Wearing KlambyWearing Klamby, brand busana muslim lokal yang konsisten mengangkat tema budaya nusantara, belakangan mengalami perkembangan bisnis yang demikian pesat. Berawal dari bisnis penjualan baju bekas, brand ini berkembang menjadi bisnis busana muslim, yang tidak hanya melayani pasar lokal tetapi juga internasional. Partisipasinya dalam ajang bergengsi London Fashion Week 2022 menjadikan brand ini mendunia. Penjualannya bahkan mencapai puluhan ribu potong produk hanya dalam waktu singkat. Tak heran jika bisnis ini beromzet hingga 4 miliar rupiah per bulan. 

Pencapaian tersebut tentu bukan tanpa usaha. Banyak yang telah dilakukan untuk menjangkau pasar lebih luas guna meningkatkan penjualan. Salah satunya adalah menerapkan strategi digital marketing. Bagaimana strategi ini diterapkan hingga mencapai sukses seperti sekarang? Temukan jawabannya di sini.  


Strategi Digital Marketing Ala Wearing Klamby

Perkembangan teknologi digital menunjukkan adanya korelasi dengan pengembangan bisnis. Banyak bisnis yang telah mengadopsi teknologi ini untuk menjangkau pasar yang lebih luas melalui penerapan strategi digital marketing. Sayangnya, tak semuanya memperoleh hasil sesuai harapan. Ada yang berhasil menggaet pasar yang diikuti dengan peningkatan omzet dan keuntungan, ada yang stagnan, bahkan ada juga yang masih gagal meningkatkan penjualan. 

Wearing Klamby merupakan salah satu brand yang berhasil menerapkan strategi pemasaran dengan tepat dan jitu melalui platform digital. Hal ini diungkapkan oleh Adwin Rahmanto, selaku Digital Marketing Manager Wearing Klamby dalam sebuah wawancara. Strategi apa saja yang mereka terapkan?

1. Jeli Dalam Menentukan Budget Iklan 

Pada prinsipnya, kegiatan pemasaran didominasi oleh iklan. Tak heran jika bisnis harus menyediakan budget yang cukup besar untuk iklan. Meski demikian, bukan berarti sebagian besar pendapatan bisnis dialokasikan hanya untuk iklan saja. 

Wearing Klamby sebagai brand produk fisik tentu harus jeli dalam memperhitungkan dan menetapkan budget iklannya. Budget iklan yang ditetapkan haruslah lebih kecil dari profit yang akan diperoleh. Sebab produk fisik menimbulkan biaya-biaya dalam proses produksinya, yang disebut dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). 

Maka dari itu, penetapan besaran budget iklan tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus dikalkulasi dengan teliti agar tidak rugi. Wearing Klamby sendiri menyisihkan 10% pendapatannya untuk dialokasikan sebagai anggaran marketing. Dari 10% tersebut masih dipecah-pecah lagi untuk beberapa kegiatan marketing. Khusus untuk iklan, mereka mengalokasikan sebesar 20%. 

Baca Juga: Bikin Konsumen Percaya dengan Bisnismu, Begini 4 Cara Membangun Kredibilitas Website untuk UMKM

2. Rajin Membuat Konten Kreatif

Budget iklan sebesar 20% tadi, sebagian besarnya dialokasikan untuk pembuatan konten-konten digital yang kreatif. Harapannya, konten tersebut dapat ‘menggigit’ customer baik yang sudah ada (existing customer) maupun yang baru (new customer), sehingga terprovokasi untuk melakukan pembelian. 

Konten-konten kreatif ini kemudian disebarkan ke berbagai media sosial, melalui Facebook Ads, Instagram Ads, dan juga marketplace. Meski demikian, porsi iklan lebih banyak di Instagram Ads. Mengapa?

Di samping itu, Wearing Klamby juga jeli dalam membidik pasar. Mereka mengikuti ‘pergerakan’ aktivitas pasar sasarannya dalam bermedia sosial. Di sosial media mana pasar sasarannya banyak berkumpul, maka disanalah iklan akan diluncurkan. Target pasar Wearing Klamby adalah kalangan menengah ke atas, di mana sebagian besar mereka bermain Instagram. Sebab itu, Instagram Ads dipilih untuk menampilkan konten iklan produk dari brand ini. 

Sebagai brand produk fisik, Wearing Klamby menyadari bahwa penjualan tidak hanya diperoleh dari iklan saja, tetapi juga aktivitas pemasaran lainnya. Beberapa diantaranya adalah berkolaborasi dengan influencer, bekerja sama dengan brand lain, dan melakukan campaign

Penjualan produk fesyen tidak bisa hanya mengandalkan iklan saja. Iklan lebih ditujukan untuk mendistribusikan konten agar bisa tersebar lebih luas ke target pasar. Sementara di Wearing Klamby, iklan digunakan untuk mengejar follower yang sudah tertarget.

3. Memanfaatkan Fitur Live TikTok

Perkembangan teknologi digital kini membawa perubahan dalam penerapan strategi marketing. Aktivitas marketing guna mendongkrak penjualan saat ini telah bergeser ke ranah digital. Tak hanya melalui iklan, bahkan lebih agresif melalui interaksi langsung dengan customer melalui live shopping. Canggihnya lagi, hampir semua media sosial telah dilengkapi dengan fitur live yang memungkinkan pelaku bisnis untuk mempromosikan produk unggulannya secara lebih mudah. 

