Apa Itu Customer Acquisition Cost  Pernah merasa sudah jor-joran iklan, kolaborasi sama influencer, sampai kasih diskon besar-besaran, tapi pelanggan yang datang rasanya tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan? Kalau iya, bisa jadi kamu belum benar-benar menghitung yang namanya Customer Acquisition Cost atau CAC.

Di era digital seperti sekarang, di mana biaya promosi bisa habis dalam sekali klik, mengetahui apa itu Customer Acquisition Cost bukan cuma soal hitungan keuangan. Ini soal strategi bisnis, efisiensi marketing, dan keberlangsungan usaha jangka panjang. Yuk, kita kupas tuntas tentang Customer Acquisition Cost dan kenapa penting banget untuk semua skala bisnis!


Apa Itu Customer Acquisition Cost ?

Secara sederhana, Customer Acquisition Cost alias CAC adalah total biaya yang kamu keluarkan untuk mendapatkan satu pelanggan baru. Biaya ini mencakup semua aktivitas pemasaran dan penjualan, mulai dari iklan digital, gaji tim sales, biaya promosi, hingga ongkos influencer marketing.

Pertanyaan apa itu Customer Acquisition Cost makin penting di tengah persaingan digital yang ketat. Menurut laporan HubSpot (2023), biaya akuisisi pelanggan meningkat hampir 60% dalam lima tahun terakhir akibat persaingan iklan yang tinggi, terutama di media sosial.

Baca Juga: Pelanggan Hilang Diam-Diam? Yuk, Cari Tahu Apa Itu Churn Rate dan Kenapa Harus Diwaspadai


Bagaimana Cara Menghitung CAC?

Formula menghitung CAC cukup sederhana, yaitu:

CAC = Total Biaya Marketing dan Sales / Jumlah Pelanggan Baru

Misalnya, kamu menghabiskan Rp10 juta dalam sebulan untuk kampanye iklan dan promosi, dan berhasil mendapatkan 100 pelanggan baru. Maka perhitungannya adalah:

CAC = Rp10.000.000 / 100 = Rp100.000 per pelanggan

Artinya, kamu perlu mengeluarkan Rp100 ribu untuk mendapatkan satu pelanggan. Tapi pertanyaannya, apakah pelanggan ini membawa nilai lebih dari Rp100 ribu ke bisnis kamu? Jika tidak, berarti kamu harus waspada.


Kenapa CAC Itu Penting Banget?

Memahami apa itu Customer Acquisition Cost  itu seperti punya kompas dalam mengatur strategi pemasaran. Tanpa tahu CAC, kamu bisa terjebak dalam ilusi pertumbuhan. Jumlah follower naik, trafik website tinggi, tapi margin bisnis malah makin tipis.Berikut adalah beberapa alasan kenapa CAC penting untuk bisnis:

  1. Membantu Evaluasi Efektivitas Iklan
    Kamu bisa tahu apakah channel iklan yang kamu gunakan efektif atau justru boros. Misalnya, ternyata iklan di Instagram menghasilkan CAC dua kali lebih tinggi dibandingkan iklan di TikTok.
  2. Menentukan Strategi Harga dan Promosi
    Kalau CAC kamu tinggi, bisa jadi kamu harus menaikkan harga produk atau membuat strategi bundling untuk menutup biaya akuisisi.
  3. Menilai Kesehatan Keuangan Bisnis
    CAC yang terlalu tinggi bisa membuat arus kas negatif. Dalam jangka panjang, ini bisa membahayakan kelangsungan bisnis, apalagi jika kamu mengandalkan investor.
  4. Menghitung Payback Period
    Berapa lama waktu yang dibutuhkan agar CAC bisa ‘balik modal’ dari pembelian pelanggan tersebut?

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!


CAC vs CLV: Hubungan yang Tidak Bisa Dipisahkan

Salah satu konsep penting yang sering muncul bersama CAC adalah Customer Lifetime Value (CLV), yaitu nilai total yang dihasilkan oleh seorang pelanggan sepanjang mereka berinteraksi dengan bisnis kamu.

Idealnya, CLV harus jauh lebih besar dari CAC. Banyak ahli menyarankan rasio CLV:CAC minimal 3:1. Artinya, jika CAC yang diperoleh adalah Rp100 ribu, maka pelanggan tersebut idealnya bisa menghasilkan pendapatan minimal Rp300 ribu selama mereka jadi pelanggan.

Menurut ProfitWell (2023), startup yang memiliki rasio CLV:CAC di bawah 1:1 cenderung gagal dalam waktu 1-2 tahun karena tidak mampu menutup biaya akuisisi.


Apa Itu Customer Acquisition Cost dalam Berbagai Jenis Bisnis?

