
Sahabat Wirausaha, tidak semua bisnis lahir dari hitung-hitungan modal. Ada yang berawal dari hati—keinginan tulus membantu orang asing agar tak tersesat, sekaligus menghubungkan mereka dengan denyut hidup warga lokal. Itulah benih yang ditanam Budi Wong, pendiri CityCool Local Guide, sejak lebih dari satu dekade lalu di Pecinan Glodok, Jakarta.
Itulah benih yang ditanam Budi Wong sejak lebih dari satu dekade lalu di Pecinan Glodok, Jakarta. Sejak 2012 secara informal pertama kali membantu wisatawan asing berkeliling, hingga CityCool Local Guide resmi berdiri pada tahun 2019 dengan nama KelilingCity. Pada tahun 2021, nama usahanya berubah menjadi CTCool, dan sejak 2023 sampai sekarang adalah ditetapkan menjadi CityCool Local Guide.
Ia melihat banyak wisatawan asing kesulitan menentukan tujuan dan bingung memilih kuliner apa yang aman dicoba tanpa “drama perut”, dan tak tahu pula harus memulai dari mana untuk memahami budaya Tionghoa di salah satu kawasan pecinan tertua di Indonesia. “Harapannya bisa ada interaksi yang bermanfaat dengan warga lokal, untuk keuntungan warga lokal dan mengedepankan UMKM serta produk go green lifestyle supaya ada keberlanjutan yang positif” begitu visinya sejak awal rencana tahun 2017.
Dari kepedulian sederhana itu, tumbuhlah sebuah misi: memberi pengalaman autentik, aman, dan bermakna—sekaligus mengangkat produk pelaku usaha kecil di sekitar rute wisata.
Awal Mula: Menuntun, Sebelum Menawarkan Jasa

Di tahun 2012–2013, Pecinan Glodok belum lagi jadi tujuan wisata prioritas. Belum banyak pemandu lokal yang khusus mengajak tamu berjalan kaki menikmati lorong-lorong, cagar budaya, dan jejak kuliner legendarisnya.
Budi Wong pun bergerak spontan: menyapa wisatawan tersesat, menawarkan bantuan, dan menunjukkan tempat menarik di sekitarnya—semata-mata membantu, belum kepikiran “membuka usaha”.
Hingga 2017, satu kalimat dari wisatawan Swiss menyalakan ide: “Kamu bisa membawa wisatawan keliling dengan kualitas baik, sebaiknya kamu membuka usaha local guide.”
Sejak itu Budi mulai belajar serius: mencari tahu legalitas, standar layanan, dan cara mengemas pengalaman jalan kaki yang aman, rapi, namun tetap luwes.
Baca Juga: Sentra Produksi Cihampelas: Warisan Denim Khas Bandung yang Tak Pernah Pudar
Rintisan yang Tak Mudah: Regulasi, Zonasi, dan NIB
Sejak awal 2017, Budi menapaki jalan legalitas usahanya sendirian. Ia mendatangi kelurahan, kecamatan, hingga kantor wali kota untuk mengulik izin usaha KBLI 79921 (Jasa Pemandu Wisata). Kala itu, regulasi masih melekat pada sistem tata ruang kota sesuai warna: warna peta menentukan boleh-tidaknya sebuah alamat punya izin usaha.
Rumah di tepi jalan raya mendapat warna Hijau di atas peta sehingga boleh mendirikan usaha Travel atau Local Guide, yang agak ke dalam, bukan warna Hijau (warna Kuning, Coklat, Ungu, Merah), tidak boleh mendirikan usaha Travel atau Local Guide. Alamat rumahnya kebetulan “sedikit ke dalam, artinya tidak memenuhi syarat untuk membuka usaha local guide saat itu (bukan warna Hijau). Proses terasa buntu, sampai kemudian dua tahun kemudian aturan berubah.
