Perdagangan bebas yang dihasilkan dari berbagai perjanjian dagang membuat kegiatan ekspor dan impor semakin mudah. Perdagangan bebas juga semakin mudah dengan adanya hubungan multilateral diantara negara-negara dalam regional yang sama, seperti ASEAN di Asia Tenggara, Uni Eropa di kawasan Eropa, dan masih banyak lagi.
Terkhusus di ASEAN, kita telah mengenal perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai sebuah integrasi ekonomi bagi negara-negara di Asia Tenggara dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara. MEA memberikan kemudahan ekspor dan impor sehingga akan menstimulus perdagangan bebas di regional Asia Tenggara.
Baca Juga: Sarasehan Virtual: Product Showcase and Business Matchmaking Indonesia - Malaysia
Negara ASEAN kaya akan sumber daya alam dan memiliki produk potensial yang berbeda antar negara. Indonesia kerap mengimpor berbagai kebutuhan dalam negeri dari berbagai negara ASEAN, mulai dari kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan produksi. Kini kita akan membahas seputar ASEAN dan potensi impor dari masing-masing negara di ASEAN.
Kondisi Umum ASEAN
Association of South East Asian Nations atau disingkat ASEAN didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Pendirian ASEAN diinisiasi oleh 5 negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Lalu negara lain menyusul setelahnya, seperti Brunei Darussalam bergabung pada tanggal 8 Januari 1984, Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999.
Menurut Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Berdasarkan data tahun 2006, kawasan ASEAN memiliki populasi sekitar 560 juta jiwa, luas 4,5 juta kilometer persegi, produk domestik bruto hampir US $ 1.100 miliar, dan total perdagangan sekitar US $ 1.400 miliar.
Potensi Impor Negara ASEAN
Kali ini kita akan membahas
1. Potensi Impor dari Malaysia
Malaysia adalah negara yang terbilang cukup padat penduduk, yaitu mencapai 32.730.000 jiwa pada tahun 2020. Perekonomian negara Malaysia merupakan yang terbesar ketiga di Asia Tenggara dan kedua puluh sembilan di dunia berdasarkan nilai produk domestik bruto (PDB).
Baca Juga: Tips Jitu Untuk Sukses di Pameran Internasional
Berdasarkan data dari OEC, Pada tahun 2020, Malaysia mengekspor $7,37 miliar ke Indonesia. Produk tersebut berasal dari berbagai kategori, namun mayoritas merupakan produk dengan kategori produk mineral, berbagai mesin produksi, transportasi, besi dan karet, serta berbagai macam logam.
Produk utama yang Indonesia impor dari Malaysia adalah Refined Petroleum dengan nilai perdagangan USD $1.28 Miliar, disusul dengan minyak mentah dengan nilai perdagangan USD $210 Juta. Indonesia juga mengimpor Integrated Circuits sebesar USD $220 Juta dan juga berbagai macam suku cadang pesawat yang nilainya sebesar USD $934 Juta.
Indonesia juga mengimpor berbagai macam produk plastik dan karet, seperti polimer etilen, polimer propilen, tutup plastik, karet sintetis, dan lain sebagainya untuk kebutuhan berbagai manufaktur di Indonesia. Selain itu Indonesia juga mengimpor berbagai macam produk logam seperti, baja setengah jadi, besi batangan, aluminium mentah, besi tua, dan masih banyak lagi.
Sebagian besar produk yang diimpor dari Malaysia ke Indonesia didominasi oleh produk yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penunjang dalam proses manufaktur di Indonesia. Untuk lebih lanjutnya Anda dapat melihat grafik dibawah ini.
Sumber: OEC World
2. Potensi Impor dari Thailand
Thailand memiliki berbagai produk untuk di ekspor ke berbagai negara, salah satunya Indonesia. Thailand mengalami surplus neraca perdagangan dengan nilai ekspor USD $7.76 miliar dengan Indonesia.
Menurut data dari OEC, Pada tahun 2020, Thailand mengekspor USD $7,76 miliar ke Indonesia . Produk utama yang diekspor Thailand ke Indonesia adalah Pesawat, Helikopter, dan/atau Pesawat Luar Angkasa dengan nilai USD $ 1,45 miliar, Gula Mentah dengan nilai USD $ 625 juta, dan Suku Cadang Kendaraan USD $ 436 juta.
Baca Juga: Potensi Ekspor Bahan Alami Kosmetik
Selama 25 tahun terakhir, ekspor Thailand ke Indonesia telah meningkat pada tingkat tahunan sebesar 9,15%, dari $869 juta pada tahun 1995 menjadi $7,76 miliar pada tahun 2020.
