Dalam mengukur kesehatan keuangan bisnis tidaklah semudah melihat besaran hutang dan jumlah aset perusahaan. Dalam menganalisa kesehatan keuangan diperlukan alat ukur dari berbagai sudut pandang untuk dijadikan bahan pertimbangan.
Kesehatan keuangan perusahaan bisa dianalisa dari berbagai komponen di perusahaan. Jika Sahabat Wirausaha masih bingung dengan bagaimana cara untuk menganalisa kesehatan bisnisnya, artikel ini sangat cocok untuk disimak.
Baca Juga: Penyusunan Rencana Untuk Menunjang Pertumbuhan Usaha
Ada berbagai alat ukur yang bisa dijadikan sarana untuk perhitungan analisanya. Misalnya dengan menggunakan rasio profitabilitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio aktivitas.
1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur tingkat keuntungan perusahaan dalam mendapatkan profit dari kegiatan usahanya. Misalnya dalam kegiatan penjualan, penggunaan aset, maupun dalam penggunaan modal.
Baca Juga: Menyusun Anggaran dan Proyeksi Pertumbuhan Usaha untuk Rencanakan Kesuksesan
Rumus yang bisa digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:
- Gross Profit Margin / Margin Laba Kotor
Untuk menghitung gross profit perusahaan bisa didapat dari:
Laba Kotor=Pendapatan Penjualan-Harga Pokok Penjualan
Pendapatan penjualan bisa berasal dari penjualan produk atau jasa kepada customer. Sedangkan harga pokok penjualan merupakan variable biaya yang langsung berhubungan dengan produk, misalnya biaya bahan baku.
Setelah didapatkan angka laba kotor, kemudian tinggal menghitung persentase gross profit margin dengan rumus berikut:
%Gross Profit Margin=Gross Profit Margin Pendapatan Penjualan x 100%
Perusahaan yang bagus biasanya memiliki persentase gross profit margin di atas 0,75 atau 75%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba tinggi dengan menerapkan efisiensi biaya harga pokok penjualan. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki persentase di bawah angka tersebut, maka artinya perusahaan belum mampu mengendalikan biaya produksi dengan baik.
- Net Profit Margin
Sama halnya dengan perhitungan gross profit di atas, net profit margin juga didapat dari pengurangan pendapatan penjualan dengan biaya. Namun, yang membedakannya adalah, pada net profit margin, seluruh biaya operasional dicatat. Misalnya biaya gaji & tunjangan, biaya listrik, biaya internet, biaya sewa, dll. Maka akan didapatkan angka laba bersih.
Baca Juga: Menganalisis Laporan Arus Kas
Setelah mendapatkan angka laba bersih, selanjutnya menghitung persentase net profit margin seperti di bawah ini:
%Net Profit Margin=Net Profit Margin Pendapatan Penjualan x 100%
Persentase Net Profit Margin bisa digunakan dalam melakukan perbandingan antara satu periode perusahaan dengan periode lainnya. Selain itu, bisa juga sebagai perbandingan antara salah satu cabang perusahaan dengan cabang lainnya.
Hal tersebut dikarenakan pendapatan penjualan yang tinggi belum tentu akan mendatangkan net profit margin yang besar. Bisa jadi ada faktor lainnya yang membedakan besaran biaya dari satu cabang dengan cabang lain, misalnya pada jumlah biaya sewa tempat yang berbeda.
- Return on Assets (ROA)
Return on Asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aset dalam menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi persentase ROA, maka semakin bagus tingkat efektivitas dan produktivitas perusahaan.
Baca Juga: Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut:
ROA=Net Income Total Asset
Perhitungan ROA bisa juga dijadikan investor sebelum melakukan investasi pada sebuah perusahaan. Tujuannya untuk membandingan tingkat profitabilitas sebuah perusahaan dengan perusahaan lainnya di industri yang sama.