Bulan Agustus Tahun 2019, lewat sistem perizinan OSS (One Single Submission) atau biasa disebut PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) di Kantor BKPM yang menerbitkan NIB berbasis KBLI, Budi akhirnya sah berusaha tanpa harus bergantung pada zonasi warna peta. Nama “Keliling City” resmi tercatat, lalu berganti menjadi CTCool (2021), dan CityCool (2023) dengan peningkatan status menjadi Perseroan Perorangan. Sebuah lompatan rapi dari informal menjadi formal.
Konsultasi dan daftarkan NIB bisnis kamu dengan cepat dan aman di Tumbu melalui link daftar NIB
Kelengkapan Perizinan CityCool saat ini:
- NIB (Nomor Induk Berusaha)
- Pernyataan Pendirian Perseroan Perorangan & Sertifikat Pendaftaran (AHU)
- Merek Dagang (HAKI): City Cool
- Sertifikat Kompetensi Nasional (BNSP – LSP Pramindo)
- Keanggotaan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia)
- Sertifikat Kepesertaan Pusat Pelatihan Profesi Pariwisata & Ekonomi Kreatif (Dinas Pariwisata DKI Jakarta)
Legalitas ini bukan sekadar kertas—ia adalah komitmen pada standar layanan, keamanan, dan tata kelola yang transparan.
Baca Juga: Ryu Kintaro, Jamu, dan Drama Publik: Bocil Perintis yang Bikin Heboh
Menentukan Segmen Konsumen: Wisatawan Asing Duluan, Wisatawan Lokal Kemudian

Segmen pertama yang disasar adalah wisatawan asing, mereka yang paling membutuhkan jembatan bahasa, budaya, dan kuliner aman. Banyak dari wisatawan asing penasaran, tapi takut salah langkah. Local guide menjadi “mata, telinga, dan lidah” mereka: mengarahkan, menjelaskan konteks budaya, sekaligus memilihkan menu populer yang aman dicoba.
Seiring waktu, wisatawan lokal ikut bergabung, mereka yang ingin mengenal lebih dalam budaya Tionghoa di Glodok, sambil menikmati kuliner favorit warga.
Baca Juga: Brodo, Jejak Digital Sepatu Lokal yang Menembus Pasar Global
Mempertahankan Motivasi: Dihantam Pandemi, Tidak Ikut Tumbang
Baru saja memperoleh izin usaha pada Agustus 2019, dunia mendadak dilanda pandemi dan lockdown. Aktivitas wisata di Glodok pun vakum total—nyaris tanpa wisatawan asing hingga tahun 2021.
Memasuki tahun 2022, Budi Wong mencoba mempromosikan CityCool Local Guide melalui salah satu startup marketplace internasional yang menyediakan layanan wisata lokal. Namun nasib berkata lain: selama satu tahun penuh, tak satu pun tamu yang datang, hingga akhirnya platform marketplace tersebut bangkrut.
Tak menyerah, pada 2023 Budi beralih ke marketplace internasional lain. Hasilnya belum signifikan—hanya empat tamu yang berhasil memesan paket wisata. Meski jumlahnya sedikit, semua tamu memberikan ulasan Bintang Lima, menandakan kualitas pengalaman yang memuaskan.
Di sisi lain, Budi menghadapi tantangan non-teknis: perlakuan platform yang dirasa kurang transparan; keamanan data yang tak diprioritaskan; informasi yang berubah-ubah. Ditambah ketiadaan dukungan modal memadai. Untuk kebutuhan harian pun terkadang harus berhemat ketat. Namun ia tidak berhenti. Karena sejak awal, tujuannya adalah membantu orang, dan energi seperti itu tak mudah padam.
Cara Bangkit: Kreativitas, Komunitas, Koneksi
Yang dilakukan Budi Wong bukan sekadar “bertahan”, tapi merapihkan fondasi:
- Menguatkan portofolio digital. Pengetahuan dasar tentang cloud storage dimanfaatkan untuk menyusun album foto, dokumentasi rute, dan bukti kualitas layanan.
- Bergabung dengan Komunitas. Budi aktif di UKMINDONESIA.id untuk mencari masukan, pelatihan, dan jejaring positif sekaligus menyelaraskan misi bisnis dengan dampak sosial: mengangkat UMKM di rute wisata.
