Sahabat Wirausaha, jika kita berbicara soal Bali atau NTT (Nusa Tenggara Timur), tentu yang terlintas di benak adalah dua provinsi dengan potensi wisata kelas dunia. Ya, tidak ada yang bisa membantah betapa termasyurnya pulau Bali di kancah global, sampai-sampai membuat banyak warga asing jauh lebih mengenal Bali daripada Indonesia.

Di lain pihak, NTT juga tak mau kalah memiliki pesona wisata lewat keindahan alamnya seperti halnya Bali. Melalui Labuan Bajo, NTT bahkan terpilih sebagai salah satu DSP (Destinasi Super Prioritas) yang digadang-gadang bakal menjadi calon Bali baru.

Baca Juga: Mengintip Peluang Cuan Bisnis Lestari dengan Mengolah Sampah Ampas Kopi dan Teh

Bahkan Gubernur NTT yakni Viktor Bungtilu Laiskodat kepada Merdeka menjelaskan kalau provinsi tempatnya memimpin sampai memiliki julukan New Tourism Territory berkat destinasi wisata super indah yang unik, lengkap dan berdaya saing tinggi.

“Saya sudah keliling dunia dan melihat banyak destinasi wisata. Saya akhirnya menyimpulkan kalau NTT merupakan terindah di dunia karena kami memiliki gunung, savana, air terjun, danau warna-warni, bukit batu warna-warni dan tentunya budaya beragam,” jelas Viktor bangga.

Hanya saja pertanyaannya kini, apakah Bali dan NTT cuma akan dikenal sebagai provinsi yang punya bentang alam luar biasa indah sebagai sumber penghasilan?

Rupanya tidak!

Tidak banyak yang menyadari bahwa Bali dan NTT memiliki sejumlah komoditas dengan nilai ekspor luar biasa yang membuat kedua provinsi ini memberikan sumbangsih cukup besar ke devisa negara. Apa saja? Simak ulasannya secara lengkap lewat artikel berikut ini karena kami akan membahasnya satu-persatu sehingga membuat Sahabat Wirausaha semua semakin terpesona dengan Bali serta NTT.


Gandeng NTB, Bali dan NTT Mulai Kerjasama Ekonomi

Sumber: FIFANI CAHYADI/UNSPLASH

Selain Bali dan NTT, sebetulnya di kawasan Indonesia Tengah ada satu provinsi lagi yang juga memiliki potensi wisata luar biasa yakni NTB (Nusa Tenggara Barat). Namun sama seperti kedua provinsi di awal, NTB juga mempunyai banyak sekali komoditas dengan nilai ekonomi tinggi, sehingga membuatnya tak hanya sekadar mengandalkan destinasi wisata saja.

Baca Juga: Mengintip Peluang Cuan Bisnis Lestari dengan Mengolah Sampah Tulang

Apalagi ketika pandemi Covid-19 melanda, ketiga provinsi yang dianggap sebagai pemilik bentang alam terindah di Tanah Air selain Papua ini memang cukup struggle karena sektor wisata yang seolah mati suri.

Bali bersama dengan NTT dan NTB sama-sama berjuang untuk bisa bertahan ketika pemasukan dari sektor pariwisata anjlok total berkat pembatasan sosial. Demi mewujudkan hal tersebut, dibangunlah kerjasama di berbagai sektor mulai dari pertanian, kelautan hingga EBT (Energi Baru Terbarukan) demi menggenjot potensi komoditas asli mereka masing-masing.

Dilansir Bisnis, Gubernur Bali I Wayan Koster bahkan menyebutkan kalau Bali dan NTT bersama dengan NTB yang disebut sebagai kawasan Balinusra memang punya keunggulan di bidang yang sama tetapi komoditas berbeda. Karena itulah diperlukan kerjasama satu sama lain dalam menggenjot produk ekonomi tiap daerah.

“Dalam waktu dekat, ketiga daerah ini akan diundang oleh Bappenas untuk membicarakan pembangunan EBT. Ke depan, Balinusra sebagai kawasan percontohan EBT sehingga kami mampu menjadi daerah yang mandiri energi dan tidak ketergantungan negara luar,” ungkap Gubernur Koster.

