Set of facial creams products

Jiwa entrepreneur dalam diri seseorang tidak selalu muncul karena faktor keturunan, tetapi bisa juga dari bakat dan potensi yang terus diasah dan dikembangkan. Artinya seseorang yang bukan berasal dari keluarga pengusaha nan kaya raya, bisa saja meraih kesuksesan sebagai entrepreneur. Kuncinya adalah memiliki ‘modal’, tak harus selalu berupa finansial, tetapi niat dan tekad kuat yang selalu diwujudkan dalam ketekunan dan semangat pantang menyerah.

Seperti yang dilakukan oleh couplepreneur Indra Rinaldy dan Siti Sholikah, yang sukses membangun bisnis company offline store di bidang fashion dan kecantikan di Kota Jombang, Jawa Timur. Tidak ada yang menyangka bahwa couplepreneur ini mampu meraih sukses dalam bisnis di usia yang terbilang sangat muda, yakni di bawah 30 tahun.

Tak ada kesuksesan tanpa perjuangan. Hal ini pun tidak lepas dari couplepreneur asal Jombang ini ketika mulai merintis bisnisnya. Begitu banyak hal dilalui, termasuk rintangan-rintangan yang meski dirasa berat namun tetap harus dijalani demi masa depan yang lebih baik. Inilah kisah inspiratif Indra dan Shol, demikian panggilan akrab dari couplepreneur ini.


Keluarga Menjadi Motivasi Terbesar

Kemiskinan orang tua tidaklah diturunkan kepada anak-anaknya, bahkan anak mampu mengangkat derajat orang tua dan bangkit dari keterpurukan ekonomi. Inilah yang terjadi dan dirasakan oleh Indra Rinaldy dan Siti Sholikah, owner dari Panda Corp yang menaungi beragam bisnis dengan brand Hijub Panda, Panda Lovely, dan Baby Panda.

Indra Rinaldy mengalami perubahan ekonomi keluarga yang demikian drastis. Dari yang awalnya berkecukupan hingga serba kekurangan. Kesulitan ekonomi yang dialami, berdampak pada perceraian kedua orang tuanya. Indra dan adiknya kemudian diasuh oleh sang ayah dan pindah dari Tarakan, Kalimantan Utara ke Jombang, Jawa Timur. Waktu itu Indra duduk di bangku kelas 1 SMA.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Customer Engagement Dalam Bisnis

Dalam kondisi ekonomi yang serba terbatas, Indra tidak pernah leluasa untuk jajan di kantin seperti teman-teman lainnya, karena ia tidak pernah diberi uang saku. Keterbatasan ekonomi dirasakan begitu menghimpit dan menekan, tapi tidak ada gunanya hanya meratapi nasib. Dengan mengesampingkan ego dan rasa malu, Indra berjualan gorengan dengan mengambil keuntungan Rp 200. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang saku dan bisa menabung.

Lulus dari SMA, Indra sebenarnya ingin melanjutkan kuliah. Namun apa daya, ayahnya tak mampu membiayai pendidikannya lebih lanjut. Indra menunda keinginannya untuk kuliah dengan bekerja di Alfamart di Kota Surabaya, setelah gagal mendapatkan beasiswa dari perusahaan jaringan toko swalayan yang sama. Untuk menghemat biaya sewa kost dan konsumsi sehari-hari, Indra menjadi marbot di sebuah masjid tak jauh dari tempatnya bekerja.

Baca Juga: 6 Bisnis yang Punya Prospek Cerah di Masa Pandemi

Bekerja di swalayan retail selama tiga bulan, Indra mendapatkan tawaran kerja di salah satu perusahaan di Surabaya. Setelah bekerja selama satu tahun, akhirnya Indra bisa mewujudkan mimpinya untuk kuliah di Universitas Dr. Soetomo program ekstensi atau kelas malam. Sebagai mahasiswa, Indra cukup aktif dan bergabung dengan komunitas Gerakan Mahasiswa Surabaya. Di komunitas inilah Indra bertemu dengan Shol, yang kelak menjadi pendamping hidupnya.

