Perputaran Uang Lebaran 2025 – Menjelang perayaan Idul Fitri 1446 H atau Lebaran 2025, berbagai pihak mulai mengamati potensi perputaran uang Lebaran yang terjadi selama periode tersebut.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memproyeksikan bahwa perputaran uang Lebaran tahun ini akan mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Apa penyebabnya? Simak penjelasan lengkap dalam artikel berikut ini.
Perputaran Uang Lebaran Diprediksi Turun Rp20 Triliun
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, mengungkapkan bahwa perputaran uang Lebaran 2025 diperkirakan hanya mencapai Rp137,97 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan sekitar Rp20 triliun atau 12,3 persen dibandingkan proyeksi tahun lalu yang mencapai Rp157,3 triliun.
"Kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil dan daya beli masyarakat yang melemah menjadi faktor utama menurunnya perputaran uang Lebaran tahun ini," kata Sarman, dikutip dari Kompas.com.
Sepinya Pusat Perbelanjaan Jelang Lebaran
Fenomena baru terjadi di berbagai pusat perbelanjaan menjelang Lebaran 2025. Jika biasanya pusat perbelanjaan dipadati masyarakat yang berburu kebutuhan Lebaran seperti pakaian, makanan, hingga oleh-oleh untuk keluarga di kampung halaman, tahun ini kondisinya tampak lebih sepi.
Ekonom Bank Mandiri, Agus Santoso, mengatakan bahwa kondisi tersebut berpotensi memperlambat perputaran uang Lebaran selama periode 2025. Ia menilai lemahnya daya beli masyarakat menjadi faktor utama mengapa konsumsi tahun ini tidak seagresif tahun-tahun sebelumnya.
"Memang ada indikasi konsumsi masyarakat di Lebaran tahun ini cenderung defensif," kata Agus dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Selasa (25/3/2025).
Menurutnya, tekanan ekonomi yang terjadi sejak awal tahun, termasuk gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa sektor industri, telah membuat masyarakat lebih selektif dalam membelanjakan uangnya.
Penurunan Jumlah Pemudik Berkontribusi pada Lesunya Ekonomi
Salah satu faktor utama yang turut mempengaruhi perputaran uang Lebaran adalah jumlah pemudik yang diperkirakan menurun drastis. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan hanya mencapai 146,48 juta orang.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 24 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik. Dengan lebih sedikit masyarakat yang melakukan perjalanan mudik, maka konsumsi di daerah asal maupun tujuan mudik pun ikut mengalami perlambatan.
"Kami melihat adanya perubahan pola konsumsi masyarakat akibat daya beli yang semakin tertekan. Tahun ini, lebih banyak orang yang memilih tidak mudik atau mengurangi pengeluaran selama perjalanan," ungkap Sarman.
Perbandingan Perputaran Uang Lebaran dengan Tahun Sebelumnya
Sebagai perbandingan, pada Lebaran 2024, perputaran uang Lebaran mencapai Rp157,3 triliun. Jumlah tersebut didukung oleh tingginya angka pemudik yang mencapai 193,6 juta orang. Bank Indonesia saat itu menyiapkan uang tunai sebesar Rp197,6 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama periode tersebut.
Meski begitu, dengan penurunan daya beli dan jumlah pemudik tahun ini, Bank Indonesia kemungkinan akan menyesuaikan jumlah uang tunai yang disediakan untuk masyarakat agar tidak terjadi kelebihan likuiditas.
Proyeksi Berdasarkan Rata-Rata Pengeluaran Keluarga
Sarman menjelaskan bahwa proyeksi perputaran uang Lebaran 2025 didasarkan pada asumsi rata-rata pengeluaran setiap keluarga. Jika diasumsikan setiap keluarga membawa uang rata-rata Rp3,75 juta, maka perputaran uang Lebaran diperkirakan mencapai Rp137,97 triliun.
Namun, jika rata-rata pengeluaran per keluarga naik menjadi Rp4 juta, potensi perputaran uang Lebaran bisa mencapai Rp145,04 triliun. Angka ini masih berpotensi naik atau turun, tergantung pada kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat menjelang Lebaran.
Tantangan bagi Sektor Usaha
Penurunan perputaran uang Lebaran tentu menjadi tantangan bagi sektor usaha, terutama bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mengandalkan momen Lebaran untuk meningkatkan penjualan.
Pelaku usaha ritel dan pusat perbelanjaan juga mulai merasakan dampaknya. Biasanya, menjelang Lebaran, pusat perbelanjaan ramai oleh pengunjung yang berburu pakaian baru, makanan khas Lebaran, hingga peralatan elektronik. Namun, tahun ini banyak mal dan toko mengalami penurunan jumlah pelanggan yang cukup signifikan.
"Biasanya, di minggu-minggu menjelang Lebaran, penjualan kami bisa naik 50 hingga 100 persen dibandingkan hari biasa. Tapi tahun ini, kenaikan penjualan tidak sebesar itu. Bahkan ada beberapa hari yang lebih sepi dibandingkan tahun lalu," ungkap seorang pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang.
Upaya Pemerintah dan Stimulus Ekonomi
Menanggapi kondisi ini, pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga terkait diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk mendorong perekonomian. Pemberian stimulus ekonomi, seperti bantuan langsung tunai (BLT), subsidi, dan insentif lainnya, diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong perputaran uang Lebaran.
Selain itu, perbankan dan lembaga keuangan juga diharapkan dapat memberikan keringanan bagi para pelaku usaha, seperti restrukturisasi pinjaman atau program kredit dengan bunga rendah, untuk membantu menjaga stabilitas ekonomi di tengah lesunya konsumsi masyarakat.
Harapan dan Antisipasi ke Depan
Meskipun proyeksi menunjukkan penurunan, berbagai pihak berharap kondisi ekonomi dapat segera membaik sehingga perputaran uang Lebaran dapat kembali meningkat di tahun-tahun mendatang.
Salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah dengan memperkuat pemasaran digital dan penjualan online. Dengan meningkatnya tren belanja online, banyak masyarakat yang kini beralih ke platform e-commerce untuk memenuhi kebutuhan Lebaran mereka.
Penurunan perputaran uang Lebaran 2025 menjadi cerminan kondisi ekonomi saat ini. Diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk bersama-sama menghadapi tantangan ini dan mendorong pemulihan ekonomi nasional.