Gubernur Viktor pun menambahkan kalau peluang Balinusra menjadi kawasan pertanian dalam arti luas sangat terbuka lebar, seperti memaksimalkan peternakan sapi premium demi memenuhi kebutuhan sendiri. Nantinya sapi premium itu akan bisa dipakai untuk sektor pariwisata di Bali sehingga Balinusra tak perlu meminta pasokan daging dari pulau Jawa maupun impor luar negeri.

Baca Juga: Peluang Pasar: Membangun Usaha Jasa Rutin Pendukung Kehidupan

Demi memaksimalkan kerjasama ekonomi tersebut, berbagai komoditas bernilai ekonomi tinggi pun terus digenjot di wilayah Bali maupun NTT. Dengan nilai pemasukan yang cukup luar biasa, pangsa pasar kedua provinsi ini memang masih sangat berpeluang terus meningkat. Apa saja komoditas unggulan Bali dan NTT? Simak bahasan lengkapnya.


Bertahan Selama Pandemi, Perekonomian Bali Menuju Era Baru

Sumber: Johan Mouchet/UNSPLASH

Sebagai provinsi di Indonesia yang memang menggantungkan hampir seluruh kegiatan ekonominya ke sektor pariwisata, Bali memang mengalami hantaman luar biasa selama pandemi Covid-19. Semenjak pembatasan sosial dilakukan, jumlah wisatawan yang ke Bali langsung terjun bebas selama dua tahun terakhir. Namun meskipun begitu, Bali menolak menyerah dengan tetap memaksimalkan berbagai komoditas lainnya.

Kini dengan wabah corona yang semakin terkendali, perekonomian Bali memang mendapatkan perhatian khusus untuk kembali pulih. Tak hanya lagi menopang pemasukan dari pariwisata, Bali merencanakan berbagai strategi ekonomi termasuk memaksimalkan sumber daya lokal berkelanjutan, seperti dilansir website resmi Bappeda Bali.

Baca Juga: Bagaimana UKM Dapat Memvalidasi Potensi Produk dan Peluang Pasar?

Hal inilah yang dilakukan Bappenas bersama Pemprov Bali lewat Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru lewat berbagai strategi diversifikasi ekonomi termasuk tata kelola dan transformasi pariwisata Bali.

Amalia Adininggar Widyasari selaku Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas menegaskan bahwa memang penting untuk melakukan persiapan sekaligus re-design pembangunan ekonomi Indonesia sebagai dampak perubahan global dan pergeseran permasalah struktural karena pandemi Covid-19 berkepanjangan.

Melalui Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru, diluncurkan pula Masterplan Pengembangan Kawasan Pariwisata Ubud, Tegallalang dan Payangan (Ulapan). Untuk mewujudkan kebangkitan infrastruktur ekonomi Bali akan dirancang ulang dan kemudian diperkokoh dengan penguatan pada sektor pertanian serta sektor industri kecil dan menengah. Supaya pengembangan ekonomi kreatif di Bali terus meningkat, Kementerian Perindustrian pun mendukung penuh pembangunan Bali Creative Industry Center (BCIC).

Atas berbagai upaya itu, Gubernur Koster menilai bahwa selama ini Bali memang lebih fokus pada sektor hulu baik pertanian maupun industri kerajinan rakyat. Sudah waktunya ada pihak yang serius berkomitmen melakukan hilirisasi pertanian dan kerajinan rakyat berbasis kearifan lokal di Bali. Dengan begitu, komoditas unggulan Bali bakal memiliki nilai tambah dan bersaing baik di pasar lokal, nasional maupun global.

Baca Juga: Melirik Peluang Bisnis di Sektor Pertanian Lewat Inovasi

Untuk mewujudkannya, Gubernur Koster menegaskan kalau saat ini upaya branding Bali memang tengah dilakukan pada seluruh komoditas asli pulau Dewata. Tak hanya pariwisata dan budaya, tapi juga berbagai produk industri kreatif hingga pertanian seperti salak Bali, jeruk Bali, manggir Bali sampai durian Bali. Bahkan ke depannya, beras Bali, sapi Bali, babi Bali hingga anjing Bali juga akan dilakukan demi perekonomian rakyat, seperti dilansir website resmi Pemprov Bali.


Komoditas Ekspor Unggulan dari Bali

Melihat bagaimana perekonomian Bali terus berbenah, tampaknya memang menggenjot sektor pertanian dan industri kreatif berbasis lokal bukan sekadar wacana belaka. Perlahan, berbagai komoditas pun mulai muncul sebagai penopang ekonomi masyarakat Bali, membuat pulau cantik ini tak hanya fokus di bidang pariwisata saja.

