Halo, Sahabat Wirausaha!
Menjelang akhir tahun, hampir setiap pelaku UMKM merasakan ritme usaha yang berubah drastis. Pesanan meningkat, chat WhatsApp tidak berhenti masuk, pelanggan makin banyak bertanya, dan permintaan datang dari berbagai arah sekaligus. Bagi banyak UMKM, ini adalah momen emas—periode ketika penjualan bisa melonjak berkali lipat dibanding bulan lain.

Namun high season ini juga membawa dilema besar: bagaimana mengatur stok agar peluang tidak hilang, tanpa membuat usaha terjebak kelebihan barang atau modal yang mengendap?

Setiap tahun, ada UMKM yang “kehabisan stok di masa paling ramai”—akhirnya kehilangan peluang. Ada pula yang memesan bahan baku terlalu banyak lalu bingung karena permintaan tidak setinggi yang diperkirakan. Mengatur stok di akhir tahun memang bukan perkara mudah. Tetapi dengan pemahaman yang tepat, UMKM dapat mengubah kendala ini menjadi keunggulan.

Artikel ini membahas cara UMKM membaca permintaan, mengatur stok, dan memastikan usaha tetap siap melayani tanpa kehabisan barang—bahkan ketika permintaan melonjak tak terduga.


Akhir Tahun: Masa Banyak Peluang, Tapi Juga Banyak Risiko Stok

High season akhir tahun tidak hanya membuat permintaan meningkat, tetapi juga membuat ritme belanja konsumen menjadi lebih tidak terprediksi. Konsumen bisa membeli lebih cepat, lebih banyak, dan lebih impulsif.

Menurut Meta Holiday Insights 2024, 68% konsumen Indonesia memutuskan pembelian dalam waktu kurang dari 24 jam ketika melihat produk yang cocok untuk hadiah atau acara keluarga. Artinya, UMKM harus memiliki stok siap, karena pelanggan tidak akan menunggu lama.

Sementara itu, laporan NielsenIQ 2025 menunjukkan bahwa lonjakan permintaan terbesar terjadi pada kategori makanan jadi, hampers, kerajinan, produk dekorasi, dan fashion sederhana. UMKM yang tidak menyiapkan stok justru kehilangan peluang, bukan karena produk tidak diminati, tetapi karena tidak siap melayani permintaan cepat.

Namun, memiliki stok berlebihan bukan solusi. Banyak UMKM yang terjebak memproduksi terlalu banyak lalu kewalahan ketika awal tahun tiba dan permintaan kembali normal. Di sinilah kemampuan membaca ritme pasar menjadi sangat penting.

Baca juga: Mau Jualan Tanpa Stok? Coba Bisnis Print on Demand yang Lagi Naik Daun


Membaca Pola Permintaan: Langkah Pertama Mengatur Stok

Meskipun permintaan tidak selalu bisa ditebak sempurna, UMKM dapat membaca pola tahunannya. Sebagian besar UMKM memiliki “grafik alami” penjualan akhir tahun: naik bertahap di November, memuncak di minggu kedua–ketiga Desember, dan turun perlahan setelah minggu Natal.

Data dari Google–Temasek–Bain 2024 menunjukkan bahwa pencarian produk UMKM mulai naik sejak 11.11, lalu mencapai puncak ketika konsumen mencari hadiah atau barang untuk perayaan keluarga. Pola ini relatif stabil dari tahun ke tahun.

Dari sini UMKM bisa mulai memperkirakan:

  • kapan bahan baku harus dipesan,

  • kapan harus mulai produksi batch pertama,

  • kapan harus tutup PO sebelum overload,

  • kapan membuat batch tambahan kecil,

  • berapa stok minimum aman (safety stock).

Semua keputusan ini tidak harus rumit. Bahkan UMKM rumahan pun bisa membuat perkiraan sederhana berdasarkan tiga data:

  1. Penjualan tahun lalu atau bulan sebelumnya

  2. Produk mana yang paling laku

  3. Kapasitas produksi harian/pekerja

Dengan tiga hal ini saja, UMKM sebenarnya sudah bisa mencegah banyak masalah stok.


Kapasitas Produksi: Sering Jadi Sumber Masalah Stok

Permintaan yang tinggi bukan masalah utama. Kapasitas produksi yang tidak terukur—itulah akar masalah paling umum. Banyak UMKM yang mengira bisa menyelesaikan 50 pesanan per hari, padahal kapasitas realistisnya hanya 30. Akibatnya, keterlambatan terjadi, kualitas menurun, dan reputasi bisa rusak.

Menurut Deloitte Holiday Spending Trends 2024, konsumen akhir tahun adalah konsumen yang paling sensitif terhadap keterlambatan. Mereka membutuhkan kepastian karena produk biasanya digunakan untuk acara tertentu.

UMKM perlu memahami:

  • berapa produk yang bisa diproduksi dengan tenaga dan peralatan saat ini,

  • berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan satu produk,

  • berapa jumlah order maksimal yang bisa diterima per hari,

  • kapan waktu produksi terbaik untuk menghindari bottleneck.

Mengatur stok bukan hanya soal jumlah barang. Ini soal kemampuan menghasilkan barang tepat waktu.

