Pariwisata Berbasis Komunitas – Indonesia, sebuah negara kepulauan yang kaya akan keindahan alam dan keragaman budaya, menawarkan peluang emas bagi pengembangan pariwisata berbasis komunitas. Di tengah pesona alam yang memukau dan keunikan tradisi lokal, tersembunyi potensi besar untuk bisnis pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif.
Di artikel ini, kita akan membedah lebih dalam bagaimana kita bisa mengubah kearifan lokal desa-desa Indonesia menjadi magnet yang menarik wisatawan dari seluruh dunia. Transformasi ini berpeluang besar jadi cikal-bakal pariwisata berbasis komunitas dan membuka lembaran baru dalam dunia turisme Indonesia. Yuk, simak data-datanya!
Menggali Potensi Pariwisata Berbasis Komunitas
Pada 2019, sektor pariwisata memberikan sumbangsih yang tidak kecil, yaitu sebesar 10.3 persen dari PDB (pendapatan domestik bruto) global, menciptakan lebih dari 330 juta lapangan kerja, dan memunculkan lebih dari 1.7 triliun USD dari wisatawan. Namun, ketika pandemi COVID-19 melanda, kita semua menyaksikan betapa cepatnya industri ini terguncang.
Meski begitu, satu hal yang pasti: kecintaan kita pada petualangan dan pengalaman baru tidak akan pernah padam. Terutama, keinginan para wisatawan untuk merasakan pengalaman lokal yang asli tetap bertahan kuat. Ini adalah kesempatan emas bagi kita semua, baik dari sektor swasta maupun publik, untuk memanfaatkan pariwisata berbasis komunitas demi meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal di sekitar destinasi wisata yang terkenal.
Kabar baiknya, selama dua dekade terakhir, para pakar pariwisata telah mempelajari cara efektif untuk bekerja bersama komunitas lokal, bisnis, dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan kapasitas, memfasilitasi pemahaman bersama, dan merancang pengalaman yang berkesan bagi wisatawan serta anggota komunitas.
Baca Juga: Mengenal Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan di Bantul, Jadi Destinasi Wisata Edukasi dan Budaya
Apa Sih Bedanya Pariwisata Umum dengan Pariwisata Berbasis Komunitas?
Bayangkan kita sedang berjalan-jalan di sebuah desa yang tenang dan damai. Di sana, kita tidak perlu repot-repot merencanakan apa pun. Penduduk setempat menjalani kehidupan sehari-hari mereka, dan kita hanya menikmati momen-momen santai.
Kita akan berjalan-jalan melihat pemandangan alam, mengunjungi pasar tradisional, atau mencicipi makanan khas. Kita juga bisa belajar banyak tentang kehidupan lokal, seperti cara bertani, kerajinan tangan, atau adat istiadat.
Kita juga bisa berinteraksi dengan bertanya tentang kehidupan penduduk lokal, mendengarkan cerita-cerita unik, atau bahkan berbagi pengalaman. Di sini, penduduk desa memiliki peran penting dalam mengelola pariwisata. Mereka bisa menjadi pemandu wisata, mengelola homestay, atau menjual produk-produk lokal.
Jadi, pengalaman wisata di desa bisa lebih menarik jika kita terbuka dan bersedia belajar dari kehidupan lokal. Inilah gambaran dari sebuah tempat pariwisata berbasis komunitas. Yuk, kita kupas apa saja yang ada di dalamnya:
1. Beraktivitas Secara Langsung
Ini adalah momen kita untuk menikmati pengalaman langsung yang menginspirasi. Bayangkan saja, turis akan bisa ikut panen padi, bikin kerajinan tangan, atau mungkin mencoba masak-masak tradisional. Seru, kan?
2. Belajar Hal-Hal Lokal
Di tempat pariwisata berbasis komunitas, kita bisa belajar langsung dari penduduk setempat. Mereka bisa cerita tentang sejarah desa, kehidupan sehari-hari, atau mungkin cara bertani yang unik. Jadi, kita bukan cuma jalan-jalan, tapi juga mendapatkan ilmu baru!
3. Rasakan Kearifan dan Budaya Setempat
Turis akan merasakan pertemuan antar-manusia yang otentik. Penduduk setempat yang terlibat biasanya ramah terbuka, sehingga kita bisa bener-bener merasakan kehidupan mereka. Ada rasa keterikatan yang tidak bisa didapat di tempat wisata biasa.
4. Manfaat
Pariwisata berbasis komunitas harus memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal. Jadi, penduduk setempat bisa jadi pemandu wisata, jualan produk lokal, atau terlibat dalam pengelolaan pariwisata.