Apa saja komoditas unggulan Bali? Berikut beberapa di antaranya yang wajib Sahabat Wirausaha ketahui:

Sumber: Guillaume Flandre/UNSPLASH

1. Pertanian

Seperti yang sudah ditegaskan oleh Gubernur Koster bahwa ada tiga pondasi ekonomi Bali yakni pariwisata, pertanian dan industri kreatif berbasis lokal, maka sudah pasti komoditas pertanian menjadi perhatian khusus.

Bahkan pada Mei 2020 lalu, komoditas pertanian termasuk ikut dalam pengiriman ekspor ke Cina, Yordania, Jepang dan Kanada dengan nilai total Rp2,7 miliar sebanyak 23,4 ton seperti dilansir Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.

Baca Juga: Peluang Pasar Beras Organik

Dari jumlah itu, delapan ton di antaranya berupa cabe merah milik PT SES. Tak hanya cabe merah, komoditas hortikultura lain yang jadi unggulan Bali adalah buncis yang juga masuk dalam prioritas utama ekspor karena mampu bersaing di pasar global selama pandemi Covid-19.

2. Perkebunan

Tidak berbeda jauh dengan sektor pertanian, hasil perkebunan Bali juga sangat melimpah dan menjanjikan. Bersama-sama dengan cabe merah, buah manggis sebanyak 15,3 ton milik PT BSU dan kopi dengan volume total 58 kilogram milik PT SB termasuk yang diekspor pada Mei 2020.

Kusuma Santi Wahyuningsih selaku Kepala Kantor Bea Cukai Denpasar, Bali juga menambahkan kalau buah naga asal Bali juga sangat menjanjikan dalam pasar ekspor global.

Dominasi negara tujuan ekspor hasil perkebunan Bali adalah wilayah Eropa dan Amerika, yang membuat Indonesia bisa bersaing dengan Vietnam serta Thailand. Khusus untuk manggis, pada tahun 2019 mencapai nilai ekspor Rp140 miliar sebanyak 2.007 ton yang kemudian menurun jadi 919,4 ton di tahun 2020 dengan nilai Rp67 miliar.

Baca Juga: Memberdayakan Potensi Lokal Dengan Inovasi Melalui Singkong Ala Sriminil Cake Singkong

Kemudian ekspor kopi Bali yang sebanyak 60 ton (Rp4,4 miliar) pada 2019 jadi meningkat 95 ton (Rp7,6 miliar) di tahun 2020, dan per agustus 2021 menyentuh 61,9 ton (Rp3,5 miliar).

Selain manggis dan kopi, komoditas perkebunan lain yang menjanjikan adalah kakao Bali yang per Agustus 2021 mencapai 47,9 ton dengan nilai Rp47,6 miliar.

3. Perikanan

Perairan laut di provinsi Bali tidak hanya indah untuk dipandang, tapi juga punya komoditas ekspor luar biasa. Beberapa di antaranya adalah ikan tuna di wilayah laut selatan Bali, ikan kerapu di celukan bawang hingga udang.

Baik ikan dan udang menjadi penopang ekspor Bali ke Cina yang pada Februari 2021 lalu melambung tinggi hingga 143,53% (secara mtm). Kala itu nilai ekspor Bali yang didominasi ikan dan udang (33,78%) mencapai US$13.436,201, seperti dilansir Balipost.

Pada Februari 2022 ini, Bali mengirim 17 ton produk perikanan khususnya ikan tuna dan ikan hias ke Jepang. Ini merupakan kabar baik karena ekspor perikanan Bali ke Cina pada bulan sebelumnya sempat menurun saat produk ikan, krustasea dan moluska berkurang.

Baca Juga: Sertifikat Produk Perikanan

Bukan hanya wilayah Asia Timur saja, komoditas perikanan Bali juga diminati Amerika Serikat yang pada triwulan I 2022 memiliki nilai total Rp156,58 miliar (30,9%). Dalam laporan Detik, ada lima komoditas ikan hidup asal Bali yang rutin diekspor di awal 2022 yakni cumi, mutiara, kakap dan sarden, benih bandeng, coral, ikan hias air laut, kerapu dan benih kerapu.