- Menjaga Hubungan dengan Pelaku Usaha Lokal. Rute CityCool bukan sekadar “jalan-jalan”, melainkan jejaring interaksi: menyapa warga, menghormati tempat ibadah dan situs budaya, membeli produk lokal berkualitas sebagai bagian dari pengalaman. Dengan begitu, setiap kunjungan tamu meninggalkan nilai ekonomi di Glodok.
Filosofi Budi Wong tentang bisnis juga mencerminkan nilai kolaboratif yang relevan bagi pelaku UMKM masa kini. Seperti yang ia ungkapkan:
“Berusaha atau berdagang artinya melakukan jasa menolong orang lain sehingga tercipta suasana saling tolong menolong (saling kerjasama bisnis) yang di jaman now perlu adaptasi dengan beberapa hal, misalnya (1) media digital dan sedikit sentuhan AI untuk mendukung efisiensi dalam hal tertentu, (2) bergabung dengan komunitas yang positif dan searah dengan visi misi, lalu (3) bersahabat dengan masyarakat sekitar termasuk UMKM yang berpotensi untuk dibantu promosi produknya, dan jangan lupa (4) untuk menjaga lingkungan hidup, karena semuanya itu adalah satu potret siklus keberlangsungan hidup.”
Strategi Bisnis: Dari “Online Only” Ke “Omni-Channel”
Pengalaman pahit di marketplace membuat Budi menata ulang strategi. Bahan promosi online tetap penting, tetapi kanal offline perlu diperkuat:
- Website menjadi showroom: menampilkan portofolio, itinerary, foto, dan testimoni.
- TikTok disiapkan untuk konten “jaman now”: potongan rute, cerita kuliner, dan trivia budaya pendek yang shareable.
- Kunjungan langsung ke biro travel: memperkenalkan paket, memaparkan standar keamanan & kualitas, serta menawarkan opsi custom-made sesuai kebutuhan rombongan.
- Untuk sisi kreatif, Budi hanya memanfaatkan AI sedikit saja yaitu membuat Thumbnail Website dengan prompt yang disesuaikan.
- Selain itu Budi juga merapikan kata kata dan tata letak desain di website.
Dampak Sosial: Interaksi Yang Menghidupkan
CityCool sejak awal menempatkan interaksi dengan warga lokal sebagai jantung pengalaman. Bukan sekadar melihat-lihat, tapi menyapa, mendengar cerita, dan menghargai karya. Tamu diajak mencicipi produk UMKM di sepanjang rute, membeli secukupnya, dan pulang membawa cerita yang tidak bisa dibeli dari brosur.
UMKM atau Usaha Warga Lokal yang termasuk di dalam itinerary (daftar perjalanan) , tidak pernah diharuskan untuk memberi benefit (cashback) kepada CityCool , sebaliknya CityCool biasanya memberikan benefit diskon yang ada kepada para tamu.
Untuk dampak lingkungan, Budi Wong ingin melangkah lebih jauh. Ia memiliki misi menghadirkan alat makan atau kemasan ramah lingkungan di setiap perjalanan wisata sebagai bentuk edukasi kecil yang konsisten bagi para peserta.
Meski saat ini sponsor belum ditemukan, komitmen CityCool terhadap gaya hidup berkelanjutan sudah kuat. Budi terbuka untuk berkolaborasi dengan pelaku usaha yang bergerak di bidang produk ramah lingkungan—mulai dari eco-friendly cutlery, souvenir, hingga kemasan yang dapat digunakan langsung di perjalanan wisata.
Lebih dari sekadar mendukung kegiatan, sponsor juga bisa ikut serta memberikan informasi edukatif di sela-sela walking tour, sehingga konsep go green lifestyle tidak hanya disampaikan lewat kata-kata, tetapi juga diadaptasi dalam praktik langsung.
Bagi pelaku usaha yang ingin ikut berkolaborasi atau menjajaki kemitraan dengan CityCool, bisa langsung menghubungi melalui email: citycool@pm.me
Setelah itu, komunikasi dapat dilanjutkan melalui pertemuan daring via Zoom untuk membahas ide dan peluang kolaborasi lebih lanjut.
