Kehidupan manusia tak ubahnya seperti perputaran roda, kadang di atas kadang juga di bawah. Bahagia, sedih, merana, dan suka cita menjadi bumbu penyedap kehidupan agar tidak terasa hambar, monoton, dan membosankan. Demikian pula dalam bisnis.

Jatuh dan gagal ketika merintis suatu bisnis merupakan hal yang biasa. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah akan berlarut-larut dalam keterpurukan, atau justru bangkit menata kembali semuanya dari awal dan berupaya mencapai kesuksesan?

Seperti dialami oleh Hendradinata, seorang enterpreneur yang telah merasakan pahit manisnya berbisnis. Mulai dari bisnis laundry yang terbilang cukup sukses hingga akhirnya bangkrut tanpa menyisakan apa pun.

Baca Juga: Memilih Jenis Badan Usaha yang Sesuai dengan Kebutuhan dan Tujuan Bisnis

Hari demi hari dirasakan demikian berat, karena kegagalan bisnis laundry yang telah dirintisnya bertahun-tahun menyisakan total utang yang sangat besar mencapai Rp 2,2 miliar. Nilai utang yang begitu fantastis!

Kini, Hendradinata kembali dikenal sebagai enterprenuer sukses. Kali ini bukan lagi bisnis laundry yang dijalankan, melainkan produk skincare herbal. Bagaimana bisa, kan utangnya banyak? Kesuksesan ini tentu tidak diraih dengan mudah, namun penuh dengan perjuangan.

Penasaran bagaimana seorang Hendradinata berjuang bangkit dari keterpurukan dan berhasil mereguk kesuksesan? Simak kisah inspiratifnya berikut ini.


Berawal Dari Bisnis Laundry

Moh Taufik Hendradinata Kangiden atau lebih akrab disapa Hendra kini dikenal sebagai bos dari perusahaan skincare Salina Herbal. Sebelumnya, pria asal Jepara ini merintis bisnis laundry sejak tahun 2007.

Bisnis laundry ini berjalan cukup lancar dengan omset yang terus mengalami kenaikan setiap bulannya. Bahkan hanya dalam jangka waktu kurang lebih 6 tahun, bisnis laundry yang dijalankan Hendra telah memiliki 3 cabang dan 15 agen.

Baca Juga: Menjamin Kepuasan Pelanggan dan Kepercayaan Mitra Bisnis Lewat Kontrol Kualitas

Bisnis laundry dapat berkembang pesat karena didukung sumber daya finansial yang memadai, di mana modal bisnis diperoleh dari para investor. Keuntungan dari bisnis ini sebenarnya cukup besar. Target penghasilan yang ditentukan setiap bulannya dapat dicapai dengan gemilang.

Hal ini tak lepas dari kinerja karyawan yang prima, di mana kualitas layanan senantiasa terjaga, sehingga berpengaruh pada kinerja bisnis yang juga efektif dan efisien. Namun keuntungan yang diperoleh tentu tak bisa diraup sendiri, karena harus memberikan bagi hasil yang cukup besar kepada para investor.


Jebakan Utang yang Menggiurkan

Di setiap fase kehidupan baik individu maupun bisnis, pasti akan ada badai yang siap menghadang. Hal ini pun dihadapi oleh Hendra. Kesuksesannya dalam merintis bisnis laundry, mengundang seorang marketing officer dari salah satu bank untuk menawarkan pinjaman dengan plafon yang menggiurkan.

Bahkan besaran plafon pinjaman yang ditawarkan setara dengan total modal investor yang ditanamkan dalam bisnisnya. Apalagi cicilan bulanannya jauh lebih rendah dari nilai bagi hasil yang diberikan kepada investor.

Berpikir untuk mengembangkan bisnis dengan dana pribadi sehingga tak perlu memberikan bagi hasil lagi kepada investor, Hendra akhirnya tergiur dengan pinjaman tersebut. Dari dana pinjaman bank itu, pria yang memiliki basic pendidikan elektro ini mengembalikan seluruh modal investornya.

Baca Juga: Rencana Usaha untuk Mengakses Pinjaman di atas Rp 500 Juta

Sayangnya, harapan untuk mengembangkan bisnis laundry dari dana pinjaman bank justru dirasakan mulai menuai masalah. Dimulai dari banyak karyawan yang kinerjanya baik mengundurkan diri atau resign.

Meskipun mampu merekrut karyawan baru, namun ternyata tidak menyelesaikan masalah. Bahkan permasalahan yang timbul semakin banyak, di mana kualitas layanan menurun sehingga menimbulkan banyak keluhan dari pelanggan.

Tak hanya itu, permasalahan internal juga datang dari karyawan itu sendiri. Karyawan berlaku curang dengan mencuri perlengkapan laundry seperti sabun dan plastik untuk kepentingan pribadi. Hal ini jelas merugikan bisnis laundry yang telah dirintis sejak 2007 itu.