4. Industri Kreatif

Sebagai sektor wisata yang sangat menjunjung tinggi budaya, kerajinan tangan khas Bali memang punya nilai ekonomi tinggi hingga ke level ekspor. Beberapa di antaranya menggunakan bahan baku pertanian dan perkebunan seperti kelapa, enceng gondong hingga bambu.

Bahkan industri kreatif lokal yang menggunakan ketiga bahan ini pernah melakukan ekspor melalui PT Mahaka dan PT NTB sebanyak 63 metrik ton pada Mei 2020, saat wabah corona mulai ‘menggila’.

Salah satu sentra kerajinan bambu di Bali terdapat di Desa Belega, Kecamatan Blahbatuh yang juga mampu menghasilkan gazebo sampai furniture. Ketut Trisna Jaya sebagai salah seorang pengrajin Belega kepada Bisnis Bali mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir ada peralihan pasar kerajinan bambu dari furniture dan kerajinan tangan ke gazebo.

Baca Juga: Peluang Pasar: Kerajinan

Untuk produk furniture bahkan pada Agustus 2022 ini Bali sudah melepas ekspor perdana senilai Rp2 miliar ke Vanuata, seperti dilansir CNN Indonesia. Setidaknya ada 312,43 kilogram komoditas furniture sebanyak 34 kontainer yang dikirim kala itu.


Komoditas Ekspor Unggulan dari Nusa Tenggara Timur

Kendati sama-sama memiliki pesona alam yang tanpa cela, NTT pada dasarnya masih memiliki kendali jika dibandingkan Bali dalam urusan ekspor. Bahkan provinsi yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste itu bersiap membuka akses ekspor langsung demi memaksimalkan komoditas lokal mereka. Dilansir Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, NTT memiliki potensi komoditas perkebunan yang luar biasa besar tapi tak bisa melakukan ekspor langsung.

Kala itu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada Desember 2019 menyebutkan jika seluruh ekspor komoditas NTT masih dilakukan lewat Tanjung Perak, Surabaya sedangkan komoditas pertanian sudah mulai dikirim lewat pelabuhan Tenau, Kupang.

Kenapa bisa begitu?

Ada dua hal penyebabnya, yakni belum adanya perusahaan fumigasi dan kontainer khusus jalur internasional di Kupang. Padahal beberapa komoditas perkebunan unggulan NTT seperti asam, kemiri, mete, biji gowang hingga biji kakao mewajibkan fumigasi sebagai salah satu syarat ekspor yang memang membutuhkan kontainer internasional. Untuk mengatasi masalah ini, NTT kini memang berupaya menggaet investor.

Sekadar informasi, hingga sebelum pandemi Covid-19 ada delapan komoditas potensi ekspor NTT yang harus dikirim lewat Surabaya yakni kopra, asam, kemiri, mete, vanili, biji gowang, SBW dan biji kakao dengan negara tujuan Cina, Bangladesh serta India yang mencapai nilai Rp647 miliar. Supaya Sahabat Wirausaha lebih memahami pasar NTT, berikut beberapa komoditas unggulannya:

Sumber: Rizknas/UNSPLASH

1. Perabotan Rumah Tangga

Pada April 2021, NTT mencatat peningkatan volume ekspor sebesar 16,05% dari bulan sebelumnya dengan nilai total US$1.237,792. Dari jumlah itu, porsi terbesar dipegang oleh sektor non migas yang mencapai US$1.138,216 dan sepenuhnya dikirim ke Timor Leste.

Dalam laporan Gatra, Darwis Sitorus selaku Kepala BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi NTT menjelaskan jika komoditas perabot dan penerangan rumah mengambil porsi terbesar yakni US$160.752.

Baca Juga: Dnikz Collection, UKM dengan Seni Craft Otentik yang Memberdayakan Kreativitas

Tingginya nilai ekspor perabotan (termasuk di dalamnya furniture) ke negara tetangga ini memang masih terjadi hingga tahun 2022. Dalam laporan DJBC Wilayah Bali, NTB dan NTT Kementerian Keuangan, ekspor komoditas lokal NTT ke Timor Leste selama Januari-Mei 2022 didominasi produk furniture baik kursi, meja, lemari dan lain-lain.