Berbeda dengan Shol, meski juga berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas, namun ia lebih senang jika dikatakan dari keluarga sederhana. Sebab, ibunya senantiasa mengajarkan untuk pandai-pandai bersyukur. Sang ayah yang bekerja sebagai penarik becak juga tak mampu membiayai pendidikan Shol hingga perguruan tinggi. Namun, prestasi yang dimiliki selama duduk di bangku SMA, menuntunnya untuk meraih beasiswa Bidikmisi.

Baca Juga: Mengidentifikasi Peta Persaingan Supaya Bisnis Tetap Unggul

Sebagai pribadi yang mudah bergaul, Shol memiliki banyak teman. Hal ini dimanfaatkannya untuk berjualan hijab sebagai bisnis kecil-kecilannya sambil kuliah. Meski tak memiliki latar belakang ilmu bisnis, karena jurusan yang diambil adalah Teknik Lingkungan, namun tak mengurangi semangat Shol untuk terus berbisnis.

Sederhana bukan berarti miskin. Sebab kekayaan justru datang dari hati yang pandai bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan oleh Sang Pencipta. Rasa syukur itu akan memberi ketenangan dan kecukupan yang tidak bisa diduga. Inilah pelajaran penting yang selalu memotivasi couplepreneur ini untuk terus berjuang dan pantang menyerah.


Suka Duka Berbisnis Online Sambil Bekerja

Keuletan dan kesederhanaan seorang Shol ternyata mampu menarik hati Indra. Gayung pun bersambut, karena Shol juga membuka hatinya untuk Indra. Akhirnya keduanya memutuskan untuk berkomitmen dan menikah muda, di saat keduanya sama-sama belum lulus kuliah.

Sebagai pasangan muda, Indra tetap bekerja di sebuah perusahaan sambil kuliah untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarga kecilnya sehari-hari. Sementara Shol juga tetap beraktivitas di kampus dan menjalankan bisnis jualan hijab secara online. Untuk lebih menghemat pengeluaran, Indra dan Shol memutuskan untuk menyewa sebuah rumah di pinggiran Kota Surabaya. Alih-alih bisa mengembangkan bisnisnya, keputusan menyewa rumah tersebut justru mengakibatkan bisnisnya menjadi tidak produktif. Akhirnya, keduanya berniat untuk oper kontrak.

Baca Juga: Tips Memulai Usaha Dagang atau Toko Online

Pahitnya perjuangan Indra dan Shol membangun bisnis mulai dirasa sejak mendapat kabar tentang adik Indra yang sakit TBC. Untuk memberi semangat hidup kepada sang adik, Indra dan Shol memutuskan untuk pindah ke Jombang, dan mempercayakan pengelolaan bisnis kepada adiknya dengan tujuan agar memiliki kegiatan, sehingga semangatnya untuk sembuh semakin kuat.

Setelah pindah ke Jombang, kendala mulai muncul karena jika mengandalkan pengiriman barang-barang dagangan dengan ekspedisi membutuhkan waktu cukup lama. Padahal mereka ingin agar turn-over barang dan uang tetap tinggi. Untuk mengatasi kendala tersebut, Indra dan Shol harus rela mengantar sendiri barang-barang dagangan dari Surabaya ke Jombang setiap hari. Kegiatan tersebut dilakukan sehabis magrib sepulang kerja, dan setelah subuh mereka harus kembali ke Surabaya untuk bekerja dan kuliah.

Baca Juga: Kupas Tuntas Pengelolaan Reseller di Era Digital

Di saat pasangan muda menghabiskan waktunya dengan nongkrong atau jalan-jalan menikmati kebersamaan, Indra dan Shol justru harus ‘wara-wiri’ Surabaya-Jombang dengan sepeda motor demi membangun bisnis online-nya. Aktivitas ini berlangsung hingga kurang lebih delapan bulan. Indra merasa tidak tega dengan Shol yang membonceng di belakang sambil memegang erat barang-barang dagangan. Namun, bagi Shol sendiri hal tersebut justru memiliki keseruan dan kenangan yang tak terlupakan.