Wearing Klamby pun tak ketinggalan dalam memanfaatkan fitur tersebut. Tim marketing dari brand ini mampu memanfaatkan media sosial secara proporsional untuk mempromosikan produknya dan menggaet pelanggan. Meski lebih banyak beriklan di Instagram, namun Wearing Klamby tidak menutup peluang dalam memanfaatkan media sosial lainnya. Salah satunya di TikTok

Di TikTok, tim marketing Wearing Klamby memang belum mengeksplorasi semua fitur yang ada, tetapi lebih berfokus pada live shopping. Hal ini didasarkan pada viralnya fitur yang satu ini dalam meningkatkan penjualan. Benar saja, fitur live TikTok menjadi salah satu saluran pemasaran yang mampu menjadikan produk-produk Wearing Klamby terjual laris. 

Baca Juga: Sulap Sandal Jadi Karya Seni, Luxman Art Ekspor Sandal Jepit Ukir ke Mancanegara

4. Melakukan Pre-Marketing

Agar bisa menangkap audience lebih awal, Wearing Klamby melakukan pre-marketing, yakni merilis konten iklan sebelum produk diluncurkan ke publik. Misalnya, ada rangkaian produk terbaru yang akan launching pada 10 Maret, maka tim marketing telah merilis iklan berupa teaser produk tersebut dua hari sebelumnya, yaitu pada 8 dan 9 Maret. 

Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi bahwa ada rangkaian produk baru yang akan di-launching pada waktu yang ditentukan. Audience yang memiliki awareness terhadap brand tersebut diharapkan tertarik dan bersiap untuk melakukan pembelian produk setelah diluncurkan ke publik. Strategi marketing ini biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu, misalnya menyambut hari raya Idul Fitri. 

Wearing Klamby telah melakukan pre-marketing koleksi baju-baju lebarannya dan men-display sampel produknya di toko termasuk di marketplace maupun webstore. Hal ini dimaksudkan agar konsumen bisa melihat fisik produknya lebih dulu, tetapi belum bisa langsung dibeli. 

Nah untuk menggaet pembeli, brand ini menawarkan sistem limited order. Konsumen yang melakukan order akan diberikan barcode yang mengarah ke website, di mana saat produk launching mereka hanya perlu scan barcode, dan produk pesanannya akan segera dikirimkan ke alamat tujuan.  

5. Memasang Tracking Iklan

Seberapa efektif iklan yang disebarkan di media sosial berpengaruh pada penjualan? Untuk mengetahui ini, Wearing Klamby memasang tracking di website. Setiap link iklan baik di Facebook Ads, Instagram Ads, dan lainnya selalu diarahkan ke website, sehingga bisa diketahui mana iklan yang paling efektif dan menghasilkan closing penjualan paling banyak. 

Meski demikian, Wearing Klamby menyadari bahwa closing penjualan tidak hanya dari iklan saja, tetapi brand activity secara keseluruhan, baik itu pengaruh dari influencer maupun campaign yang dibangun. Ketika tumbuh awareness dalam diri konsumen, mereka akan lebih mudah untuk melakukan pembelian saat melihat konten iklan. Prinsipnya, tim marketing Wearing Klamby senantiasa berusaha untuk menyebarkan konten iklan ke orang-orang yang lebih tepat. Dengan mengoptimalkan brand activity, target penjualan akan lebih mudah dicapai. 

Baca Juga: Tertarik Memulai Usaha Jahit? Yuk Pelajari Panduan Membuat Ukuran dan Pola Pakaian Di Sini! 

6. Memberikan Trigger pada Pasar yang Tepat 

Dalam dunia marketing, terdapat dua target market besar yang harus dipikirkan agar lebih mudah ‘ditangkap’, yaitu early adopter dan majority. Early adopter merupakan orang-orang yang mudah dalam membuat keputusan pembelian, cepat beradaptasi dengan promosi atau event tertentu. Sementara majority adalah orang-orang yang membutuhkan bukti lebih dulu terkait kualitas produk, baru memutuskan untuk melakukan pembelian.

Early adopter lebih mudah dibujuk untuk membeli produk hanya dengan sedikit rayuan. Misalnya, memberikan voucher 100 ribu rupiah yang bisa digunakan saat itu juga. Kelompok market ini tidak akan berpikir dua kali untuk melakukan pembelian. 

Lain halnya dengan majority. Kelompok market ini tidak mudah untuk diiming-imingi sesuatu karena memang mereka harus memperoleh bukti lebih dulu bahwa produk yang ditawarkan benar-benar bagus dan banyak orang yang menggunakan produk tersebut. Sebab itu, “rayuan” yang diberikan untuk kelompok market ini tentu berbeda. 

Wearing Klamby mengupayakan bahwa keberhasilan dalam menjaring early adopter bisa menjadi trigger untuk kelompok majority agar melakukan pembelian. Apabila early adopter sukses dikuasai, maka mereka akan menjadi ‘tim eksternal’ yang turut mempromosikan produk-produk Wearing Klamby

***

Sebagai brand produk busana muslim lokal, Wearing Klamby berhasil menjangkau pasar hingga mancanegara. Hal ini tak lepas dari keberhasilan strategi digital marketing yang diterapkan, yang senantiasa kreatif dan tepat sasaran. Nah, bagi Sahabat Wirausaha yang ingin penjualannya meningkat dan bisnisnya sukses, bisa mengadaptasi strategi digital marketing ala Wearing Klamby ini. Selamat mencoba!

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

Video Youtube: Rahasia Suksesnya Digital Marketing Ala Wearing Klamby.