Sentra Kerajinan Sepatu Kulit, Cibaduyut – Sahabat Wirausaha, jika bicara soal Kota Bandung, tentu yang mungkin terlintas di benak Sahabat Wirausaha adalah surganya kuliner. Namun ibukota Jawa Barat itu juga identik sebagai sentra industri sepatu kulit yang berpusat di Cibaduyut. Perkembangan industri di Cibaduyut pun terus diperhitungkan mengingat pasar alas kaki di Indonesia diproyeksikan menembus US$5,49 miliar di tahun 2024. Bahkan dilansir Kontan, segmen alas kaki kulit menguasai pasar dengan nilai mencapai US$2,34 miliar.

Sebagai salah satu kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kidul, Cibaduyut telah lama termahsyur sebagai sentra kerajinan sepatu kulit. Produk-produk sepatu kulit asal Cibaduyut bahkan punya harga jual tinggi lantaran kualitasnya tidak mengecewakan. Bahkan Presiden Jokowi dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dikenal pernah memakai sepatu produksi Cibaduyut. Memang seperti apa sih industri  sepatu tersebut? Simak terus artikelnya hingga usai, ya!


Sejarah Sentra Kerajinan Sepatu Kulit di Cibaduyut

Untuk bisa mencapai Cibaduyut saat ada di Bandung, bukanlah sesuatu yang sulit. Kawasan yang dekat dengan Terminal Leuwi Panjang ini bahkan bisa dibilang sangat mudah ditemukan, karena terdapat tugu atau monumen berbentuk sepatu kulit yang membuat siapapun sadar wilayah tersebut merupakan Cibaduyut. Dari pusat kota Alun-Alun Bandung, kalian tinggal menempuh jarak sejauh 10 kilometer atau sekitar 30 menit perjalanan untuk mencapai Cibaduyut.

Dalam lingkup ekonomi, Cibaduyut bahkan tidak bisa diremehkan. Selama bertahun-tahun, popularitasnya sebagai sentra kerajinan sepatu kulit di Tanah Air membuat produk-produk Cibaduyut telah diekspor hingga ke-27 negara, seperti dilansir Fimela.

Baca Juga: 7 Sentra Batik di Indonesia, Cari Supplier Batik di Sini

Keberhasilan itu jelas tidak diperoleh dalam waktu singkat karena dalam catatan sejarah yang dikutip Ayo Bandung, usaha kerajinan sepatu di Cibaduyut telah dimulai saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda yakni di tahun 1920. Di mana 100 tahun lalu ada beberapa penduduk yang sebelumnya bekerja sebagai buruh pabrik sepatu memilih berhenti, lalu berbekal pengalaman dan kemampuannya mereka mulai merintis usaha produksi alas-alas kaki sederhana di rumah masing-masing.

Dibantu oleh keluarga dan lingkungan sekitar, usaha-usaha produksi skala kecil di sentra kerajinan sepatu kulit itu rupanya makin besar baik dari segi omzet dan cakupan pasar. Dalam waktu 20 tahun atau jelang penjajahan Jepang, industri sepatu kulit di Cibaduyut terus berkembang dan pesanan jadi membludak sehingga membuatnya jadi populer lantaran kualitas produk dan desainnya. Tak main-main di sekitar tahun 1940 itu sudah ada sekitar 89 unit pengrajin sepatu di Cibaduyut.

Terbukti dalam jurnal Strategi Penguatan Citra Cibaduyut sebagai Kawasan Wisata Kerajinan Sepatu di Kota Bandung, disebutkan sudah ada sekitar 250 unit usaha produksi sentra kerajinan sepatu kulit di Cibaduyut. Perjalanan menjadi makin menarik karena tepat pada tahun 1978, Cibaduyut menjelma sebagai sentra kerajinan sepatu kulit terbesar di wilayah Bandung Raya. Demi memaksimalkan potensinya, pemerintah pun melakukan pengkajian dan bimbingan lewat pembentukan UPT (Unit Pelayanan Teknis).

Keberadaan UPT-UPT di Cibaduyut memberi dampak positif karena membuat kerjasama pemerintah lewat departemen LP3ES dan lembaga swasta makin efektif, sehingga pembinaan bagi pengrajin pun jadi maksimal secara jangka panjang. Lalu pada tahun 1980an, pemerintah meluncurkan program BIPIK dari Departemen Perindustrian yang memberi fasilitas bantuan sarana dan prasarana pada UPT sentra kerajinan sepatu kulit di Cibaduyut baik pembangunan gedung, mesin, peralatan dan program kepelatihan seperti dilansir Pikiran Rakyat.

Namun kesuksesan selama lebih dari 50 tahun lamanya mulai bergejolak di Cibaduyut ketika Indonesia dilanda krisis moneter (krismon) pada tahun 1998 silam. Belum lagi memasuki tahun 2000an hingga sekarang, sudah semakin banyak sepatu-sepatu impor yang membanjiri pasar Tanah Air sehingga membuat pengrajin di Cibaduyut harus memikirkan strategi khusus untuk bertahan.

