Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan - Bicara tentang gerabah di Yogyakarta, perhatian kita akan tertuju pada Desa Kasongan yang terletak di Kabupaten Bantul. Kasongan merupakan sentra gerabah yang dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata Yogyakarta. Sebagian besar penduduknya menjadi pengrajin gerabah secara turun-temurun. 

Gerabah dari Yogyakarta terkenal dengan keindahan dan kerumitannya. Tak hanya sekadar seni, kerajinan ini telah berkembang menjadi industri yang terintegrasi dengan kekayaan budaya daerah setempat. Bagaimana sentra kerajinan gerabah Kasongan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dukungan pemerintah setempat? Yuk, cari tahu lewat artikel Tips Bisnis berikut ini. 


Sejarah Singkat Kasongan 

Dari sekian banyaknya desa di Yogyakarta, Kasongan menjadi satu-satunya desa penghasil gerabah terbesar. Tak heran jika desa ini kemudian menjadi pusat produksi dan perdagangan gerabah yang produknya tidak hanya menjangkau pasar lokal saja, tetapi juga internasional. 

Industri gerabah di Kasongan yang terkenal hingga seantero negeri tentu tidak muncul dalam sekejap mata, tetapi telah melalui proses dan perjalanan yang panjang. Sebelum menjadi pengrajin gerabah, aktivitas sebagian besar penduduk desa Kasongan adalah bertani. 

Sejarah sentra kerajinan gerabah Kasongan bermula dari masa penjajahan Belanda. Di masa itu, terjadi peristiwa yang sangat mencengangkan bahkan menakutkan bagi penduduk desa setempat. Pasalnya, kuda yang diduga milik reserse Belanda ditemukan mati di areal persawahan milik salah satu warga.

Baca Juga: Gie Art And Craft, Menyelaraskan Bisnis dan Edukasi Seni Kerajinan Etnik

Untuk menghindari tuduhan dan hukuman, warga pemilik areal persawahan tersebut melepas hak kepemilikan atas tanah sawah itu dan menyerahkannya kepada pemerintah Hindia Belanda. Aksi ini diikuti oleh warga lain yang memiliki area persawahan yang dekat dengan lokasi kejadian.

Praktis, banyak warga di sentra kerajinan gerabah Kasongan Kasongan yang sudah tidak memiliki sawah sehingga tak bisa lagi bertani. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka beralih menjadi pengrajin gerabah. Warga melihat tanah di desa Kasongan begitu lekat, yang mana tidak mudah pecah ketika dikepal-kepal. Hal tersebut memberi peluang bagi warga untuk membuat kerajinan gerabah dari tanah liat yang melimpah di desanya.


Sentuhan Estetik Warnai Perkembangan Industri Gerabah Yogyakarta

Di tengah gempuran teknologi dan modernisasi, sentra kerajinan gerabah Kasongan tetap berusaha untuk eksis dan berkembang. Para pengrajin gerabah tak berhenti berinovasi baik dalam desain maupun teknik pembuatan, guna menghasilkan karya-karya cantik yang memadukan sentuhan tradisional dengan modern. 

Dalam desain, produk  sentra kerajinan gerabah Kasongan terus mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini tidak lepas dari peran salah seorang seniman Yogyakarta bernama Sapto Hudoyo, yang memberikan pembinaan kepada pengrajin dalam menciptakan gerabah yang estetik dan bernilai jual tinggi, selama periode 1971-1972. 

Adanya sentuhan seni nan estetik menjadikan gerabah Kasongan tidak lagi monoton. Jenis gerabah yang diproduksi pun menjadi lebih variatif dengan banyak pilihan bentuk dan ukuran. Lantas, bagaimana dengan kualitasnya? Tak perlu diragukan lagi, produk gerabah dari Yogyakarta kualitasnya tidak hanya diakui oleh pasar lokal, tetapi juga internasional. 