Menurut Republika, nilai ekspor itu bahkan mencapai US$1.680. Salah satu daerah utama penghasil furniture di NTT adalah Atambua, Kabupaten Belu yang memang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Jika melihat periode yoy, terdapat kenaikan 279,81% dalam hal devisa ekspor. Di mana devisa ekspor non migas berupa bahan baku dan penolong memang masih menjadi yang terbesar.

2. Bahan Pangan

Mundur sedikit ke bulan April 2022, NTT mencatatkan volume ekspor sebesar US$2.254 dengan volume 4.619,59 ton. Dalam data yang dilaporkan BPS itu, terjadi penurunan sebesar 15,61% dari bulan sebelumnya. Sama seperti komoditas furniture, seluruh ekspor NTT di bulan tersebut yang terdiri dari ekspor migas (US$176.723) dan non migas (US$2.377,6) dikirim ke Timor Leste dengan yang terbesar adalah kelompok bahan pangan seperti susu, mentega dan telur.

Selain ketiga bahan pangan itu, ada juga komoditas olahan dan tepung yang banyak diminati Timor Leste dan seluruhnya dikirimkan melalui Pelabuhan Atapupu (US$2.379,5) dan Tenau (US$174.876). Bahan pangan lain yang juga diekspor oleh NTT adalah biji-bijian minyak senilai US$377.092 dengan negara tujuan terbesar adalah Cina, Korea, Argentina dan tentunya Timor Leste.

3. Hasil Tambang

Meskipun memiliki porsi yang tidak terlalu tinggi, belerang dan kapur termasuk dalam komoditas ekspor asal NTT. Pada April 2022, dua produk tambang itu (bersama dengan garam) bahkan mencatatkan nilai US$375.870 dengan negara tujuan terbesar adalah Timor Leste, Korea, Taiwan dan Jepang.

4. Perikanan

Tidak berbeda jauh dengan Bali, sektor perikanan juga memiliki potensi ekonomi tinggi bagI NTT. Destinasi wisata super premium yang didominasi perairan menjadi alasan produk bahari NTT cukup melimpah. Memiliki luas lautan sekitar 200 ribu km2, sumberdaya laut NTT yang memiliki nilai ekspor adalah rumput laut, garam, serta tentunya ikan.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTT pada Oktober 2021, ikan mereka bahkan sudah dikirim ke pasar Korea Selatan dan Jepang. Dari dokumen SKA yang ada, sekitar 5.172 ton ikan tuna beku dan 50 ton ikan skipjack tuna diekspor ke Jepang serta 22,8 ton ikan tuna kering ke Korea Selatan melalui PT. Karya Cipta Buana.

Lalu ada juga PT RKN mengirimkan 25 ton rumput laut ke Argentina (November 2019), 22 ton tepung rumput laut ke Filipina (April 2020), 25 ton rumput laut ke Cina (Februari 2021) dan 1,5 ton rumput laut ke Australia (Februari 2021).

5. Perkebunan dan Pertanian

Komoditas ekspor berikutnya yang mencatat nilai terbesar dari NTT berasal dari sektor perkebunan. Yang cukup digemari pasar global adalah kayu jati karena memang dianggap memiliki daya tahan memuaskan serta kacang kedelai. Vietnam menjadi negara tujuan ekspor terbesar setelah Timor Leste dan India. Minyak atsiri juga termasuk komoditas ekspor unggulan dari sektor ini yang dikirim langsung lewat pelabuhan di NTT.

Sedangkan untuk buah-buahan, dilaporkan memiliki nilai ekspor US$1.431,184 (39,7%) per Agustus 2022. Buah asli NTT ini dikirim langsung ke India, Vietnam dan lagi-lagi Timor Leste.

Baca Juga: Mutiara Lombok Waidah: Berawal dari Reseller Sampai Memiliki Galeri Sendiri

Bagaimana, Sahabat Wirausaha? Cukup seru bukan mempelajari potensi pasar Bali dan NTT? Terbukti kalau kedua provinsi dengan destinasi wisata super indah ini memiliki peluang untuk meningkatkan nilai ekonomi lewat sektor-sektor lainnya.

Diperlukan dukungan dari kedua belah pihak sampai akhirnya mampu menyeimbangkan setiap sektor unggulan dan meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat lokal, serta memberikan peran ke devisa negara.

Jika Sahabat Wirausaha merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman lainnya. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.