Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Wirausaha - Tahukah Sahabat Wirausaha, banyak studi mengungkapkan bahwa perempuan memiliki orientasi kewirausahaan yang lebih rendah daripada pria? Beberapa hambatannya adalah karena sifat perempuan yang kurang percaya diri, paradigma perempuan terhadap profesi wirausaha yang kurang tepat, dan tingkat pendidikan yang relatif rendah menjadi hambatan bagi perempuan memasuki dunia wirausaha. 

Namun, sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh penulis membantah hal tersebut. Penelitian baru ini menjelaskan tidak adanya perbedaan segi keinovatifan, proaktif, dan pengambilan risiko dengan tingkat pendidikan mereka. Dari data tersebut menunjukan bahwa pengusaha perempuan Indonesia, terlepas dari tingkat pendidikannya, memiliki Orientasi Kewirausahaan yang tinggi. Jadi seperti apa sebenarnya kondisi pengusaha perempuan Indonesia khususnya di Jabodetabek? Mari kita simak penjelasannya melalui artikel ini.


Kondisi Pengusaha Perempuan di Indonesia

Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memperkirakan bahwa 60 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia dimiliki oleh perempuan, yang mewakili sekitar seperempat angkatan. Selain jumlahnya yang banyak, pangsa pengusaha perempuan di Indonesia juga semakin meningkat, dengan bisnis yang dimiliki perempuan berkembang lebih cepat dibandingkan dengan bisnis yang dimiliki laki-laki. 

Meskipun terjadi ekspansi ekonomi, ketimpangan masih terus berlanjut. Masih terdapat ketidaksetaraan gender yang lazim dalam kemampuan manajemen perusahaan yang penting. Perempuan sering kali dianggap tidak memiliki kemampuan kejuruan dan teknis serta pengalaman kerja yang diperlukan untuk mengoperasikan perusahaan. 

Dalam hal penghasilan, pendapatan, dan pekerja, perusahaan milik perempuan di Indonesia jauh lebih kecil daripada rata-rata perusahaan milik laki-laki. Usaha milik perempuan lebih sering mengalami hambatan keuangan dan iklim usaha, sehingga kecil kemungkinannya untuk tumbuh pada tingkat yang sama dengan usaha milik laki-laki. Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia; diperkirakan 70% usaha milik perempuan di seluruh dunia tidak terlayani atau diabaikan oleh lembaga keuangan, yang mengakibatkan kesenjangan pendanaan sebesar 285 Miliar USD.

Baca Juga: 5 Tips Menabung Bagi Wirausaha Perempuan, Cara Cerdas Kelola Uang!


Apa Itu Orientasi Kewirausahaan?

Sebelum kita lebih dalam ke inti pembahasan, mari kita pelajari apa itu orientasi kewirausahaan. Orientasi kewirausahaan memiliki tujuan untuk mengevaluasi semangat dan pola pikir kewirausahaan.  Perusahaan atau seseorang yang memiliki orientasi kewirausahaan tinggi sering melakukan inovasi terhadap barang dan pasar, mengambil risiko, dan menjadi yang pertama dalam memunculkan ide "proaktif", sehingga mampu mengalahkan pesaingnya. 

Studi menunjukkan bahwa orientasi kewirausahaan sangat penting untuk mendorong kreativitas jangka panjang, regenerasi, dan perilaku proaktif. Pengambilan risiko adalah salah satu karakteristik orientasi kewirausahaan yang berkaitan dengan kecenderungan untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan, seperti memasuki pasar yang tidak dikenal dan melakukan persentase sumber daya yang signifikan untuk kegiatan yang berisiko. 

Keinovatifan adalah ambisi untuk menciptakan komoditas dan proses baru, berinovasi dalam metode baru, dan mencapai posisi kepemimpinan. Di sisi lain, proaktif adalah mentalitas pembentuk pasar yang memerlukan penyediaan produk atau layanan baru sebelum permintaan yang diantisipasi dan mempengaruhi pasar.


Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Orientasi Kewirausahaan

Beberapa penelitian di luar Indonesia menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan berhubungan secara signifikan dengan pengambilan risiko dan kemampuan proaktif pengusaha. Ditemukan juga bahwa pengusaha yang menerima pendidikan kewirausahaan menjadi lebih kreatif. 

Konsekuensinya, perguruan tinggi memainkan peran penting dalam pelatihan kewirausahaan karena fakta bahwa informasi yang unggul dan tingkat pengalaman dan keterampilan yang lebih tinggi membekali individu dengan kapasitas yang lebih besar untuk terlibat dalam kegiatan kewirausahaan dan mengembangkan pola pikir kewirausahaan. 