Untuk memahami lebih dalam apa itu Customer Acquisition Cost, yuk kita lihat contohnya di berbagai sektor:

1. UMKM Fashion Online

Biaya CAC bisa berasal dari ads, endorse, atau konten TikTok. Misalnya, untuk mendapatkan 50 order dari kampanye senilai Rp5 juta, berarti CAC-nya Rp100 ribu/order.

Jika margin produk hanya Rp50 ribu/order, berarti kamu rugi Rp50 ribu setiap kali closing. Maka kamu harus evaluasi: apakah iklan tepat sasaran? Apakah harga produk cukup menguntungkan?

2. Startup SaaS

Dalam bisnis berlangganan seperti software akuntansi, CAC mencakup biaya konten, webinar, email marketing, dan tim sales. Tapi karena revenue yang diperoleh bersifat berulang, maka CAC-nya bisa ditutupi dalam 3-6 bulan bila CLV tinggi.

Misalnya CAC Rp500.000 dan pelanggan membayar langganan Rp100.000/bulan, kamu butuh waktu 5 bulan untuk balik modal.

Baca Juga: Apa Itu User Behavior? Rahasia Membaca Pikiran Konsumen untuk Bisnis yang Lebih Tajir


Strategi Menurunkan CAC

Setelah tahu apa itu Customer Acquisition Cost dan bagaimana cara menghitungnya, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara menurunkannya?

1. Optimalkan Targeting Iklan

Iklan yang tepat sasaran = biaya lebih rendah. Gunakan lookalike audience, A/B testing, dan retargeting agar iklan kamu menyasar audiens yang benar-benar potensial.

Contoh: brand skincare “GlowFix” berhasil menurunkan CAC 30% setelah mengubah targeting dari "perempuan usia 18-35" menjadi “perempuan aktif di komunitas kecantikan online”.

2. Gunakan Strategi Referral

Jika pelanggan lama merekomendasikan produk kita ke teman merela, biaya promosinya bisa nyaris nol. Karenanya, strategi referral program seperti diskon atau cashback bisa jadi cara murah tapi powerful menurunkan CAC.

3. Naikkan Conversion Rate

Kalau trafik website tinggi tapi sedikit yang beli, artinya CAC kamu boros. Tingkatkan kualitas landing page, CTA yang jelas, dan optimalkan kecepatan website.

4. Bangun Personal Branding dan Konten Organik

Dengan konten berkualitas di media sosial atau blog, kamu bisa mendatangkan pelanggan tanpa harus bayar iklan. Memang butuh waktu, tapi untuk jangka panjang bisa membuat CAC nyaris nol.

5. Retargeting dan Email Marketing

CAC dari pelanggan baru biasanya tinggi. Tapi CAC untuk reaktivasi pelanggan lama jauh lebih rendah. Gunakan email marketing untuk membangun ulang hubungan.

Baca Juga: Apa Itu Funnel Analysis: Cara Cerdas Menganalisis Perjalanan Konsumen dari Klik hingga Konversi


Studi Kasus: CAC yang Terlalu Tinggi Bisa Jadi Bom Waktu

Startup edukasi “BelajarCerdas” mengeluarkan Rp1 miliar dalam 3 bulan untuk campaign besar-besaran. Hasilnya? Mereka mendapatkan 5.000 pelanggan baru.

Berarti, CAC = Rp1.000.000.000 / 5.000 = Rp200.000 per pelanggan

Masalahnya, biaya langganan produk mereka hanya Rp50.000/bulan dan 40% pelanggan ternyata berhenti setelah bulan pertama. Artinya, secara finansial mereka defisit besar. Meski terlihat viral, nyatanya strategi ini tidak sehat secara keuangan.

Pelajaran pentingnya? Jangan cuma fokus pada jumlah pelanggan. Fokus juga pada biaya untuk mendapatkannya dan potensi nilai jangka panjangnya.

Memahami apa itu Customer Acquisition Cost adalah langkah awal untuk membangun bisnis yang tidak hanya ramai di depan, tapi juga untung di belakang. CAC bisa jadi alat kontrol efisiensi, bukan sekadar laporan keuangan.

Buat kamu yang sedang scaling bisnis, CAC membantu kamu memilih kanal promosi mana yang paling optimal. Sementara untuk kamu yang baru mulai, CAC bisa menjadi rambu agar tidak asal bakar uang. Dan yang paling penting, selalu bandingkan CAC dengan CLV. Jangan sampai kamu kejar pelanggan dengan biaya besar tapi tidak tahu kapan balik modalnya.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. HubSpot. (2023). Customer Acquisition Cost: How to Calculate and Lower CAC. [https://blog.hubspot.com]
  2. ProfitWell. (2023). Understanding Your CAC Payback Period. [https://www.profitwell.com]
  3. Investopedia. (2023). Customer Acquisition Cost (CAC) Definition. [https://www.investopedia.com]
  4. Forbes. (2022). Why Your Customer Acquisition Cost Matters More Than You Think. [https://www.forbes.com]