5. Manajemen Lokal
Terakhir, disini juga melibatkan penduduk lokal dalam mengelola pariwisata. Mereka diajak ikut serta, dibangun kapasitasnya, dan jadi bagian dari proses. Jadi, semuanya bisa berjalan dengan baik.
Baca Juga: Peluang Bisnis dari Wisatawan Eropa, Pengusaha Travel dan Wisata Wajib Baca!
Minat Wisatawan Seluruh Dunia untuk Pariwisata Berbasis Komunitas Indonesia
Baru-baru ini, sebuah snapshot dari Google Trends mengungkapkan data menarik tentang popularitas atau ketertarikan turis global terhadap pariwisata berbasis komunitas. Di puncak daftar, kita temukan Sri Lanka dengan skor sempurna, diikuti oleh Filipina dan Kenya berbagi posisi dengan skor yang mengesankan.
Indonesia berdiri tidak kalah jauh. Data terbaru menunjukkan bahwa negara kita mengisi posisi keempat paling populer untuk dikunjungi dalam hal pariwisata berbasis komunitas, sejajar dengan Malaysia.
Minat ini mencerminkan dinamika sosial dan budaya yang kaya, serta keingintahuan wisatawan yang mendalam terhadap masyarakat Indonesia. Namun, apa yang sebenarnya menarik perhatian wisatawan global? Ini menandakan adanya sebuah narasi yang lebih besar, sebuah cerita tentang perlunya inovasi pada pariwisata berbasis komunitas di Indonesia.
Meski begitu, minat publik terhadap pariwisata berbasis komunitas juga mengalami pasang surut. Grafik Google Trends menunjukkan pada Mei 2023, kita melihat adanya peningkatan minat yang signifikan, mencapai puncaknya. Ini mungkin menandakan sebuah liburan musim panas yang sangat ditunggu-tunggu.
Menjelang September 2023, ada sedikit lonjakan kembali, mungkin karena adanya banyak yang mencari info liburan musim dingin. Ketika kita memasuki akhir Desember 2023, ada penurunan tajam. Mungkin ini disebabkan oleh pergeseran fokus publik ke kegiatan liburan dan perayaan bersama keluarga dan teman-teman.
Artinya, tidak ada yang konstan dalam minat pariwisata berbasis komunitas. Namun, jika ditarik rata-rata, minat wisatawan dunia terhadap program ini selalu ada. Karenanya, penting untuk terus memantau dan memahami dinamika ini agar kita dapat tetap relevan dan menyesuaikan strategi kita.
Baca Juga: 10 Komunitas Bisnis di Indonesia untuk UMKM, Peluang Buat Berjejaring
Mana Saja Wilayah Indonesia Yang Potensial Untuk Pariwisata Berbasis Komunitas?
Indonesia, negeri seribu pulau, memiliki potensi besar dalam pariwisata berbasis komunitas. Dengan lebih dari 74 ribu desa, Indonesia memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal yang sangat beragam. Berikut ini adalah beberapa wilayah di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk pengembangan pariwisata berbasis komunitas.
1. Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta
Desa Wisata Nglanggeran di Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, adalah salah satu contoh terbaik pariwisata berbasis komunitas di Indonesia. Desa ini telah ditetapkan oleh World Tourism Organization (UNWTO) sebagai desa wisata terbaik di dunia pada tahun 2021.
2. Desa Sembungan
Desa Sembungan juga merupakan desa yang potensial dikembangkan dengan prinsip pemberdayaan berbasis masyarakat. Desa ini memiliki potensi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam, budaya, dan warisan lokal yang masih asli.
3. Desa Wisata Mandiri
Pemerintah Indonesia melalui Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan pada 2024 akan ada 244 desa wisata yang telah tersertifikasi sebagai desa wisata mandiri. Ini menunjukkan bahwa banyak desa lainnya di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi desa wisata berbasis komunitas.
Pariwisata berbasis komunitas di desa-desa ini didasarkan pada partisipasi aktif masyarakat lokal. Hal ini bertujuan untuk membuka lapangan pekerjaan dan menghasilkan penghasilan bagi komunitas setempat. Selain itu, pengembangan pariwisata bisa membangun kesadaran untuk melestarikan warisan budaya dan lingkungan.
Bagaimana Menjalankan Pariwisata Berbasis Komunitas?
