Gie Art and Craft – Berbisnis di kategori kerajinan perhiasan dan aksesoris memang tidaklah mudah. Untuk memproduksinya, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran ekstra. Tak cuma itu, persaingan pasar juga menuntut kita untuk kreatif dalam mencari nilai unik dari seni crafting yang ditekuni. Salah satu UKM yang berhasil menonjolkan nilai unik dari setiap koleksinya adalah Gie Art and Craft. Koleksi kalung misalnya, dibuat dengan batu-batuan yang dikombinasikan dengan manik-manik. Hasilnya, adalah desain yang unik, elegan, dan mewah.
Tidak heran bahwa selama tahun 2016 hingga 2021, Gie Art and Craft konsisten terpilih untuk mengikuti pameran Karya Anak Bangsa Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora). Usaha aksesoris asal Cirebon yang didirikan sejak tahun 2015 ini terus mengembangkan desain produknya supaya bisa menembus pasar internasional. Lantas, bagaimana cerita awal perjalanan bisnis Gie Art and Craft ini? Kita simak kisah selengkapnya di bawah ini.
Gie Art and Craft : Berawal Dari Rasa Senang Pada Seni
Gie Art and Craft merupakan sebuah brand artisan dan juga sebagai UKM yang bergerak dalam bidang pengembangan seni dan kerajinan. Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah siapa sosok di balik Gie Art and Craft ini. Nah, di balik kesuksesan Gie Art and Craft ternyata ada sosok perempuan tangguh yang berjuang membesarkan nama Gie Art and Craft. Perempuan itu bernama Egi Nurlatifah. Pertama kali ia mendirikan bisnis kerajinan ini di tahun 2015. Namun, sebenarnya dirinya telah menjual produk kerajinan berupa bross dan headband baby sejak 2009.
Egi menceritakan bahwa dirinya sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan seni dan kerajinan. Namun ia kerap menemukan bahwa harga sebuah aksesoris itu mahal dan jarang yang sesuai dengan keinginannya. Akhirnya ia mulai berpikir untuk mencoba membuat aksesoris sendiri.
“Saya itu suka akan hal yang berbau seni dan kerajinan kayak aksesoris, pernak pernik, dan Home Decor. Nah, dulu sering kali ketika pengen beli aksesoris tapi nggak ada yang sesuai dengan keinginan atau nggak sreg gitu, atau ketika ingin tapi kok harganya mahal banget, padahal bahan yang digunakan juga familiar mudah didapat, dan cara buatnya juga kurang lebih saya tahu, jadi saya berpikir kenapa nggak coba bikin aja sendiri, gitu awalnya”, tutur Egi menjelaskan.
Egi mengungkapkan bahwa awalnya ia hanya coba-coba, tapi munculnya respon positif dari banyak orang, membuat Egi akhirnya memutuskan untuk fokus pada bisnisnya. “Sebelum terjun ke dunia bisnis di bidang kerajinan ini dulu saya pernah bekerja di salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak di tambang. Dan kemudian di 2016 mulai fokus berbisnis mulai dari menjual bahan-bahan craft nya, menjual hasil karya, dan membuka kelas belajarnya juga bagi yang ingin mempelajari,” sambungnya.
Sebelum ia membuka kelas, tentunya Egi belajar banyak hal tentang dunia seni dan kerajinan tangan. Kecintaannya pada dunia kriya membuatnya benar-benar totalitas belajar. Ia bahkan sampai mengikuti sertifikasi untuk mempelajari teknik-teknik seni yang baru.
“Saya sengaja ikut sertifikasi langsung bersama masternya dari luar negeri untuk mempelajari beberapa teknik seni. Sehingga beberapa karya dari teknik-teknik baru itu pun menambah varian produk saya”, ungkap Egi.
Pengembangan dan Pencapaian Bisnis Gie Art and Craft
Berkat kegigihan dan juga semangat belajarnya, kini Egi memiliki banyak varian produk, diantaranya :
- Produk Fashion Aksesoris (Wire Jewelry, Bros, Kalung, Gelang, Bag Charm, dan lain-lain)
- Kebutuhan New Normal (Masker Hias Non-Medis, Konektor Masker, Strap Masker, Hand Sanitizer Holder, New Normal Kit, dan lain-lain)
- Home Dekorasi
- Mini Sewing Project (Purse Frame, Pouch, Phone Sling Bag)
- Decoupage Art (Home Decor & Fashion) sebuah teknik dari Eropa yaitu seni memotong dan menempel tisu pada berbagai media
- Seni Olah Kain (Suminagashi, Shibori, Ecoprint)
- Seni Kerajinan Jepang (Kurumie, Kimekomi)
- Sculpture Painting, seni olah relief floral 3D menggunakan teknik One Swab One Petal berasal dari Rusia
- Macrame dan Crochet
- Sospeso Trasparente, sebuah teknik dari Italia untuk membuat hiasan 3D menggunakan Thermal Film
Selain membuka kelas belajar seni dan kerajinan tangan, dalam upayanya mengembangkan bisnis ia juga kerap mengikuti berbagai bazar dan pameran baik di wilayah kota dan kabupaten Cirebon hingga ke luar kota dan bahkan ke luar pulau Jawa. Ia juga mengajukan diri ke dinas-dinas terkait untuk menjadi UMKM binaan. Ia juga menitipkan produknya di banyak tempat.
