Sahabat Wirausaha berencana untuk mendaftar asuransi? Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa perusahaan asuransi tersebut kondisi finansialnya sehat sehingga mengurangi risiko perusahaan bangkrut dan asuransi yang disetorkan tidak hangus. Untuk mengetahui kesehatan perusahaan asuransi, Sahabat Wirausaha perlu mengenal risk based capital yang akan dijelaskan pada kamus bisnis berikut.
Definisi
Risk Based Capital (RBC) adalah perbandingan antara modal suatu perusahaan asuransi dengan resiko yang akan terjadi. Metode perhitungan ini sendiri merupakan ketentuan wajib dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2020 lalu. Biasanya nilai RBC sangat dibutuhkan oleh konsumen atau partner bisnis dari perusahaan asuransi.
Untuk Sahabat Wirausaha yang berminat menggunakan asuransi, cobalah untuk memeriksa nilai RBC perusahaan tersebut. Karena belakangan ini, banyak perusahaan asuransi yang tidak mampu membayar klaim nasabah akibat dari sistem pengelolaan keuangan yang tidak sehat.
Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Dengan Modal Minim
Cara Mengetahui Nilai Risk Based Capital Perusahaan
1. Schedule A - Asset Default
Cara ini digunakan untuk menghitung besaran dana yang akan dipakai sebagai antisipasi ketika pendapatan dari sumber tersebut menghilang, atau ketika mengalami penurunan kekayaan.
2. Schedule B - Currency Mismatch
Untuk yang kedua ini, bisa digunakan ketika perusahaan memiliki kewajiban atau kekayaan dalam bentuk mata uang asing.
Baca Juga: Ingin Melantai di Bursa Saham? Ini yang UKM Perlu Penuhi
3. Schedule C - Claim Experience Worse than Expected
Schedule yang ketiga ini digunakan untuk antisipasi ketika adanya perbedaan klaim yang diajukan dengan yang sesungguhnya. Biasanya banyak digunakan pada produk asuransi kesehatan dan atau kecelakaan.
4. Schedule D - Reinsurance Risk
Yang terakhir ini adalah schedule sebagai antisipasi ketika perusahaan tidak mampu membayar klaim pelanggan, dalam artian memang sedang mengalami masalah keuangan.
Dengan adanya keempat cara di atas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana jika ternyata ada satu perusahaan yang memiliki nilai RBC tinggi?
Nah, ini juga menarik. Sebab dengan angka tersebut, bukan berarti perusahaan tersebut dalam keadaan baik-baik saja. Karena ada dua kemungkinan yang bisa saja sedang terjadi. Yakni :
- Pertama, perusahaan asuransi dalam keadaan aktif tapi memiliki aset investasi yang sangat besar dan tidak memiliki tanggungan utang premi.
- Kedua, perusahaan sedang dalam keadaan pasif, memiliki tanggungan utang premi hingga tidak adanya resiko investasi dana operasional asuransi.
Ada yang perlu Sahabat Wirausaha ketahui, bahwa ternyata Risk Based Capital pada seluruh perusahaan asuransi di Indonesia ini mengalami penurunan. Hal ini seperti yang disampaikan Wildan Dwi Dermawan.
Korelasi Risk Based Capital Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi
Masih berhubungan dengan penjelasan sebelumnya, yakni terkait dengan besaran nilai RBC. Dalam hal ini, Kementerian Keuangan melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK), telah mengatur ketentuannya dalam Keputusan Menteri Keuangan.
Pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 53 Tahun 2012, dikatakan bahwa setiap perusahaan asuransi harus memiliki paling tidak 100% untuk memenuhi solvabilitas perusahaannya.
Baca Juga: Pembiayaan Ultra Mikro
Secara sederhana, solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan semua kewajibannya. Lalu, bagaimana jika angkanya bahkan tidak menyentuh batas minimal tersebut?
Salah satu konsekuensinya adalah perusahaan asuransi tidak memiliki hak untuk mengembangkan bisnisnya, termasuk juga perubahan strategi perusahaan. Cukup krusial, kan?
Konklusi Antara Risk Based Capital Dengan Kondisi Keuangan Perusahaan
Dalam menentukan besarnya nilai risiko, perusahaan sangat bisa menggunakan berbagai metode yang dirasa paling cocok. Ketika standar kesehatan keuangan suatu perusahaan berada jauh dari yang ditetapkan, salah satu dampaknya adalah keluarnya surat pencabutan bisnis.
Setelah sedikit membahas mengenai Risk Based Capital, kita tentu akan tahu, jika mengetahui besaran nilai RCB ini sangatlah penting. Sebab, dari sini paling tidak calon pelanggan akan memiliki gambaran kabar perusahaan beberapa waktu yang akan datang.
Tidak hanya untuk pelanggan, Risk Based Capital ini akan sangat berguna bagi pemerintah terkait untuk mengumpulkan data riil modal perusahaan asuransi.
Baca Juga: Cara Menghitung Ekuitas
Apakah Sahabat Wirausaha sudah pernah mencari tahu nilai Risk Based Capital dari perusahaan asuransi yang akan dituju? Atau jika ingin mendirikan perusahaan, apa yang Sahabat Wirausaha lakukan agar mencapai RBC yang maksimal?
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Referensi :
- Diponegoro Law Journal, Volume 5 Nomor 4 Tahun 2016, Muh Nashrun Min Robbi - Herni Widanarti - Rinitami Nyatrijani, Penerapan Metode Risk Based Capital Pada Perusahaan Asuransi jiwa (studi kasus perusahaan asuransi jiwa bumi asih jiwa yang telah dipailitkan oleh MA)
- Jurnal Fakultas Ekonomi Bisnis Unmul, Wildan Dwi Dermawan, Analisis risk based capital untuk mengetahui kesehatan keuangan asuransi di Indonesia
- https://finansial.bisnis.com/read/20200908/215/1288646/sejumlah-perusahaan-asuransi-miliki-rbc-ribuan-persen-apa-artinya
- https://hanwhalife.co.id/risk-based-capital/
- https://lifepal.co.id/media/risk-based-capital-atau-rbc/