Di seluruh dunia, ada banyak program pariwisata berbasis komunitas yang telah dikembangkan oleh komunitas lokal. Program ini sukses menginspirasi para wisatawan, memperkaya pemahaman lintas budaya, menciptakan keterampilan, pekerjaan, dan pendapatan bagi anggota masyarakat. Selain itu, jenis pariwisata ini juga membantu mendanai inisiatif sosial dan lingkungan di tingkat akar rumput.
Dalam tur berbasis komunitas, kita bisa berpetualang ke hutan bersama pakar hutan, belajar memasak resep favorit nenek, atau menginap di pondok desa. Program ini dikelola dan dioperasikan oleh anggota masyarakat yang bekerja sama dalam kelompok. Pemandu wisata lokal yang tinggal di masyarakat akan memimpin tur dan memberikan saran tentang "hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan."
Sebagian dari keuntungan yang masuk dari pariwisata berbasis komunitas tidak boleh hanya untuk pribadi, tapi juga buat masyarakat sekitar. Misalnya, ada Dana Masyarakat yang digunakan buat bantu kegiatan pengembangan lokal atau konservasi alam. Nah, apa aja yang bisa didukung? Banyak, deh! Mulai dari beasiswa buat anak-anak lokal, kesejahteraan buat para tetua di desa, sampe pemeliharaan situs-situs lokal atau tempat suci.
Baca Juga: Penting Buat UMKM, Inilah 5 Manfaat Bergabung dengan Komunitas Usaha
Bagaimana Menjual Tur Pariwisata Berbasis Komunitas?
Dilansir dari International Trade Center (ITC), dalam pariwisata berbasis komuntas bukan sekadar jual beli biasa, tapi lebih ke membangun hubungan yang erat dan saling percaya. Suksesnya pariwisata berbasis komunitas tidak terjadi dalam semalam. Butuh banyak diskusi, keterlibatan aktif dari masyarakat, dan tentunya, peningkatan kemampuan mereka. Program ini juga harus selaras dengan industri pariwisata yang lebih luas.
Di tempat-tempat yang masih berkembang, ini harus diperkenalkan bersamaan dengan destinasi wisata baru, agar lebih menarik dan mendapat dukungan penuh dari para agen perjalanan. Mereka juga melatih semua orang yang terlibat, dari pemandu lokal sampai pemilik hotel, agar pelayanan yang diberikan berkualitas baik sehingga wisatawan yang datang akan selalu ingat dan ingin kembali lagi.
Dalam dunia tur berbasis komunitas, ada beberapa tokoh kunci yang berkolaborasi untuk menciptakan pengalaman yang tak terlupakan, mulai dari desa hingga pasar global :
- Komunitas Lokal
Mereka adalah jantungnya, menawarkan pengalaman yang menggali ke dalam kekayaan budaya setempat. - Pemandu Wisata dari Masyarakat Lokal
Ini adalah warga desa yang telah mendapat pelatihan khusus untuk memandu wisatawan melalui petualangan di kampung halaman mereka, seringkali menggunakan bahasa daerah sebagai media komunikasi. - Pemandu Wisata Profesional Berlisensi
Mereka adalah pemandu wisata yang telah mendapat sertifikasi resmi dari Kementerian Pariwisata. Mereka bekerja dengan perusahaan pengelola destinasi atau penanggung jawab lapangan untuk membawa wisatawan menjelajahi keindahan lokal. Keahlian bahasa Inggris mereka juga patut diacungi jempol. - Penanggung Jawab Lapangan Lokal
Perusahaan-perusahaan ini mengatur tur di tingkat regional, menjadi jembatan antara komunitas lokal dan perusahaan pengelola destinasi, memastikan pengalaman yang autentik dan menyenangkan. - Perusahaan Pengelola Destinasi
Beroperasi di skala nasional, perusahaan ini seperti sutradara besar yang merancang perjalanan wisata yang mencakup berbagai keajaiban di seluruh negeri, siap dipasarkan ke agen perjalanan internasional. - Operator Tur Outbound Internasional
Mereka adalah perusahaan yang berbasis di negara-negara sumber wisatawan, yang merancang dan memasarkan paket tur ini ke penjelajah dunia, memperkenalkan mereka pada keunikan tur berbasis komunitas yang ditawarkan.
Selain pemain utama dalam rantai pasokan, ada juga berbagai pihak yang memberikan dukungan esensial dari luar. Pihak-pihak ini mencakup kementerian-kementerian pemerintah dan dewan-dewan pariwisata, yang bersama-sama dengan asosiasi-asosiasi pariwisata, LSM lokal maupun internasional, lembaga-lembaga pendidikan, serta komunitas-komunitas lokal, berkolaborasi untuk menguatkan fondasi industri ini.