Menurut data dari Worlds Top Exports pada tahun 2021, secara umum lima produk ekspor terbesar Thailand ke seluruh Dunia adalah komputer, mobil, suku cadang atau aksesoris otomotif, sirkuit terpadu atau mikro rakitan elektronik, dan truk.
Kedua data diatas menunjukkan bahwa potensi impor dari Thailand didominasi oleh produk manufaktur dan suku cadang untuk berbagai kebutuhan manufaktur di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia.
Sumber: OEC World
3. Potensi Impor dari Singapura
Singapura adalah negara terkecil di antara negara ASEAN yang lain, namun perkembangan ekonominya tidak bisa dianggap remeh. Singapura mengalami surplus neraca perdagangan dengan nilai ekspor USD $ 14.8 miliar dengan Indonesia.
Baca Juga: Potensi Ekspor Suplemen Kesehatan Herbal (Jamu)
Berdasarkan data OEC pada tahun 2020, Singapura mengekspor $14,8 miliar ke Indonesia . Produk utama yang diekspor dari Singapura ke Indonesia adalah Refined Petroleum dengan nilai USD $ 3.82 miliar, disusul dengan emas dengan nilai USD $ 495 juta. Singapura juga mengekspor berbagai mesin dan suku cadang, seperti sirkuit terintegrasi, peralatan penyiaran, suku cadang mesin kantor, kapasitor listrik, telepon, dan lainnya.
Singapura juga mengekspor berbagai macam bahan kimia untuk kebutuhan industri di Indonesia, seperti hidrokarbon siklik, hidrokarbon asiklik, tinta, campuran beraroma, dan berbagai obat-obatan. Plastik dan karet juga menjadi produk yang turut di ekspor ke Indonesia, seperti polimer propilen, polimer etilen, poliasetal, dan produk plastik lainnya.
Indonesia mengimpor berbagai produk manufaktur, suku cadang, dan bahan baku produksi dari Singapura. Pilihan yang tepat apabila kita ingin mengimpor produk dengan kategori diatas, namun sangat tidak tepat apabila kita ingin mengimpor berbagai macam sumber daya alam dari Singapura.
Sumber: OEC World
4. Potensi Impor dari Brunei Darussalam
Kini kita akan menelisik potensi impor dari Brunei Darussalam yang memiliki luas 5.765 km² dan mayoritas beretnis melayu dan beragama Islam ini. Ekonomi Brunei secara dominan ditopang oleh industri minyak dan gas bumi.
Tak heran jika Indonesia mengimpor minyak bumi dari Brunei dalam jumlah yang cukup banyak. Menurut dara dari OEC pada tahun 2020, Brunei mengekspor minyak bumi ke Indonesia dengan nilai perdagangan USD $ 42.1 juta yang berkontribusi sekitar 50.9% dari total ekspor produk ke Indonesia. Disusul dengan minyak mentah dengan nilai perdagangan USD $ 15.3 juta.
Baca Juga: Pesona dan Potensi Busana Muslim Indonesia
Sumber: OEC World
Perekonomian Laos saat ini masih didominasi oleh pertanian sehingga komoditas ekspor andalan Laos juga didominasi dengan komoditas pertanian dan juga produk penunjang pertanian lainnya. Pada tahun 2020, Laos mengekspor berbagai macam produk ke Indonesia dengan nilai sebesar USD $ 38 juta.
Menurut OEC pada tahun 2020, Produk utama yang diekspor Laos ke Indonesia adalah Pupuk Kalium ($33,7 juta), produk tersebut berkontribusi sebesar 88.7% dalam produk yang di ekspor ke Indonesia. Pupuk kalium digunakan dalam pertanian di Indonesia dengan tujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Indonesia juga mengimpor tembakau mentah dengan nilai sebesar USD $ 751 ribu.
Baca Juga: Potensi Ekspor Si Pedas Penambah Selera
Selain itu, Indonesia juga mengimpor trafo listrik dengan nilai sebesar USD $ 2.05 Juta dan peralatan penyiaran dengan nilai sebesar USD $ 917 ribu. Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan Laos sebesar USD $ 32.91 Juta dikarenakan tingginya impor dari pupuk kalium.
Sumber: OEC World
Indonesia mengimpor berbagai macam produk dari Vietnam, mulai dari barang elektronik, bijih plastik, logam, tekstil, hingga produk pertanian. Pada tahun 2020, Vietnam mengekspor dengan nilai sebesar USD $3,04 miliar ke Indonesia.
Menurut OEC pada tahun 2020, Produk utama yang diekspor Vietnam ke Indonesia adalah Telepon dengan nilai sebesar USD $200 juta, Kain rajutan karet ringan dengan nilai sebesar USD $ 132 juta, dan Coated Flat-Rolled Iron dengan nilai sebesar USD $129 juta.