Momen yang Menguatkan: Testimoni Bintang Lima Dan Pengakuan Budaya

Meski perjalanan penjualan online naik-turun, evaluasi pelanggan tetap stabil di level tertinggi. Sejak tamu pertama di marketplace hingga rombongan 20 orang pecinta fotografi, apresiasi yang datang konsisten positif. Ini menjadi bahan bakar moral bahwa standar layanan CityCool sudah tepat, tinggal memperbesar pasokan tamu.
Di luar pemanduan, Budi pernah mendapat penghargaan WONDERFUL INDONESIA saat mengikuti pentas musik angklung di Tiongkok. Talenta budaya ini kelak ingin ia integrasikan ke paket wisata: rute wisata ditambah pertunjukan budaya lokal, menyatukan edukasi, kuliner, dan seni dalam satu pengalaman.
Pelajaran untuk UMKM: Kualitas, Konsistensi, Komunitas
Dari CityCool Local Guide dan sosok Budi Wong, kita belajar beberapa hal penting:
- Niat tulus & kualitas layanan adalah fondasi. Ketulusan menjawab rasa penasaran tamu, Kualitas membuat tamu memberi rekomendasi.
- Jangan cepat menyerah, meski platform tutup, algoritma tak berpihak, atau modal ketat. Perbaiki yang bisa dikontrol: portofolio, proses, komunikasi.
- Selalu update informasi: regulasi (NIB, KBLI, status Badan Usaha, Merek Dagang), teknologi (cloud, AI), dan tren konten (TikTok).
- Berkolaborasi: komunitas membantu menambah wawasan, promosi, dan peluang. Di sepanjang rute, libatkan UMKM sebagai bagian dari pengalaman.
- Audit rutin standar kualitas: cek rute, keamanan, kebersihan, etiket budaya, dan kurasi kuliner yang aman dicoba—agar tamu pulang dengan senyum dan cerita.
Penutup: Menghidupkan Kota, Satu Langkah, Satu Sapaan
Bisnis ini lahir dari sapaan sederhana:
“Bisa saya bantu?”
Dua belas tahun kemudian, sapaan sederhana itu menjelma menjadi pengalaman wisata yang ditunggu-tunggu. Bersama CityCool Local Guide, peserta diajak berjalan kaki menyusuri sejarah “jalan naga” selama 4–6 jam, menikmati kuliner legendaris Pecinan Glodok, dan menyerap cerita-cerita lama langsung dari warga lokal.
Setiap langkah ditutup dengan senyum dan kantong kecil berisi belanjaan produk UMKM lokal—sebuah perjalanan yang bukan hanya memanjakan mata dan lidah, tetapi juga menghidupkan ekonomi warga sekitar.
Apa saja paket jalan-jalan yang ditawarkan CityCool Local Guide?
Kamu bisa menelusuri rute, durasi, dan kisah menarik di setiap tur melalui katalog online berikut: https://tr.ee/citycool
Kalau Budi Wong dan CityCool Local Guide bisa bertahan lewat badai, bangkit setelah marketplace bangkrut, dan tetap menjaga Review Bintang Lima dengan modal pas-pasan, kita pun bisa: menjaga kualitas, merawat niat, dan melangkah lagi esok hari.
Sampai jumpa di Glodok, Sahabat Wirausaha. Mari dukung UMKM lokal, mulai dari satu langkah kaki, satu piring kuliner, satu cerita yang kita bawa pulang.
Jika artikel ini bermanfaat, mohon berkenan bantu kami sebarkan pengetahuan dengan membagikan tautan artikelnya, ya!
Bagi Sahabat Wirausaha yang ingin bergabung dengan Komunitas UMKM di bawah naungan kami di UKMIndonesia.id - yuk gabung dan daftar jadi anggota komunitas kami di ukmindonesia.id/registrasi. Berkomunitas bisa bantu kita lebih siap untuk naik kelas!