Baca Juga: 8 Tips Komunikasi Efektif Untuk Menjalin Networking Bisnis, Perluas Jejaring Agar Siap Naik Kelas!
Manfaat dan Tantangan Pariwisata Berbasis Komunitas
Bagaimana peluang dan tantangan dalam mengembangkan pariwisata berbasis komunitas ini? Mari kita bahas lebih lanjut dari sudut pandang masing-masing pihak yang terlibat :
1. Anggota Masyarakat
- Manfaat:
Program ini dapat menjadi sumber penghasilan bagi anggota masyarakat. Dengan menjual produk atau jasa yang terkait dengan pariwisata, mereka dapat meningkatkan pendapatan mereka. Melalui pelatihan dan pengalaman dalam mengelolanya anggota masyarakat dapat memperoleh keterampilan baru.
Ini juga memungkinkan anggota masyarakat untuk memperkenalkan budaya lokal mereka kepada wisatawan. Pemerintah juga sering mendukung pengembangan dengan membangun infrastruktur, seperti jalan, sanitasi, dan fasilitas umum.
- Tantangan:
Memang benar, terkadang butuh waktu lama sebelum turis datang dan tur dijual. Karena itu, kesabaran dan ketekunan diperlukan. Mengelola uang dengan baik juga tantangan yang harus diatasi. Anggota masyarakat perlu memahami bagaimana menghitung pendapatan, mengelola biaya, dan mengatur keuangan secara efisien.
Selain itu, dalam komunitas, ada kemungkinan timbul rasa cemburu jika beberapa anggota lebih sukses daripada yang lain. Penting untuk membangun kerjasama dan dukungan antar anggota agar semua dapat merasakan manfaat.
Masalah sampah juga perlu dikelola dengan baik. Anggota masyarakat harus memiliki kesadaran lingkungan dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi, mendaur ulang, dan membuang sampah dengan benar.
2. Pemandu Wisata Berlisensi
- Manfaat:
Pemandu wisata berlisensi biasanya memberikan sambutan yang lebih ramah dan informatif kepada para wisatawan. Mereka tahu banyak tentang tempat-tempat menarik dan cerita-cerita di baliknya dan lebih percaya diri mencicipi kuliner lokal. Wisatawan menjadi senang bertemu dengan penduduk setempat dan mendapatkan pengalaman langsung.
- Tantangan:
Bekerja sebagai tim dengan pemandu komunitas lokal bisa menantang. Perlu komunikasi yang baik agar semuanya berjalan lancar. Terkadang harus memesan pemandu wisata terlebih dahulu, yang tidak selalu nyaman.
3. Operator Tur
- Manfaat:
Operator tur senang memiliki produk baru untuk ditawarkan kepada wisatawan. Program ini memberikan pengalaman lokal yang unik. Dengan pariwisata berbasis komunitas, operator tur dapat memenuhi permintaan wisatawan akan pengalaman yang lebih otentik dan berbeda dari tamasya biasa. Mitra pariwisata internasional juga percaya bahwa ini bentuk pariwisata yang bertanggung jawab.
- Tantangan:
Mengelola pariwisata berbasis komunitas bisa lebih mahal daripada tamasya biasa. Namun, manfaatnya juga lebih besar. Terkadang sulit menghubungi pihak terkait, terutama jika lokasinya di daerah terpencil. Lalu, selama musim ramai, operator tur harus pintar mengatur volume pengunjung agar tetap nyaman dan berkesan.
Memahami pasar adalah kunci sukses untuk pariwisata berbasis komunitas. Tanpa adanya aliran wisatawan, destinasi ini takkan mampu berkembang. Karenanya, penting juga bagi kita untuk selalu up-to-date dengan tren pasar terkini dan bisa menangkap peluang yang muncul untuk destinasi yang ditangani. Rutinlah menyelami studi pasar dari sumber-sumber terpercaya seperti CBI, ITC, SKIFT, UNWTO, WTTC, dan lainnya untuk mengenali profil wisatawan yang biasanya tertarik dengan keunikan budaya lokal.
Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/Membangun-Ekosistem-Desa-Wisata-Bersama-Komunitas. .
- https://jurnal.ugm.ac.id/mgi/article/view/32330.
- https://mpar.upi.edu/membangun-pariwisata-berbasis-komunitas-di-desa/.
- https://learning.intracen.org/course/info.php?id=1515
- https://trends.google.co.id/trends/