Pengusaha dengan pengalaman kewirausahaan yang lebih besar memiliki orientasi kewirausahaan lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki pengalaman kewirausahaan. Berdasarkan gagasan bahwa kewirausahaan dapat diajarkan dan dipelajari, program pendidikan muncul untuk membantu dalam memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk kinerja yang sukses selama proses kewirausahaan. Ini dapat membantu calon pengusaha dan merangsang aktivitas kewirausahaan.

Pengusaha akan mendapatkan kepercayaan diri yang diperlukan untuk memulai bisnis mereka jika pengajaran kewirausahaan yang sesuai ditawarkan selama, sebelum, atau setelah program pendidikan tinggi mereka. Maka dari itu, pendidikan berperan penting dalam menumbuhkan pola pikir kewirausahaan.

Baca Juga: Dangdaunan, Brand Tas Ecoprint yang Dirintis 3 Perempuan Wirausaha


Tingkat Pendidikan Pengusaha Perempuan Ditemukan Tidak Membuat Perbedaan Dalam Orientasi Kewirausahaan

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah pengusaha perempuan di Jabodetabek memiliki tingkat orientasi kewirausahaan yang berbeda berdasarkan tingkat pendidikannya. Responden diperoleh dari 230 pengusaha perempuan dengan menggunakan kuesioner tertutup. Bidang usaha mereka adalah 55% di bidang kuliner. 

Pengusaha perempuan berusia 31% di antara dua puluh hingga tiga puluh tahun, 36% di antara tiga puluh hingga empat puluh tahun, dan 33% diatas empat puluh tahun. Latar belakang pendidikan mereka adalah 32% lulusan sekolah menengah atas, 16% lulusan diploma, dan 52% lulusan sarjana. Lama usaha mereka adalah 42% kurang dari 2 tahun, 33% antara dua hingga lima tahun dan 25% lebih dari lima tahun. 

Anehnya, dimensi inovasi, proaktif, dan pengambilan risiko dari orientasi wirausaha perempuan tidak berbeda secara signifikan berdasarkan tingkat pendidikan mereka. Temuan ini bertentangan dengan temuan penelitian sebelumnya di luar Indonesia yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berperan dalam orientasi kewirausahaan. Temuan ini kemungkinan disebabkan oleh karakteristik pengusaha perempuan Indonesia yang tidak terpengaruh oleh tingkat pendidikan. 60 persen usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia dimiliki oleh perempuan.

Mayoritas pengusaha perempuan di Indonesia terdorong karena 'kebutuhan', sehingga angka ini harus ditafsirkan dengan hati-hati. Biasanya, pengusaha ini menjalankan bisnis mereka sendiri dari rumah mereka. Pengangguran yang tinggi dan upah yang rendah di sektor formal memaksa perempuan di Indonesia untuk berwiraswasta, mengakibatkan banyaknya pengusaha perempuan “kebutuhan” di negara ini. 

Pengusaha perempuan dengan orientasi kewirausahaan yang lebih besar lebih mungkin mendapatkan akses ke modal dan pasar, sehingga meningkatkan kemungkinan ekspansi usaha. Namun, studi ini menemukan bahwa wirausaha perempuan yang berorientasi pada pertumbuhan, seperti yang ditunjukkan oleh tingkat orientasi kewirausahaan, tidak dapat dibedakan dengan tingkat pendidikan universitas.

Terlepas dari tingkat pendidikan mereka, semua pengusaha wanita memiliki tingkat yang sama dalam hal proaktif (tertinggi), pengambilan risiko, dan keinovatifan (terendah). Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa kita tidak dapat menilai pengusaha perempuan Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan mereka. Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa terlepas dari latar belakang pendidikan mereka, pengusaha perempuan Indonesia menunjukkan tingkat proaktif dan keberanian mengambil risiko yang tinggi. 