Selama 25 tahun terakhir, ekspor Vietnam ke Indonesia telah meningkat pada tingkat tahunan sebesar 13,1%, dari $141 juta pada tahun 1995 menjadi $3,04 miliar pada tahun 2020.
Baca Juga: Aroma Segar Bisnis Kopi Indonesia Dari Hulu ke Hilir
Industri Vietnam mengalami pertumbuhan yang juga turut meningkatkan minat investor asal Indonesia berinvestasi di Vietnam. Menurut Vietnam+, Investasi Indonesia di Vietnam dalam sembilan bulan pertama tahun 2021 mencapai 5,49 juta USD, membawa Indonesia ke posisi ke-39 di antara 94 negara dan wilayah yang berinvestasi di Vietnam tahun ini.
Sumber: OEC World
7. Potensi Impor dari Filipina
Indonesia merupakan mitra dagang strategis bagi Filipina dalam memasok kebutuhan dalam negerinya. Menurut Departemen perdagangan dan Industri Filipina tahun 2018, Indonesia merupakan mitra dagang terbesar ke-9, dengan urutan ke-14 sebagai pasar ekspor dan ke-6 sebagai pemasok impor bagi Filipina.
Indonesia juga cukup banyak mengimpor produk dari Filipina, mulai dari perangkat semikonduktor, katoda dan bagian katoda dari tembaga olahan, serta berbagai macam mesin dan bahan baku industri.
Baca Juga: Potensi Ekspor Cokelat Indonesia
Menurut OEC pada tahun 2020, Filipina mengekspor $590 juta ke Indonesia . Produk utama yang diekspor dari Filipina ke Indonesia adalah Tembaga Halus dengan nilai sebesar USD $55,5 juta, Sirkuit Terpadu dengan nilai sebesar USD $52,2 juta, dan Suku Cadang Mesin Kantor dengan nilai sebesar USD $41,3 juta. Selama 25 tahun terakhir, ekspor Filipina ke Indonesia telah meningkat pada tingkat tahunan sebesar 8,54%, dari $76,1 juta pada tahun 1995 menjadi $590 juta pada tahun 2020.
Sumber: OEC World
Myanmar memiliki potensi produk pertanian yang menjadi salah satu terbaik di Asia sehingga menjadikan mereka sebagai eksportir produk hasil pertanian. Indonesia pun kerap mengekspor berbagai produk pertanian dari Myanmar.
Menurut data dari OEC tahun 2020, Legum kering menjadi produk unggulan Myanmar yang di ekspor ke Indonesia, jumlahnya senilai USD $71.3 Juta yang berkontribusi sebesar 35.3% dari total produk yang di ekspor ke Indonesia. Indonesia juga mengimpor beras dengan nilai USD $20.9 juta.
Selain dari sektor pertanian, Indonesia juga mengimpor tembaga halus beras dengan nilai USD $59.4 juta, timah mentah dengan nilai USD $12.1 juta, dan juga bijih timah dengan nilai USD $6.38 juta.
Sumber: OEC World
Hubungan dagang antara Indonesia dan Kamboja mengalami peningkatan sejak September 2017 dengan ditandatanganinya perjanjian yang akan mempermudah ekspor dan impor diantara kedua negara tersebut.
Baca Juga: Javara: Produk Lokal yang Mendunia
Menurut data dari OEC pada tahun 2020, nilai ekspor Kamboja ke Indonesia mencapai USD $46.9 juta dengan produk yang paling banyak diekspor adalah serat fiber (Fiber Glass) dengan nilai USD $8.21 juta yang berkontribusi sebesar 17.5% dari seluruh barang yang diekspor ke Indonesia.
Indonesia juga kerap mengimpor berbagai macam produk tekstil dan bahan baku sepatu. Mulai dari baju rajut dan non rajut, hingga bagian alas kaki untuk pembuatan sepatu. Dari sektor pertanian, Indonesia mengimpor tembakau mentah.
Sumber: OEC World
Indonesia telah mengimpor berbagai macam produk dari negara ASEAN untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, baik kebutuhan konsumsi maupun produksi. Pada beberapa kasus terkadang Indonesia lebih banyak impor daripada ekspor, namun hal ini bukanlah sebuah kemunduran ekonomi. Dengan meningkatnya impor maka terdapat indikasi peningkatan kebutuhan dan kapasitas produksi yang menjadi cerminan ekonomi berjalan dan berkembang dengan baik.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Referensi:
- OEC World
- Vietnam enjoys surge in export revenue in Indonesian market | Vietnam+
- Departemen perdagangan dan Industri Filipina