Perjuangan Indra dan Shol mulai membuahkan hasil. Meski omzet yang diterima belum bisa dikatakan besar, namun tren menunjukkan adanya kenaikan dari bulan ke bulan. Untuk bisa lebih fokus pada bisnisnya, Indra memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan berhenti kuliah di semester akhir. Suatu keputusan sulit yang harus diambil.

Baca Juga: Fitur Tokopedia Yang Jarang Diketahui Pelapak


Branding Bisnis Online

Seiring dengan berkembangnya bisnis online shop yang ditekuninya, Indra dan Shol mulai berpikir tentang branding. Cukup membingungkan karena keduanya sama-sama tidak memiliki basic ilmu bisnis yang mumpuni.

Sesuai dengan produk yang dijual yaitu hijab dan produk fashion, brand bisnis untuk online shop yang dibangun adalah Hijub Panda. Istilah ‘Hijub’ adalah pelesetan dari kata hijab, karena kata hijab sudah banyak digunakan oleh toko-toko sebelah, jadi untuk membedakan dari yang lainnya digunakanlah istilah tersebut. Sementara kata ‘Panda’ merupakan panggilan sayang Indra kepada Shol sebelum mereka menikah.

Baca Juga: Tips Memilih Atribut Brand

Dalam hal pemasaran pun tidak ada strategi khusus, mereka hanya mengandalkan bonek saja alias ‘bondo nekat’. Diawali dari strategi keuntungan serba Rp 5.000. Jadi mereka menjual murah dulu untuk menarik target pasar, di mana pemasaran dan penjualan dilakukan melalui Instagram. Strategi tersebut ternyata mampu membidik tepat sasaran, karena publik mulai mengenal Hijub Panda sehingga orderan yang masuk semakin banyak.


Ekspansi ke Bisnis Offline Store

Bisnis online shop Hijub Panda yang dibangun Indra dan Shol semakin berkembang dari waktu ke waktu. Ketika momen lebaran, mereka mampu meraup omzet maksimal hingga Rp 60 juta. Namun setelah momen lebaran, omzet yang diperoleh sekitar Rp 30 juta sampai dengan Rp 40 juta.

Couplepreneur ini merasa bisnisnya akan sulit berkembang apabila hanya mengandalkan online shop saja. Akhirnya keduanya memutuskan untuk mencoba ‘bermain’ offline store dengan menyewa sebuah tempat di pusat Kota Jombang untuk dijadikan toko.

Baca Juga: Langkah Aksi Membangun Brand untuk Meningkatkan Nilai dan Citra Positif Produk/Perusahaan

Meski awalnya terkendala dengan biaya sewa, namun akhirnya Indra dan Shol menemukan solusi setelah salah seorang teman menawarkan untuk berinvestasi di bisnisnya. Tanpa perlu mencari pinjaman ke bank, Indra dan Shol membuka offline store dari modal yang diperoleh dengan sistem investasi.

Sistem investasi yang ditawarkan Indra dan Shol menggunakan akad mudharabah, yakni kerja sama bisnis dengan sistem bagi hasil baik untuk keuntungan maupun kerugiannya. Dengan mengandalkan investasi dari teman-temannya, Indra dan Shol dapat membuka offline store sebagai wujud dari ekspansi bisnisnya.

Baca Juga: Memilih Berbisnis Lewat E-commerce di Era Digital

Untuk menarik minat konsumen, saat opening tokonya, Indra dan Shol lagi-lagi menggunakan strategi 5.000. Namun kali ini bukan keuntungan yang serba Rp 5.000, tetapi harga mulai dari Rp 5.000. Harapannya dengan memasang harga murah tersebut, konsumen akan penasaran dan tertarik untuk datang mengunjungi toko.

Tanpa diprediksi sebelumnya, bisnis Hijub Panda mengalami perkembangan pesat. Bahkan, dalam sehari penjualan barang langsung ludes sehingga sang owner justru kebingungan, apa yang akan dijualnya esok hari. Mereka kemudian mengatur strategi dengan mempercayakan pengelolaan toko kepada empat orang karyawannya, sedangkan Indra dan Shol fokus pada ‘kulakan’ atau penyediaan stok barang.

Baca Juga: Apa itu Creativepreneur?