Potret Orientasi Kewirausahaan Pengusaha Perempuan Indonesia yang Ditemukan

Dimensi Orientasi Kewirausahaan

Hal yang Sering Dilakukan

Hal yang Jarang Dilakukan

Innovativeness

Mencari hal-hal produktif yang baru

Berinvestasi dalam pengembangan bisnis jangka panjang

Risk Taking

Menggali peluang-peluang yang beresiko

Berinvestasi dalam peluang-peluang beresiko tinggi

Proactiveness

Mencari berbagai peluang

Menjadi yang pertama dalam produk/jasa baru

Tingkat inovasi pengusaha perempuan dibilang cukup rendah, baik pengusaha yang tidak memiliki gelar sarjana maupun yang memiliki gelar sarjana, namun tetap memiliki potensi yang signifikan untuk sukses dalam berbisnis. Hal yang paling sering dilakukan oleh pengusaha perempuan Indonesia dalam inovasi adalah mencari hal-hal produktif yang baru. Namun, mereka sangat jarang untuk berinvestasi dalam pengembangan bisnis jangka panjang.

Baca Juga: Partisipasi Perempuan Indonesia Dalam Mendukung Ekonomi Digital

Akan tetapi, UMKM perempuan Indonesia yang sarjana maupun tidak, cenderung memiliki tingkat proaktif yang tinggi. Mereka sering mencari berbagai peluang namun jarang untuk menjadi yang pertama dalam produk/jasa baru. 

Sama halnya dalam hal pengambilan risiko, pengusaha perempuan Indonesia juga cenderung berani mengambil risiko. Ini terlihat sekali ketika sedang menggali peluang-peluang yang beresiko. Namun sayangnya, mereka pada akhirnya jarang dalam berinvestasi dalam peluang-peluang beresiko tinggi.

Ini bisa dijadikan pelajaran bagi Sahabat Wirausaha, bahwa pengusaha perempuan Indonesia sebetulnya memiliki potret karakteristik yang berpotensi untuk bertumbuh. Namun, UMKM perempuan perlu untuk memprioritaskan dalam hal investasi dan inovasi dalam bisnis, khususnya untuk jangka panjang.


Implikasi Pada Pengembangan UMKM Perempuan Indonesia

Terlepas dari apakah mereka memiliki pendidikan universitas atau tidak, pengusaha perempuan Indonesia dicirikan oleh tingkat proaktif dan pengambilan risiko yang tinggi, tetapi tingkat inovasi yang rendah. Mereka sering kali mencari peluang, mengeksplorasi peluang apa pun, dan mencari metode baru yang lebih produktif. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi wirausaha yang berfokus pada pertumbuhan, sehingga dapat dikatakan bahwa kita tidak dapat menargetkan wirausaha perempuan yang berorientasi pada pertumbuhan berdasarkan tingkat pendidikan mereka. 

Di Indonesia, ada banyak bisnis yang berkembang pesat yang dijalankan oleh perempuan yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Sebagai contoh, banyak pengusaha perempuan yang sukses karena mereka sering mengikuti program pelatihan, menghadiri pameran dagang, terlibat dalam komunitas mereka, dan aktivitas produktif lainnya.

Temuan ini memiliki implikasi penting untuk mengembangkan pengusaha perempuan, khususnya di Indonesia. Perempuan tanpa gelar sarjana dan perempuan dengan gelar sarjana memiliki potensi yang sama sebagai wirausaha perempuan yang berorientasi pada pertumbuhan. Pihak-pihak pemerintah atau swasta harus mengevaluasi UMKM perempuan Indonesia semata-mata berdasarkan tingkat orientasi kewirausahaan mereka, dengan fokus pada keinovatifan, keberanian mengambil risiko, dan proaktif. Janganlah terfokus pada tingkat pendidikan mereka.

Selain itu, penekanan juga harus diberikan pada peningkatan tingkat inovasi di kalangan pengusaha perempuan Indonesia. Untuk meningkatkan inovasi produk atau layanan, program-program ini harus mendukung mereka seperti konsultasi bisnis dan dukungan teknologi.

Itulah pembahasan artikel ini. Bagaimana Sahabat Wirausaha Perempuan? Dari sini kita bisa melihat bahwa semua pengusaha perempuan memiliki potensi kuat untuk bisnisnya bertumbuh, tidak ditentukan dari jenjang pendidikan. Namun, kita juga bisa sadar bahwa masih banyak yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan potensi pengusaha perempuan. Inovasi adalah kuncinya. Jika UMKM perempuan Indonesia malas dan takut untuk berinovasi, maka akan selalu kalah dengan pengusaha lainnya. Semangat!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Referensi:

Rinaldi, B. and Herlina, M. G. (2022), “The Portrait of Entrepreneurial Orientation Among Women Entrepreneurs in Greater Jakarta:A Rasch Model Approach”  Interrnational Industrial Engineering and Operations Management Society Research in Asia Pasific