Beberapa pemerintah daerah (Pemda) memberlakukan kebijakan berupa larangan kegiatan study tour bagi para siswa sekolah. Ternyata, kebijakan tersebut memiliki dampak ke beberapa sektor perekonomian, tidak terkecuali bagi pelaku UMKM.
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari Ketua Umum Kerukunan Usahawan Kecil dan Menengah Indonesia (KUKMI), Yudianto Tri. Ia menyatakan bahwa kebijakan tersebut ternyata memang membuat “terpukul” bagi banyak pelaku usaha, khususnya sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang selama ini memang mengandalkan penghasilan dari rombongan study tour yang berkunjung.
“Kami memahami kebijakan pelarangan ini muncul karena keprihatinan atas banyaknya kecelakaan lalu lintas yang menimpa rombongan siswa, serta pertimbangan beban ekonomi bagi orang tua murid. Namun, kebijakan ini berefek domino yang cukup besar terhadap sektor UMKM,” ujar Yudianto, Selasa (10/6/2025) seperti dilansir dari Beritasatu.com.
Menurut Yudianto, usaha transportasi seperti bus pariwisata bahkan menjadi pihak pertama yang terdampak. Berdasarkan fenomena dari industri pariwisata, omzet dari penyewaan bus yang biasanya meningkat pada musim study tour, kini justru menurun drastis.
Kebijakan Larangan Study Tour Sekolah Sangat Berdampak Bagi 5 Sektor Ini
Kebijakan sejumlah pemda yang melarang sekolah melakukan kegiatan study tour siswanya, nyatanya memang sangat berdampak pada berbagai sektor ekonomi. Setidaknya, 5 (lima) sektor ikut terdampak menurut kajian dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef).
Selaras dengan Yudianto, Kepala Pusat Ekonomi Digital dan UMKM Indef, Izzudin Al Farras, menjelaskan bahwa kebijakan tersebut mengakibatkan turunnya pendapatan secara signifikan bagi pelaku usaha. Namun sedikit berbeda dengan Yudianto, menurut Farras justru pelaku usaha yang sangat terdampak dari kebijakan ini, karena pelaku usaha memang bergantung pada aktivitas wisata edukasi pelajar.
“Beberapa jenis sektor UMKM paling terdampak, yang pertama jelas kuliner,” ungkap Farras, seperti dikutip dari program Investor Daily Talk Beritasatu TV, Senin (9/6/2025).
Secara detail, kelima sektor yang sangat berdampak terhadap larangan study tour ini yaitu sebagai berikut:
- Pelaku UMKM Kuliner
Sejalan dengan pernyataan Farras, usaha makanan seperti katering dan warung makan bisa kehilangan pelanggan secara massal. Hal ini disebabkan tidak adanya rombongan pelajar yang datang untuk melakukan transaksi pembelian produk konsumsi.
- Perhotelan dan Penginapan
Sektor ini melibatkan hotel, homestay, hingga penginapan lokal yang bisa kehilangan pendapatannya. Hal ini dikarenakan tidak adanya siswa yang study tour ke tempat tersebut untuk akomodasi penginapan.
- Transportasi
Operator bus antar kota hingga transportasi lokal juga bisa ikut terdampak, karena biasanya siswa yang study tour akan menggunakan jasa ini sebagai moda utama selama perjalanan.
- Jasa Layanan Edukasi
Kegiatan seperti pelatihan batik, workshop budaya lokal, hingga jasa pemandu wisata bisa kehilangan pelanggan utama dari para pelajar yang tidak mengadakan study tour.
- Pedagang Kaki Lima
Akibat dari pelarangan study tour ini, pedagang di sekitar lokasi wisata, seperti cinderamata/kerajinan tangan dan jajanan lokal bisa ikut merasakan sepinya pendapatan.
“Mereka semua kemudian potensi pendapatannya menghilang karena adanya larangan cara wisata ini,” tegas Farras.
Kepala Indef: Kebijakan Pelarangan Study Tour Sebaiknya Dievaluasi
Lebih lanjut, menurut Farras pelarangan terhadap kegiatan study tour siswa sekolah ini seharusnya dievaluasi. Jika dikaji secara lebih baik, pelaku UMKM bisa terus beroperasi di masa libur sekolah. Apalagi di masa liburan tersebut, sejatinya mereka bisa mendapatkan penghasilan yang lebih banyak daripada biasanya.
“Kita bisa lihat bahwa UMKM yang biasanya menjadi objek wisata study tour bagi wisatawan itu mengalami penurunan dari biasanya. Kita bisa identifikasi misalnya dari pengusaha transportasi, penginapan atau hotel atau homestay, kemudian juga tempat makan, pedagang oleh-oleh, souvenir. Itu kira-kira beberapa jenis UMKM yang terdampak secara negatif dari larangan karya wisata dari para siswa ini,” ujar Farras, seperti dilansir dari Investor.id.
Selain itu, Farras juga menuturkan bahwa larangan study tour tersebut merupakan keputusan yang kontraproduktif. JIka dilihat di tengah masa pelemahan ekonomi saat ini, masih banyak pelaku UMKM yang belum bangkit dari keterpurukan pasca pandemi COVID-19 pada 2020-2021 lalu.
“Jadi memang hal ini kemudian berdampak kontraproduktif terhadap pemulihan UMKM. Sebagian UMKM itu bahkan belum 100% pulih sebagaimana kondisi sebelum pandemi,” pungkasnya.
Referensi : Beritasatu.com, Investor.id
Sumber Gambar : Beritasatu.com