Meski bisnis berkembang, namun omzet penjualan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Indra dan Shol kembali harus memutar otak untuk meningkatkan omzet. Muncul ide untuk mengembangkan penjualan produk yang potensial, yakni aksesoris, kosmetik, dan skin care. Dengan menyewa tempat lain yang tidak terlalu jauh jaraknya dari toko pertama, dikembangkanlah bisnis baru dengan brand Panda Lovely.


Impian Menjadi Brand Store Kecantikan No. 1 di Indonesia

Untuk membangun bisnis skin care Panda Lovely, Indra dan Shol kembali membuka investasi, karena mereka tidak memiliki modal yang memadai. Lantas, kemana keuntungan yang diperoleh dari bisnis Hijub Panda yang berkembang pesat?

Sebagai couplepreneur yang minim ilmu budgeting, Indra dan Shol tidak pernah mengambil profit bisnisnya. Mereka hanya menggaji diri mereka sendiri, yang besarannya disesuaikan dengan omzet yakni berkisar antara Rp 1,5 juga hingga Rp 2 juta saja. Sementara keuntungan lainnya diputar kembali untuk mengembangkan bisnis.

Baca Juga: Tips Memilih Mitra Ahli untuk Melakukan Inovasi

Dalam menjaring investor pun, Indra dan Shol selalu menawarkan hitungan pesimis, realistis, dan optimis. Artinya, Indra dan Shol tidak hanya menawarkan bisnisnya sebagai ‘angin surga’ yang selalu menguntungkan, tetapi juga menyadarkan calon investornya bahwa bisnis ini pun memiliki risiko.

Bisnis skin care Panda Lovely mendapat sambutan positif dari publik, terutama segmen pasar yang dibidik yakni perempuan dengan rentang usia 18 hingga 24 tahun. Sejak opening, omzet bisnis Panda Lovely mencapai angka sesuai yang diprediksi dan terus mengalami kenaikan.

Namun pada pertengahan Maret 2020, bisnis Panda Lovely mengalami tekanan yang cukup besar sebagai dampak dari terjadinya pandemi Covid-19. Bisnis ini mengalami penurunan omzet yang begitu tajam hingga 80%. Meski sepi, namun toko tetap harus buka agar kerugian tidak semakin besar. Pada Mei 2020, cahaya kembali menerangi Panda Lovely, di mana pada bulan tersebut, aktivitas bisnis di toko mulai menggeliat dan menunjukkan peningkatan omzet.

Baca Juga: Mengenal Perbedaan Pemilik dan Pengelola Perusahaan

Bahkan selama pandemi Covid-19, bisnis Hijub Panda mengalami ekspansi dengan membuka cabang di Kota Kediri dan Tulungagung. Antusiasme konsumen di kedua kota tersebut juga begitu besar dan positif sehingga menjadikan bisnis Hijub Panda semakin berkembang.

Ke depannya, Indra dan Shol ingin membuka cabang di setiap kota di seluruh Indonesia. Namun, saat ini mereka lebih fokus di wilayah Jawa Timur lebih dulu. Bahkan mereka telah mempersiapkan untuk membuka toko keempat yang direncanakan akan menjadi yang terbesar dan terlengkap dari toko-toko sebelumnya.

Tagline yang diusung oleh couplepreneur ini adalah “Store Kecantikan No. 1 di Indonesia.” Penggunaan istilah No. 1 bukan berarti klaim kesombongan dan sifat takabur, melainkan mimpi yang ingin diwujudkan. Jadi pada tagline tersebut terkandung suatu doa yang harapannya bisa terkabul dan terwujud secara nyata.

Baca Juga: Apa itu Business Model Canvas (BMC)?

Muda, berbakat, penuh semangat, dan optimis. Itulah gambaran tepat bagi couplepreneur, Indra Rinaldy dan Siti Sholikah yang rela menunda kesenangan untuk mereguk madu kesuksesan yang lebih manis di masa mendatang.

Penasaran dan ingin tahu lebih lanjut tentang kisah mereka? Kisah inspiratif dari couplepreneur muda asal Jombang ini, selengkapnya dapat dilihat pada video Dimulai Dari Kota Kecil, Bermimpi Menjadi Brand Store Kecantikan No 1 di Indonesia.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.