Berkembangnya sentra kerajinan gerabah Kasongan didukung oleh pertumbuhan sektor pariwisata di wilayah setempat. Banyak wisatawan baik lokal maupun asing yang berkunjung tertarik untuk membeli produk gerabah sebagai kenang-kenangan. Tak hanya itu, sentra kerajinan gerabah Kasongan ini juga menjadi destinasi wisata edukasi dari berbagai sekolah dan instansi untuk melihat dan belajar langsung teknik pembuatan gerabah. 


Pengrajin di Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan

Yogyakarta menjadi rumah bagi ratusan pengrajin gerabah yang masih tetap eksis hingga saat ini. Mereka memperoleh keahlian ini secara turun-temurun dari leluhurnya dan berkomitmen untuk terus mengembangkan sentra kerajinan gerabah Kasongan

Dilansir dari Jurnal Poster Pirata Syandana yang berjudul Pusat Seni Gerabah Kasongan (2023), jumlah pengrajin gerabah yang tersebar di seluruh wilayah Kasongan kurang lebih mencapai 481 unit usaha. Seiring dengan meningkatnya minat dan permintaan pasar, jumlah pengrajin gerabah terus mengalami peningkatan. 

Meski terpusat di Kasongan, namun pengrajin gerabah juga tersebar di berbagai wilayah di Yogyakarta, seperti Panjangrejo di Kecamatan Pundong dan Ngentak di Kecamatan Sedayu. Semua penghasil gerabah ini secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Bantul. Namun tidak diketahui pasti jumlah pengrajin yang masih aktif di kedua wilayah tersebut. 

Baca Juga: Pusatnya Produksi Alas Kaki, Kenalan dengan Sentra Kerajinan Sepatu Kulit di Cibaduyut

Di setiap desa penghasil gerabah, wisatawan dapat menemukan bengkel-bengkel kecil yang menjadi tempat para pengrajin bekerja. Selain itu, terdapat pula toko-toko atau galeri yang digunakan untuk memajang hasil karya gerabah guna menarik minat beli dari wisatawan. 

Meski mengalami perkembangan yang signifikan, bukan berarti sentra kerajinan gerabah Kasongan bebas dari kendala. Ratusan pengrajin gerabah di kota ini masih menghadapi cukup banyak masalah mulai dari persaingan harga, ketersediaan bahan baku dengan harga terjangkau, sarana prasarana yang masih minim, dan akses informasi terkait desa wisata yang terbatas. 

Tidak semua pengrajin memiliki galeri atau toko yang letaknya strategis di tepi jalan raya, tetapi ada yang harus masuk gang. Sayangnya informasi untuk akses ke galeri atau toko tersebut masih minim, sehingga jangkauan wisatawan tidak merata. Sebab, tidak semua wisatawan berkenan mengunjungi ke seluruh toko yang tersebar di wilayah sentra gerabah terbesar di Yogyakarta itu.  

Hambatan dan tantangan yang dihadapi tidak lantas mematahkan semangat pengrajin gerabah untuk terus beroperasi dan berinovasi. Mereka tetap berusaha bertahan dan berusaha menemukan terobosan dan ide-ide baru terkait dengan diversifikasi produk dan strategi pemasaran agar dapat membidik pasar-pasar baru. 


Mendongkrak Omzet Bisnis Gerabah 

Omzet dari sentra kerajinan gerabah Kasongan cenderung bervariasi, tergantung pada skala dan jenis produk yang dihasilkan oleh setiap pengrajin. Pengrajin yang skala bisnisnya kecil dan hanya mengandalkan penjualan langsung kepada pelanggan dan wisatawan lokal, memiliki omzet yang relatif kecil. Sebaliknya, pengrajin yang skala bisnisnya lebih besar, di mana perolehan penghasilannya dari penjualan baik lokal, luar kota, bahkan ekspor ke mancanegara, tentu saja omzetnya lebih besar. 