Puncak dari permasalahan yang dialami seorang Hendradinata adalah tergoda dengan tawaran investasi franchise lembaga pendidikan yang sangat terkenal. Tak tanggung-tanggung, Hendra pun langsung menyetujui untuk bekerjasama dan membayar uang sejumlah Rp 800 juta.

Sayangnya, sejak dilakukan pembayaran pada tahun 2010 hingga saat ini, outlet yang dijanjikan tak kunjung dibuka. Bahkan, owner dari lembaga pendidikan tersebut ‘menghilang’ tanpa jejak.

Baca Juga: Lima UKM yang Sukses Membangun Sustainable Business

Investasi franchise yang diharapkan mampu memberikan keuntungan, justru menjadi cikal bakal kesengsaraan dan keterpurukan yang dialami Hendra dan keluarganya. Bisnis laundry yang menjadi sumber utama penghasilan terbengkalai, baik secara manajerial maupun finansial.

Untuk membiayai operasional bisnis dan cicilan utang, Hendra harus gali lubang tutup lubang, dengan harapan uang yang diinvestasikan pada franchise tersebut dapat kembali. Namun, harapan tinggal harapan.


Sempat Menggelandang

Utang yang terus digali oleh Hendra tak ubahnya sebagai bom waktu yang siap meledak kapan saja. Di saat bisnis laundry tak lagi bersinar dan mampu menghasilkan keuntungan yang diinginkan, cicilan atas pinjaman dari bank tetap harus dibayarkan. Alhasil, Hendra terpaksa harus menjual seluruh asetnya untuk menutup utang-utangnya yang jika diakumulasikan berjumlah Rp 2,2 miliar.

Meski telah menjual seluruh aset, mulai dari rumah, mobil, perabotan rumah tangga, bahkan sampai peralatan makan, ternyata belum cukup untuk menutup seluruh utang yang dimilikinya. Kehidupan Hendra dan keluarganya berubah drastis, di mana awalnya hidup sebagai pebisnis laundry yang sukses dan berkecukupan, langsung anjlok statusnya menjadi fakir.

Baca Juga: Pentingnya Memiliki Visi Dalam Menentukan Arah Pengembangan Usaha

Untuk melanjutkan hidupnya, Hendra beserta istri dan anak-anaknya kemudian menumpang di rumah mertua. Debt collector giat menagih utang baik melalui telepon maupun datang ke rumah, bahkan setelah Hendra dan keluarganya bernaung di rumah mertua.

Beban utang Hendra sedikit berkurang dengan bantuan ibu mertuanya yang bersedia menjual sebagian rumah. Konsekuensinya, Hendra dan keluarganya tak lagi bisa tinggal di rumah mertua, karena terlalu sempit.

Di sinilah epik dari kisah perjuangan Hendra dimulai. Dengan uang yang masih tersisa sekitar Rp 700 ribu, Hendra mencari tempat kost untuk keluarga. Sayangnya dengan budget tersebut, tempat kost yang tersedia jauh dari layak. Hendra akhirnya memutuskan untuk menempatkan istri dan anaknya di kost putri, sementara dia sendiri menggelandang tak tentu arah dan tidur di emperan masjid.


Pasrah Bukan Berarti Menyerah dan Kalah

Dalam perenungan dan doanya, Hendra tetap bertekad untuk kembali membangun bisnis, karena utangnya tidak akan lunas jika bekerja hanya dengan mengandalkan gaji bulanan, meski setingkat manajer sekalipun. Tapi bisnis apa dan modal dari mana? Itu yang menjadi pertanyaan besarnya.

Baca Juga: M.A.R.S. Genuine Leather: Usaha dengan Modal Rp 0, Bisa!

Pada titik terendah dalam hidupnya, Hendra seolah ditunjukkan pada kesempatan besar yang kelak mengubah hidupnya, yakni pelatihan gratis pembuatan sabun berbahan dasar minyak untuk jamaah salah satu masjid yang dikunjunginya. Rasa penasaran mendorongnya untuk mengikuti pelatihan tersebut. Produk sabun hasil pelatihan itu dia gunakan sendiri.

Awalnya dia tak menyadari khasiat dari sabun itu, sampai setiap orang yang bertemu dengannya memuji bahwa wajahnya tampak lebih bersih, cerah, segar, dan glowing. Dari sinilah, Hendra kemudian bertekad untuk membangun bisnisnya kembali, dengan sabun herbal sebagai produk andalannya.

Singkat cerita, Hendra mulai melakukan eksperimen untuk mengembangkan produk sabunnya, berinovasi dengan mengubah bentuk sabun batang menjadi gel. Berbagai perlombaan produk inovasi diikutinya mulai dari tingkat kota hingga provinsi. Dewi fortuna seolah mulai berpihak padanya, karena dia berhasil menyabet juara 1 dari setiap perlombaan yang diikutinya.