- Return on Equity (ROE)
Return on Equity digunakan untuk mengukur jumlah keuntungan dari laba bersih terhadap modal yang ada. Besaran nilai persentase ROE ditentukan pula oleh ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan. Misalnya sebuah perusahaan kecil memiliki modal yang relatif kecil. Sehingga nilai ROE pun akan ikut rendah. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
%ROE=Laba Bersih Setelah PajakTotal Equity x 100%
Angka ROE di atas 100% menunjukkan kinerja perusahaan yang efektif & efisien.
- Return on Sales (ROS)
Return on Sales hampir sama dengan operating profit margin, dimana rasio ini mengukur pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
ROS=Laba Sebelum Pajak dan Bunga Pendapatan Penjualan x 100%
Perhitungan ROS bisa digunakan untuk untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam aktivitas operasionalnya. Jika persentase nya meningkat, itu berarti tingkat efisiensi nya bertambah.
Baca Juga: Memahami Berbagai Jenis Aset Untuk Mulai Menyusun Langkah Diversifikasi Rasio
- Return on Capital Employed (ROCE)
Pengembalian Modal Kerja digunakan untuk mengukur efisiensi bisnis yang dihasilkan dari modal yang digunakan. Jika nilai ROCE tinggi, maka akan semakin bagus tingkat efisiensi yang dihasilkan dalam penggunaan dana modal.
Rumus perhitungannya sebagai berikut:
ROCE=( Penghasilan Sebelum Pajak dan BungaLaba Bersih Penjualan )Modal yang digunakan
2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dan kewajiban dalam jangka pendek. Misalnya dalam pemenuhan kewajiban biaya operasional maupun pembayaran gaji karyawannya.
Baca Juga: 40 Minutes Finance Accounting Series - Memahami Laporan Arus Kas
Rumus perhitungan untuk mengukur rasio likuditas bisa dilakukan dengan cara berikut:
- Current Ratio
Rasio lancar biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya seperti hutang dan upah. Jika tingkat current ratio tinggi, maka menggambarkan posisi keuangan perusahaan semakin kuat.
Current Ratio=Aset LancarLiabilitas Lancar
- Quick Ratio
Perhitungan quick ratio hampir sama dengan current asset. Namun, dalam penggunaannya, quick ratio lebih konservatif. Untuk rumusannya, quick ratio memiliki dua acara, yaitu:
Quick Ratio=Kas dan setara kas-Inventory-Biaya dibayar dimukaLiabilitas Lancar
Pertama, rumus di atas tidak memasukkan inventori ke dalam kategori aset, perusahaan mempertimbangkan pemenuhan kewajiban dengan tanpa melakukan penjualan apapun ataupun tidak melakukan produksi sama sekali.
Baca Juga: Faktor Penyebab Gagalnya Bisnis dan Tidak Optimalnya Pertumbuhan Usaha
Quick Ratio=Kas dan Setara Kas+Investasi Jangka Pendek+Piutang UsahaLiabilitas Lancar
Pada rumus kedua, perusahaan memasukkan perkiraan piutang dan pengembalian investasi jangka pendeknya ke dalam kategori aset. Total dari aset tersebut kemudian yang akan membiayai liabilitas lancar perusahaan.
- Cash Ratio
Pada perhitungan cash ratio, perusahaan hanya memposisikan pembayaran kewajiban perusahaan hanya berasal dari kas dan setara kas yang dimiliki pada saat ini.
Cash Ratio=Kas dan Setara KasLiabilitas Lancar
- Cash Turnover Ratio
Rasio Perputaran Kas digunakan untuk menghitung berapa kali kas berputar dalam satu periode penjualan. Semakin tinggi rasio perputaran kas, maka akan semakin bagus tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan kas.
Perputaran Kas=PenjualanKas Rata-rata dan Setara Kas
- Working Capital to Total Asset Ratio
Perhitungan working capital atau moda kerja merupakan selisih antara aset lancar perusahaan dengan kewajiban lancar. Dengan kata lain, working capital adalah sebagian dari aset lancar yang bisa digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dengan tidak terpengauh oleh likuiditasnya.
Adapun Working Capital to Aset Ratio adalah rasio modal kerja bersih terhadap total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut.