Menurut Tri Dewi Endarti, seperti dikabarkan oleh Detik Finance (2021), omzet dari bisnis gerabah yang dijalankannya bisa mencapai Rp 5 juta per hari. Secara umum, industri gerabah sempat mengalami penurunan omzet hingga 75% akibat pandemi COVID-19. Untungnya, fenomena tanaman hias yang booming di kalangan masyarakat kembali mendongkrak omzet dari bisnis gerabah ini. 

Guna meningkatkan omzet dan memperluas jangkauan pasar, para pengrajin gerabah di Yogyakarta memanfaatkan marketplace dan fitur-fitur platform media sosial. Tak hanya itu, pengrajin gerabah di Yogyakarta juga rajin mengikuti pameran-pameran seni dan kerajinan agar produk dari bisnisnya bisa dikenal secara luas.

Baca Juga: Makin Untung Jual Produk Kerajinan di Etsy.com, Marketplace Khusus Jualan Karya Seni


Peran Pemerintah dalam Memajukan Industri Gerabah di Yogyakarta

Industri gerabah di Yogyakarta bukan hanya sekadar seni kerajinan, melainkan pelestarian budaya dan tradisi yang memiliki nilai secara ekonomi. Sebab itu pemerintah daerah setempat mengambil peran dalam upaya mengembangkan dan memajukan sentra kerajinan gerabah Kasongan. Pemerintah mendukung dalam bentuk pemberian berbagai program pelatihan, promosi, dan bantuan teknis kepada para pengrajin. 

Tak hanya itu, pemberdayaan masyarakat terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul untuk meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat yang berkecimpung dalam industri gerabah. Pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan industri-industri kecil dengan memberikan kemudahan dalam proses pengajuan izin usaha, dan pembinaan secara intensif. Adanya peran dan dukungan pemerintah ini, diharapkan bisa meningkatkan laju pertumbuhan sektor industri gerabah. 

Dukungan juga diwujudkan dalam bentuk pembukaan galeri seni dan pusat kerajinan tangan. Tujuannya tentu saja untuk memamerkan dan memasarkan aneka produk gerabah lokal, yang kualitasnya standar internasional. 

Adanya potensi ekspor produk gerabah juga tidak luput dari perhatian pemerintah setempat. Hal ini dibuktikan dengan pemberian fasilitas bagi pengrajin gerabah yang ingin berpartisipasi dalam pameran seni dan festival budaya baik di dalam maupun luar negeri. Benar saja, produk gerabah Kasongan berhasil menembus pasar internasional seperti Australia, Eropa, dan Amerika Serikat. 

Dalam penyelenggaraan program-program pelatihan, pemerintah menitikberatkan pada pembelajaran tentang teknik pembuatan gerabah, manajemen bisnis, dan strategi pemasaran. Dukungan pemerintah yang diberikan secara berkelanjutan ini diharapkan mampu meningkatkan semangat dan kreativitas dari pengrajin gerabah. Selain itu, juga mampu menciptakan peluang ekonomi yang mendorong peningkatan kesejahteraan pengrajin para khususnya, dan masyarakat setempat pada umumnya. 

***

sentra kerajinan gerabah Kasongan bukan hanya sekadar karya seni kerajinan, melainkan warisan budaya yang berakar pada tradisi kehidupan masyarakat setempat. Ragam produk yang variatif, inovatif, dan pastinya berkualitas menjadikan industri gerabah ini mampu bertahan di tengah gempuran teknologi dan modernisasi. Kerja sama yang baik antara pemerintah daerah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum sangat berarti bagi keberhasilan dan keberlanjutan industri gerabah di masa yang akan datang. 

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.

Referensi:

  1. Harian Jogja. 2022.
  2. Detik Finance. 2021.
  3. Visiting Jogja. 2023.
  4. Jurnal Poster Pirata Syandana, Vol. 4, No. 2, Jun. 2023.
  5. iNews Yogya. 2023.
  6. Link UMKM. 2021.
  7. Indonesia.go.id. 2018.