Hadiah uang sebagai pemenang lomba digunakan untuk mengurus izin usaha dan hak paten produk skincare gel dengan nama Salina Herbal. Sayangnya nama tersebut ditolak sebagai merek produk saat didaftarkan di Kemenkumham, hingga akhirnya diubah menjadi Feed Skin.

Sementara nama Salina Herbal tetap digunakan sebagai nama perusahaan. Nama Salina sebenarnya adalah nama ibu mertua dari Hendra. Penggunaan nama tersebut sebagai wujud dedikasi atas pengorbanan sang ibu mertua yang belum bisa dibalasnya.

Baca Juga: Potensi Ekspor Bahan Alami Kosmetik

Ketika legalitas usaha telah diperoleh, Hendra sudah kehabisan uang. Di saat yang bersamaan, datang orderan pertama dalam jumlah yang cukup besar. Tak memiliki modal dan peralatan sama sekali, Hendra minta adanya pembayaran di muka untuk beli bahan baku dan peralatan.

Permintaannya disetujui dan proses produksi skincare herbal pun berjalan. Pada produksi pertama, masih banyak kekurangan, di mana sistem produksi belum terbentuk, pekerjaan kurang efektif dan efisien, dan pemenuhan order tidak bisa tepat waktu. Timbul komplain? Pasti. Namun begitu, berbagai kekurangan tersebut bisa dimaklumi.


Sengsara Membawa Nikmat

Bisnis sabun herbal yang dirintis Hendra mulai membuahkan hasil. Dari setiap keuntungannya digunakan untuk menutup seluruh utangnya dan meningkatkan aset dalam bentuk peralatan produksi. Sistem produksi dan manajemen mulai terbentuk, sehingga proses produksi dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

Di saat Hendra siap berlari dengan bisnisnya, tiba-tiba harus terhenti karena corona datang dan merebak pada bulan Maret 2020. Meski orderan produk masih ada, namun proses produksi terkendala persediaan botol yang terbatas bahkan langka, sehingga diputuskan untuk menghentikan produksi hingga botol kemasan tersedia.

Baca Juga: Mengintip Peluang Cuan Bisnis Lestari dengan Mengolah Sampah Ampas Kopi dan Teh

Bulan demi bulan berjalan tanpa kepastian dan pendapatan. Hendra kembali dihadapkan pada situasi sulit yang dirasakannya masih pahit. Hendra tidak pernah menyangka akan adanya pandemi yang berdampak pada kelancaran bisnisnya.

Oleh sebab itu, ia tidak mempersiapkan cashflow atau aliran dana yang cukup untuk membiayai operasional bisnis dan kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dengan sangat terpaksa seluruh karyawan dirumahkan sampai batas waktu yang belum diketahui. Berat, tapi harus tetap dijalani.

Setelah menunggu kurang lebih selama 7 bulan, akhirnya kabar gembira datang. Di bulan September, stok botol kemasan telah tersedia, sehingga proses produksi sabun herbal bisa kembali dijalankan. Kegiatan bisnis pun bisa menggeliat lagi, berproses untuk menghasilkan keuntungan, dan pastinya mampu memberi manfaat bagi banyak orang.


Sabar dan Mencari Keberkahan

Perjalanan hidup seorang Hendradinata memberi makna tersendiri. Kesuksesannya merintis bisnis sabun herbal inipun mengundang tawaran pinjaman dari beberapa bank. Meski sempat tergiur, namun Hendra membulatkan tekad untuk tidak lagi berutang.

Kesulitan hidup dan keterpurukan yang dirasakan akibat belenggu utang cukup memberi pelajaran baginya untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, terutama yang berhubungan dengan sumber pendanaan bisnisnya.

Dari yang tidak tahu apa-apa tentang cara membuat sabun herbal, hingga berhasil memproduksi dan mengembangkan produk sabun herbal yang berkhasiat, Hendra percaya pastilah ada campur tangan Tuhan dalam kesuksesan bisnisnya itu.

Oleh sebab itu, Hendra berusaha semaksimal mungkin agar bisnis sabun herbal yang dirintisnya senantiasa menjadi berkah bagi semua orang, tak hanya pribadi dan keluarganya, tetapi juga orang-orang yang terlibat di dalamnya baik karyawan dan juga para pelanggannya.

Baca Juga: Tips Menentukan Keunggulan Kompetitif Suatu Produk Melalui Metode Validasi

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, memang dibutuhkan kesabaran. Ibarat menempuh perjalanan, ada kalanya kita harus menginjak rem dan berjalan pelan ketika menghadapi kemacetan atau berjalan di belakang kendaraan lain.

Debu dan asap kendaraan tak ubahnya bagian dari ujian yang harus dihadapi. Tinggal bagaimana kita memutuskan, apakah akan berhenti di tengah jalan, atau tetap bersabar hingga sampai ke tujuan.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

Kisah inspiratif Moh Taufik Hendradinata sebagai enterpreneur muda yang sukses ini, bisa Anda simak selengkapnya di channel Salina Herbal.