Sumber Foto: Micheile/Unsplash

Sahabat Wirausaha, untuk mengarungi lautan yang luas dengan jarak tempuh yang cukup jauh tentu sebuah kapal besar membutuhkan bahan bakar minyak agar seluruh mesin dapat bekerja dengan baik dan kapal pun dapat bergerak. Memang benar bahwa mesin, nahkoda kapal, dan kru kapal dibutuhkan dalam sebuah kapal namun semua itu adalah bagian dari faktor pendukung. Tanpa bahan bakar minyak, kapal tersebut tidak dapat dioperasikan untuk bergerak mengarungi lautan.

Baca Juga: Apa itu Prepaid Expense?

Bila ilustrasi tersebut diinterpretasikan ke dalam dunia usaha, maka faktor pendukung di kapal merujuk kepada perangkat operasional perusahaan seperti peralatan dan perlengkapan kantor, hingga para pekerja atau karyawan. Lautan yang luas dengan jarak tempuh yang jauh merujuk kepada sejauh mana perusahaan dapat bertumbuh dan berkembang. Selanjutnya, bahan bakar minyak yang merupakan bahan penting bagi kapal merujuk kepada modal kerja yang penting bagi perusahaan atau dikenal juga dengan istilah working capital.

Dalam artikel kali ini, kita akan membahas secara singkat mengenai definisi modal kerja, mengapa modal kerja dikatakan penting, serta bagaimana menghitung modal kerja tersebut. Sahabat Wirausaha, yuk simak pembahasannya berikut ini.

Baca Juga: Inilah Aplikasi Akuntansi yang Membantu UMKM


Pengertian Modal Kerja (Working Capital)

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), modal kerja (working capital) adalah bagian modal yang beredar dalam jangka waktu pendek, yaitu beredar dari uang menjadi persediaan barang piutang dan dan menjadi uang kembali.

Menurut James S. Sagner, dalam bukunya yang berjudul Essentials of Working Capital Management, mendefinisikan modal kerja sebagai perbedaan bentuk aritmatika dari dua akun agregat dalam neraca keuangan yaitu aset lancar dan kewajiban lancar.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Kopi


Mengapa Modal Kerja Dikatakan Penting?

Modal kerja merupakan bagian penting bagi pertumbuhan suatu perusahaan. Sahabat Wirausaha sebagai pelaku UKM pun tentu mengetahuinya bahwa bisnis apapun pasti membutuhkan modal untuk menunjang kegiatan operasionalnya.

Modal itu sendiri dapat diperoleh melalui berbagai sumber diantaranya adalah pinjaman dari bank maupun dari pihak lain, hingga penjualan aset-aset. Sederhananya, dapat dikatakan bahwa tanpa modal kerja, perusahaan tidak dapat menjalankan kegiatan operasional dengan baik sehingga perusahaan perlu mengelola modal kerja secara baik.

Baca Juga: Inilah Platform E-Commerce yang Mendorong Omset UKM

Selain itu, perusahaan juga perlu memastikan bahwa ketersediaan modal kerja cukup untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan setiap harinya serta menjaga agar jumlah modal kerja tersebut tidak berlebihan. Mengapa? Karena jumlah modal kerja yang berlebihan memberikan dampak kurang baik bagi perusahaan yaitu menciptakan dana yang tidak produktif dan pengeluaran-pengeluaran yang tidak begitu penting. Secara ekstrim, hal tersebut dapat merugikan perusahaan.


Bagaimana Cara Menghitung Modal Kerja?

Disadur dari sumber id.wikiHow.com, rumus yang digunakan untuk menghitung modal kerja, secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.

Modal Kerja = Aset Lancar – Kewajiban Lancar

Selain itu, modal kerja dapat dihitung dengan menggunakan salah satu rasio likuiditas yaitu current ratio yang dirumuskan dengan membandingkan nilai aset lancar dan kewajiban lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban lancarnya (dalam kurun waktu satu tahun) dengan total aset lancar. Untuk memahami perhitungan modal kerja secara lengkap, Sahabat Wirausaha dapat mengunjungi link ini.

Baca Juga: Apa itu Long Term Loan?

Demikian pembahasan singkat mengenai modal kerja. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi Sahabat Wirausaha yah.

Referensi:

  1. KBBI Online
  2. wikiHow
  3. Sagner, James S. 2011. Essentials of Working Capital Management. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.