Working Capital to Total Aset Ratio = Aset Lancar-Liabilitas Lancar Total Aset
Menurut Lakhsan dari Universitas Kelaniya Sri Lanka, rasio yang baik untuk working capital to asset ratio adalah 16% - 21%. Sedangkan, 21% - 40% masih bisa ditolerir. Namun, jika rasio di atas 40%, maka angka tersebut dinilai kurang efektif terhadap kinerja perusahaan.
Baca Juga: Laporan Neraca Keuangan
3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menghitung kesehatan perusahaan pada saat kondisi berhutang. Rasio ini digunakan untuk melihat gambaran posisi perusahaan dari kewajibannya kepada pihak lain.
Untuk menganalisa rasio ini bisa dilakukan dengan cara berikut:
- Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini mengukur perbandingan antara jumlah utang dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biasanya rasio ini digunakan untuk pengukuran nilai investasi. Adapun rumusnya sebagai berikut:
DER=Total DebtTotal Equity x 100%
Jika rasio DER perusahaan tinggi, bahkan di atas 100%, maka keuangan perusahaan tidak cukup bagus. Hal tersebut dikarenakan komposisi hutang lebih besar dibandingkan dengan komposisi modal yang ada.
Baca Juga: Langkah Praktis Untuk Melakukan Pencatatan Keuangan Usaha
- Debt to Asset Ratio (DAR)
Perhitungan ini digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam menanggung hutang yang harus dibayar dari besaran asset yang dimiliki. Rumus ini juga bisa dilakukan untuk mengukur besaran asset yang dibiayai dari hutang.
DAR=Total DebtTotal Assets x 100%
Jika angka DAR ini tinggi, maka menggambarkan bahwa risiko perusahaan dalam melunasi kewajibannya semakin tinggi.
- Time Interest Earned Ratio (TIER)
Rasio ini dipakai untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar biaya bunga dari pendapatan sebelum pajak. Semakin tinggi rasionya, maka akan semakin menguntungkan. Misalnya, perusahaan mendapatkan rasio TIER sebesar 3 kali. Itu berarti laba sebelum pajak dari pendapatan bisa menutup 3 kali biaya bunga yang diharuskan.
TIER=Laba Sebelum Pajak dan BungaBeban Bunga x 100%
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang ada. Rasio ini akan lebih mudah dianalisa apabila ketiga rasio di atas sudah dihitung.
Baca Juga: Pentingnya Pencatatan Keuangan Bagi UMKM
Kemudian, cara untuk mengukur rasio aktivitas bisa dilakukan dengan cara berikut:
- Account Receivable Turnover (ARTO)
Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola piutangnya. Perhitungannya adalah seperti berikut:
ARTO=Laba BersihRata-rata piutang
Untuk perhitungan rata-rata piutang bisa dengan melihat saldo awal piutang di awal tahun dengan saldo piutang di akhir tahun kemudian dibagi dua. Semakin tinggi rasio ARTO, maka semakin bagus untuk tingkat efektifitas operasional mereka.
- Days of Receivable
Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa lama perusahaan dalam menagih piutangnya dari pihak lain. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Days of Receivable=Piutang DagangPenjualanx Jumlah hari dalam setahun
Semakin kecil rasio ini, maka semakin bagus tingkat efektifitas perusahaan dalam menagih piutangnya.
- Total Asset Turnover (TATO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan dari total aset yang dimiliki perusahaan. Perhitungannya sebagai berikut:
TATO=PenjualanTotal Aktiva
Semakin besar angka tersebut, maka mengambarkan semakin bagus tingkat aktivitas perusahaan dalam penggunaan aktivanya.
- Working Capital Turnover (WCTO)
Rasio ini membantu perusahaan untuk mengukur tingkat efisiensi dalam penggunaan modal kerja. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin bagus tingkat efisiensi dari aktivitas perusahaan.
WCTO=Penjualan Bersih TahunanModal Kerja
Nah, itulah beberapa cara yang bisa dilakukan dalam menganalisa tingkat kesehatan sebuah perusahaan. Dengan mengetahui cara pengukurannya, semoga Sahabat Wirausaha bisa lebih mudah dalam menentukan skala prioritas untuk perkembangan usahanya. Selamat mencoba.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk
bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan
komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.