Baca juga: Jualan Online Tanpa Modal Stok dan Barang, Bisnis Cerdas untuk UMKM Pemula


Strategi Pre-Order: Menjamin Stok Tanpa Menyimpan Terlalu Banyak

Salah satu strategi yang terbukti efektif untuk UMKM adalah sistem pre-order. Dengan PO, UMKM dapat:

  • memperkirakan permintaan lebih akurat,

  • menghindari produksi berlebih,

  • mengamankan modal kerja,

  • mengurangi risiko stok mati,

  • memberikan ruang produksi yang lebih terencana.

Statista 2025 menunjukkan bahwa pembeli Indonesia tidak keberatan pre-order asal penjual memberikan:

  • estimasi waktu yang jelas,

  • komunikasi transparan,

  • proses update yang baik.

PO juga membuat UMKM dapat mengetahui varian mana yang paling diminati, sehingga produksi bisa diarahkan pada barang dengan permintaan tertinggi.


Safety Stock: Cadangan Kecil yang Menyelamatkan Peluang BESAR

Ada momen-momen ketika permintaan tiba-tiba naik, terutama dari pelanggan corporate, reseller dadakan, atau pembeli yang membutuhkan banyak barang untuk acara keluarga. Banyak UMKM menyesal karena peluang besar muncul saat stok justru habis.

Di sinilah pentingnya safety stock—cadangan kecil yang disimpan khusus untuk permintaan tidak terduga.

Untuk UMKM, safety stock tidak harus besar. Bahkan 10–15% dari total stok sudah cukup untuk merespons peluang mendadak tanpa membebani modal.

Contohnya:

  • UMKM cookies menyimpan 20 box ekstra untuk order mendadak hampers perusahaan

  • UMKM fashion menyiapkan batch kecil varian paling laris

  • UMKM kerajinan membuat cadangan produk yang paling mudah habis

Safety stock kecil tetapi sangat strategis.

Baca juga: 10 Pentingnya Manajemen Stok Barang untuk Kelancaran Bisnis Ritel


Mengelola Supplier: Modal Mengatur Stok yang Hampir Tidak Pernah Dibahas

Mengatur stok bukan hanya urusan internal. Supplier memiliki peran besar. Akhir tahun adalah musim ketika bahan baku sering menipis atau harga naik. Banyak UMKM yang telat mendapatkan bahan baku bukan karena tidak siap, tetapi karena pemasok juga kewalahan.

Laporan BPS 2024 menunjukkan bahwa tekanan logistik di akhir tahun meningkat, terutama untuk bahan baku pangan dan kemasan.

UMKM bisa melakukan beberapa langkah sederhana:

  • berkomunikasi dengan supplier sejak Oktober,

  • memesan bahan baku bertahap, bukan sekaligus,

  • membuat hubungan lebih personal agar diprioritaskan,

  • memiliki 1–2 supplier cadangan.

Supplier yang merasa dihargai akan lebih sigap membantu saat UMKM membutuhkan stok mendesak.


Transisi dari High Season ke Low Season: Jangan Biarkan Stok Berbalik Menjadi Masalah

Desember adalah masa panen. Januari adalah masa penataan ulang. Stok yang pada Desember terasa kurang bisa berubah menjadi berlebih di Januari jika tak diperhatikan.

UMKM perlu melakukan:

  • evaluasi sisa stok,

  • penyesuaian pricing untuk varian musiman,

  • pembuatan paket awal tahun untuk menghabiskan stok lama,

  • penawaran khusus kepada pelanggan Desember agar kembali membeli.

McKinsey 2024 menegaskan bahwa pelanggan yang membeli di periode high season memiliki potensi pembelian ulang lebih tinggi dalam 60 hari setelah transaksi pertama—jika brand menjaga hubungan dengan baik. Artinya, sisa stok Januari dapat dihabiskan oleh pelanggan Desember bila komunikasinya tepat.


Penutup: Mengatur Stok adalah Seni Membaca Peluang

Mengatur stok tidak sekadar menambah atau mengurangi jumlah barang. Ia adalah seni membaca ritme usaha, memahami perilaku pelanggan, menjaga kapasitas produksi, dan menyiapkan ruang untuk peluang yang mungkin muncul.

High season akhir tahun memberi banyak kesempatan bagi UMKM untuk tumbuh. Tetapi hanya UMKM yang mampu mengatur stok dengan bijak yang benar-benar dapat memaksimalkan momen ini—tanpa panik, tanpa kehilangan peluang, dan tanpa terjebak sisa stok berlebih di awal tahun. Dengan strategi yang tepat, stok bukan lagi masalah. Ia menjadi alat untuk mempercepat pertumbuhan usaha.

Jika artikel ini bermanfaat, mohon berkenan bantu kami sebarkan pengetahuan dengan membagikan tautan artikelnya, ya!

Bagi Sahabat Wirausaha yang ingin bergabung dengan Komunitas UMKM di bawah naungan kami di UKMIndonesia.id - yuk gabung dan daftar jadi anggota komunitas kami di ukmindonesia.id/registrasi. Berkomunitas bisa bantu kita lebih siap untuk naik kelas!

Referensi:

  1. Meta. Southeast Asia Holiday Season Insights, 2024.

  2. Google, Temasek & Bain. e-Conomy SEA Report, 2024.

  3. NielsenIQ Indonesia. Connected Consumer Report, 2024–2025.

  4. Deloitte. Holiday Spending Trends, 2024.

  5. McKinsey & Company. SEA Consumer Pulse, 2024.

  6. Badan Pusat Statistik (BPS). Statistik Harga dan Logistik, 2024.

  7. Statista. Seasonal Consumer Behavior Indonesia, 2025.