Baca Juga: Cara Memulai Bisnis Batik dengan 8 Tips Sederhana Ini


Strategi Pengrajin Sepatu Cibaduyut di Tengah Gempuran Impor

foto: Humas Kota Bandung

Masuknya produk-produk sepatu kulit impor memang membuat Cibaduyut sebagai sentra kerajinan sepatu kulit di Indonesia, cukup tertekan. Bahkan dalam waktu sepuluh tahun sejak 2010, pamor sepatu Cibaduyut terus menurun yang akhirnya diperburuk pandemi COVID-19. Syamsuludin selaku salah satu pengrajin sepatu di Cibaduyut pun kepada Republika menjelaskan jika masa kejayaan bisnisnya terasa di tahun 2000an.

Memulai bisnis pada tahun 2006, Syamsuludin tak menampik kalau kebijakan impor membuat pamor sepatu kulit Cibaduyut perlahan meredup lantaran gempuran sepatu-sepatu kulit luar negeri yang harganya cenderung lebih murah. Meski begitu, bukan pengrajin Cibaduyut namanya jika cepat menyerah. Mereka yang sudah menjalankan bisnis konvensional secara bertahun-tahun pun mempelajari digital marketing. Memilih jalur penjualan online, sepatu Cibaduyut pun dikenal oleh generasi-generasi yang lebih muda.

Strategi jualan online baik lewat e-commerce atau media sosial juga dialami oleh Dindin Kurniadi. Generasi kedua pengrajin sepatu kulit yang kini berusia 42 tahun itu mengaku kepada Kompas kalau dirinya sudah menjadi pengrajin selama sejak tahun 2007, sehingga membuat tekadnya untuk terus bertahan makin besar. Bahkan saat ada yang memberi ulasan negatif jika sepatu-sepatu kulit Cibaduyut cepat rusak, Dindin berusaha mempertahankan kualitas produknya.

“Penurunan penjualan itu mulai terasa tahun 2014 dan sampai pandemi. Dulu usaha saya bisa membuat ribuan pasang sepatu tiap Minggu dengan pekerja mencapai 35 orang. Tapi waktu pandemi terpaksa berhenti produksi, bahkan sampai mau bangkrut. Selama dua tahun pandemi itu sangat berat, tapi di 2023 kami mencoba bangkit lagi,” cerita Dindin.

Beruntung bagi Dindin dan para pengrajin sepatu kulit Cibaduyut lainnya, pemerintah Kota Bandung memberikan pendampingan penuh untuk upskilling mulai dari pemasaran produk secara online, dilibatkan dalam sejumlah pameran dan pelatihan kualitas produksi. Dirinya tak menampik kalau pilihannya untuk go online sejak tahun 2019 memberikan dampak efektif. Jika sebelumnya para pembeli datang ke toko, kini sepatu-sepatu Dindin dijual online.

Senada dengan penjelasan Dindin, Ina Herlina selaku Kepala Seksi Ekbang (Ekonomi dan Pembangunan) Kelurahan Cibaduyut mengaku kalau pemerintah sudah melakukan berbagai langkah-langkah strategis demi meningkatkan pemasaran dan produksi. Bahkan Cibaduyut sudah menjalin kerjasama dengan salah satu universitas dan perusahaan e-commerce, di mana mereka melibatkan sekitar 22 pengrajin supaya bisa melakukan transformasi bisnis ke ranah digital.

Baca Juga: Makin Untung Jual Produk Kerajinan di Etsy.com, Marketplace Khusus Jualan Karya Seni 

Dari data yang ada hingga akhir November 2022, sudah ada sekitar 195 pengrajin di sentra kerajinan sepatu kulit, sedangkan dalam lingkup Kelurahan Bojongloa Kidul, ada lebih dari 600 unit usaha.


Ikonik, Cibaduyut Jadi Kampung Wisata Kreatif        

foto: Humas Kota Bandung

Sebelum sempat ‘mati suri’ akibat krismon dan pandemi, tepat pada tahun 1989 silam, sentra kerajinan sepatu kulit Cibaduyut diresmikan pemerintah sebagai tujuan wisata. Hal ini akhirnya membuat produk yang dijual di Cibaduyut makin beragam mulai sepatu, tapi juga tas, jaket, hingga aksesoris berbahan kulit asli. Diperkuat dengan adanya Festival Sentra Cibaduyut yang diprakarsai Disperindag Kota Bandung pada 8-13 November 2022 di Ciwalk Bandung, menjadikan wisatawan yang berkunjung ke Cibaduyut jadi meningkat.

Seolah tanggap dengan tingginya minat wisatawan di era-era kebangkitan sepatu kulit Cibaduyut, Aniya Rachmawati yang pernah menjabat sebagai Camat Bojongloa Kidul meluncurkan berbagai program inovatif salah satunya adalah Kampung Kreatif. Dilansir website resmi Pemkot Bandung, peresmian Kampung Kreatif Sepatu Cibaduyut telah dilakukan pada Juli 2018 oleh Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung yang terletak di RW 03 Kelurahan Cibaduyut.

Bahkan dalam waktu lima tahun saja, Kampung Kreatif itu telah menjelma sebagai KWK (Kampung Wisata Kreatif) ke-7 di Bandung. Yana Mulyana selaku mantan Walikota Bandung kepada Radar Online menegaskan kalau Cibaduyut masihlah jadi salah satu destinasi wisata unggulan. Sejalan dengan visi wisata Bandung lewat pendekatan kreativitas dan inovasi, sentra kerajinan sepatu kulit Cibaduyut jelas akan tetap populer dan melahirkan sepatu-sepatu berkualitas ekspor. Jadi, kapan mau ke Cibaduyut?

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.