kelapa, 774.700 ribu hektare lahan kopi, 148.400 hektar lahan tebu, dan 15.600 hektar lahan teh.


Tantangan Ekspor Wilayah Sumatera

Sumber: Ivan Samudra/UNSPLASH

Dari uraian panjang lebar di atas, Sahabat Wirausaha tentu sepakat bahwa Sumatera adalah salah satu penopang utama perekonomian negara. Dua komoditas utamanya yakni kelapa sawit dan batu bara memberikan sumbangan devisa yang sangat besar melalui kegiatan ekspor. Peluang agar komoditas Sumatera bisa dimaksimalkan lewat perdagangan global jelas masih terbuka. Hanya saja itu bukan berarti pasar Sumatera ini tidak memiliki tantangan tersendiri.

Salah satu tantangan itu pernah diungkapkan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartanto kepada Tempo. Politisi partai Golkar ini menjelaskan bahwa pertumbuhan nilai ekspor Indonesia di sepanjang tahun 2022 memang didorong oleh meningkatnya harga komoditas ekspor utama terutama besi baja, batu bara dan CPO yang mayoritas berasal dari Sumatera.

Kondisi ini memang cukup menggembirakan hanya saja para pelaku ekspor harus siap jika kemudian permintaan jadi melemah, harga komoditas turun dan akhirnya rantai komoditas kembali ke situasi normal, bukan tak mungkin kalau volume ekspor yang tetap akan berimbas ke nilai ekspor.

Baca Juga: Apa itu Bill of Lading?

Bukan itu saja, ancaman resesi global di tahun 2023 mendatang yang sudah dimulai dengan berbagai krisis di tahun 2022 termasuk inflasi, juga akan menahan laju ekspor dari Sumatera. Kendati konsumsi rumah tangga Indonesia disebut cukup solid karena mampu tumbuh 5,39% pada kuartal III-2022 secara year on year/yoy, komoditas Sumatera yang mayoritas memang untuk kebutuhan ekspor harus mulai melirik produk-produk lain demi memenuhi pasar nasional.

Sedangkan dari sisi pelaku pertanian yang merupakan pilar dari komoditas ekspor Sumatera, tentu peningkatan kualitas hasil tani adalah keharusan jika memang ingin komoditas itu mampu bersaing dengan produk ekspor negeri lain. Demi meningkatkan daya saing, Dirjen Perkebunan, Kementan akan melakukan sejumlah transformasi perkebunan tradisional ke modern lewat perkebunan presisi, mekanisasi, digitalisasi dan tentunya penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat).

Sedangkan untuk tantangan terakhir yakni perkara rantai pasok yang bisa menghambat proses ekspor, Kementan berencana memperkuat sistem perkarantinaan.

Sebagai garda terdepan dalam hal melindungi dan mengawasi produk-produk pertanian, Barantan (Badan Karantina Pertanian) berkomitmen meningkatkan kualitas layanan publik, sertifikasi manajemen mutu laboratorium ISO/EIC 17025-207, penerapan sistem manajemen anti penyuapan sampai pembinaan perusahaan yang hendak melakukan kegiatan ekspor lewat program Agro Gemilang.

Baca Juga: Cost, Insurance, dan Freight (CIF)

Bagaimana Sahabat Wirausaha? Sudah cukup memahami kan betapa besarnya peluang pasar yang tersimpan di bumi Sumatera? Tentu sebagai warga negara Indonesia, penting bagi kita untuk tetap mengawasi bagaimana proses mengambil hasil bumi itu dilakukan tanpa pengrusakan lingkungan berlebihan dan dikelola profesional, supaya menambah devisa negara semakin efektif.

Jika Sahabat Wirausaha merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman lainnya. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.