“Saat ini produk saya dibantu dipasarkan oleh beberapa reseller, terus titip di toko teman, galeri hotel, dan beberapa mitra toko di luar kota, salah satunya di Jogja Pasaraya dan toko Adi Sumarmo. Selebihnya saya jual online dari WhatsApp, Instagram, dan marketplace”, jelas Egi.
Sekali lagi, berkat semangat dan optimisme yang besar, serta dedikasi Egi terhadap masyarakat melalui kelas-kelas bisnisnya, Egi mendapat kesempatan mengikuti kurasi dan lolos di beberapa event seperti UKM Jabar Juara, Pameran Cirebon Entrepreneur Fest dari Bank Indonesia Cirebon, dan BRIlian preneur, dan masih banyak lagi.
Egi juga mengaku bahwa bisnisnya masih dikelola oleh dirinya sendiri, namun ia juga memiliki karyawan freelance terutama untuk membantunya jika ada pesanan dalam jumlah banyak. Namun meskipun ia mengelola bisnis sendiri, ia tetap berusaha untuk bisa membagi peran, baik dalam bisnis maupun urusan di rumah.
“Sebisa mungkin saya me-manage waktu dan berbagi peran dalam menjalankan bisnis ini”, sambungnya.
Menjawab Tantangan Bertahan di Tengah Pandemi
Nah, ketika pandemi COVID-19, Egi menuturkan bahwa bisnisnya mengalami penurunan aktivitas. Terutama untuk kelas-kelas belajarnya.
“Saya sendiri yang kebetulan usaha di bidang kerajinan, dan mengajar kelas-kelas kerajinan yang semula diadakan tatap muka pun jadi sama sekali tidak bisa dilaksanakan saat itu”, terang Egi.
Namun, dirinya tetap berusaha mempertahankan bisnis dengan cara melihat peluang yang ada. Waktu itu kebutuhan masker masih lumayan sulit dan terbilang mahal, dari situ Egi melihat peluang untuk membuat masker kain. Dan beruntungnya, banyak sekali yang memesan masker tersebut.
“Pada saat pandemi ikut melakukan perubahan juga, ikut mengambil peluang. Saat itu saya membuat masker hias non medis dengan sulam pita. Ketika pertama kali mengunggah hasil karya masker sulam di sosmed dan WhatsApp ternyata antusiasnya sangat baik, pesanan mulai banyak berdatangan meski harganya tidak bisa dikatakan murah. Kebanyakan dari customer sabar menanti karena memang pembuatannya secara handmade dan hanya saya sendiri yang membuat, jadi sangat terbatas tidak bisa membuat langsung dalam jumlah banyak. Ketika masuk bulan Ramadhan pesanan meningkat tajam sehingga saya menerapkan sistem PO”, kisahnya.
Egi mengatakan bahwa dirinya masih beruntung bisa mempertahankan bisnisnya saat pandemi. Dan berkah lain juga datang ketika saat pandemi, yaitu munculnya tren Zoom Meeting, ia akhirnya mendapat tawaran untuk mengajar kerajinan secara online.
“Terlepas dari semua kesulitan yang saya hadapi itu saya tetap berusaha untuk terus bertahan, dan mengingat saya masih memiliki keterbatasan SDM, maka saya harus bisa me-manage waktu dan berbagi peran”, sambungnya.
Egi hanya berharap bahwa bisnisnya bisa terus bertahan dan bisa terus menginspirasi banyak orang untuk memulai bisnis melalui kelas belajarnya. Ia juga kedepannya ingin memiliki admin sosial media yang menguasai bidang multimedia, terutama untuk membantu dirinya dalam proses editing, membuat konten dan monitoring marketplace.
Nah, sebagai penutup, Egi ingin menyampaikan pesan kepada kita semua, nih! Terutama untuk Sahabat Wirausaha yang baru ingin mencoba terjun ke dunia bisnis.
“Modal utama tidak selalu soal uang, yang utama adalah tekad kita sendiri, cari tau apa dorongan atau alasan terkuat kita ingin berbisnis itu apa? Jika terkendala dengan uang, bisa memulai dengan sistem affiliate atau reseller atau dropshiper dari suatu produk lain. Atau mulai dari bahan baku yang sudah tidak terpakai yang bisa kita olah menjadi suatu produk. Intinya mulai saja dulu karena akan ada 2 kemungkinan, berhasil atau gagal, tetapi jika tidak memulai maka sudah dipastikan tidak akan ada hasil”, tutupnya.
Nah, bagaimana Sahabat Wirausaha, menarik bukan cerita dari Gie Art and Craft di atas? Sekian dulu ya untuk cerita perjalanan bisnis UKM kali ini, semoga bisa menjadi inspirasi kita bersama. Semangat!
Narasumber : Egi Nurlatifah(Founder Gie Art and Craft)
Instagram : @gie_artandcraft
Facebook : Gie Art and Craft Decoupage Shop