Apa Itu Return on Ad Spend (ROAS) – Bayangkan kamu adalah pemilik sebuah toko kue online. Bulan ini, kamu memutuskan untuk menyisihkan dana Rp1 juta buat iklan di Instagram. Setelah sebulan, ternyata kamu berhasil meraup penjualan senilai Rp5 juta. Cukup lumayan, kan? Tapi… bagaimana caramu tahu bahwa uang iklan itu benar-benar “menghasilkan”? Nah, inilah saatnya kamu kenalan dengan istilah Return on Ad Spend (ROAS).
Buat para pelaku UMKM, ROAS bisa dibilang seperti “nilai rapor” dari kampanye iklan digital. Melalui metrik ini, kamu bisa melihat seberapa efektif uang yang kamu habiskan untuk iklan benar-benar mengubah audiens jadi pembeli. Yuk, kita bahas apa itu Return on Ad Spend (ROAS) secara lengkap, mulai dari definisi, rumus, hingga contoh kasusnya.
Apa Itu Return on Ad Spend (ROAS)?
Secara sederhana, Return on Ad Spend (ROAS) adalah rasio yang mengukur pendapatan yang diperoleh dari setiap rupiah yang kamu keluarkan untuk beriklan. Jika sebelumnya kamu pernah mendengar istilah “ROI” (Return on Investment), maka ROAS bisa diibaratkan sebagai versi spesifik dari ROI yang fokus hanya pada aktivitas periklanan.
Rumus ROAS:
ROAS = Pendapatan dari Iklan / Biaya Iklan
Contoh:
Misalnya, kamu menghabiskan Rp1 juta untuk iklan dan menghasilkan penjualan sebesar Rp4 juta, maka nilai ROAS yang kamu dapatkan adalah:
ROAS = Rp4.000.000 / Rp1.000.000 = 4
Artinya, setiap 1 rupiah yang kamu keluarkan akan menghasilkan 4 rupiah pendapatan. Semakin tinggi angka ROAS, semakin efektif iklanmu.
Baca Juga: Apa Itu Influencer Marketing? Strategi Digital yang Mengubah Wajah Promosi Bisnis
Sejarah dan Konteks Munculnya ROAS
Istilah ROAS mulai populer sejak berkembangnya digital advertising. Ketika platform seperti Google Ads, Facebook Ads, dan Instagram Ads mulai menyajikan data secara real-time, bisnis jadi lebih mudah mengukur performa iklan.
Sebelumnya, pelaku usaha hanya bisa menebak-nebak dampak dari iklan TV, radio, atau baliho. Tapi sekarang, setiap klik, tayangan, dan konversi bisa dilacak. Dari sinilah metrik seperti Return on Ad Spend (ROAS) menjadi vital sifatnya dalam evaluasi strategi pemasaran.
Menurut laporan eMarketer (2023), lebih dari 70% marketer global menggunakan ROAS sebagai indikator utama kesuksesan kampanye digital mereka. Bahkan, perusahaan besar seperti Amazon dan Shopify pun menekankan pentingnya ROAS dalam laporan performa iklan mereka.
Jenis ROAS Berdasarkan Platform
Metrik ROAS bisa berbeda tergantung di mana iklanmu tayang. Setiap platform punya cara pelaporan ROAS masing-masing. Jadi penting untuk memahami bagaimana masing-masing menghitung konversi:
- ROAS Google Ads: Cocok buat bisnis yang fokus pada intent-based search (misalnya: orang cari “kue ulang tahun Jakarta”).
- ROAS Meta Ads (Facebook/Instagram): Cocok untuk brand awareness dan retargeting.
- ROAS TikTok Ads: Lebih efektif untuk kampanye viral atau produk dengan target anak muda.
- ROAS Marketplace (Tokopedia, Shopee Ads): Mengukur langsung dari pembelian di dalam platform.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Studi Kasus UMKM: ROAS Dalam Dunia Nyata
Studi Kasus 1: Brand Skincare Lokal
Sebuah brand skincare lokal di Bandung menginvestasikan Rp10 juta dalam kampanye TikTok Ads selama 2 minggu. Hasilnya? Penjualan mencapai Rp70 juta. ROAS-nya:
ROAS = Rp70.000.000 / Rp10.000.000 = 7
Dengan ROAS sebesar 7, mereka meningkatkan anggaran menjadi Rp20 juta di kampanye berikutnya dan tetap menjaga performa dengan menyesuaikan target audiens.
Studi Kasus 2: Warung Kopi Online
Seorang pemilik warung kopi yang menjual cold brew via Instagram Ads menghabiskan Rp500 ribu untuk iklan selama seminggu. Penjualan? Rp1,5 juta.
ROAS = Rp1.500.000 / Rp500.000 = 3
Karena margin labanya kecil, ia kemudian optimasi konten visual agar ROAS naik ke angka 4,5 di kampanye berikutnya.
Fungsi ROAS Bagi UMKM
Menghitung apa itu Return on Ad Spend (ROAS) tidak hanya sekadar angka. Ini jadi pondasi buat:
- Evaluasi efisiensi iklan: ROAS tinggi = iklan efektif.
- Alokasi anggaran: Fokuskan budget ke channel dengan ROAS terbaik.
- Pengambilan keputusan cepat: Nilai ROAS turun drastis? Mungkin perlu ganti copywriting, targeting, atau visual iklan.
- Perencanaan jangka panjang: ROAS jadi indikator seberapa cepat kamu bisa balik modal dari aktivitas marketing.
Baca Juga: Apa Itu Organic Traffic: Lalu Lintas Gratis yang Bisa Jadi Aset Emas Bisnismu
Cara Meningkatkan ROAS
Kalau kamu merasa ROAS masih rendah, ini beberapa taktik yang bisa kamu coba:
- Optimalkan Targeting : Pastikan kamu mengiklankan ke audiens yang relevan. Misalnya, produk perawatan kulit pria jangan ditargetkan ke ibu rumah tangga.
- Tingkatkan Kualitas Iklan : Gunakan visual yang menarik, copywriting yang persuasif, dan call to action yang jelas.
- Fokus ke Produk High-Margin : Promosikan produk dengan margin tinggi agar revenue-nya terasa meskipun biaya iklan besar.
- Pakai Retargeting : Orang yang sudah klik atau masuk ke website kamu biasanya punya peluang beli lebih tinggi. Iklan retargeting bisa bantu meningkatkan konversi.
- Cek Waktu Penayangan : Tampilkan iklan di jam-jam prime time, seperti jam istirahat siang atau malam hari saat orang scrolling media sosial.
Kapan ROAS Tidak Cukup?
Walau bermanfaat, ada kalanya Return on Ad Spend (ROAS) tidak memberikan gambaran utuh. Misalnya:
- Customer Lifetime Value (CLV): Kadang pembeli pertama tidak langsung untung, tapi akan beli lagi berkali-kali.
- Branding Campaign: Kampanye untuk meningkatkan kesadaran merek biasanya tidak langsung berdampak ke penjualan.
- Produk Baru: Perlu edukasi dulu sebelum orang beli. Jadi ROAS awalnya bisa rendah.
Maka, ROAS sebaiknya dipakai bersama metrik lain seperti Cost per Acquisition (CPA), Click-Through Rate (CTR), dan Customer Retention Rate.
Baca Juga: Apa Itu Averaging Down? Strategi Beli Saat Harga Turun, Untung atau Buntung?
Berapa Nilai ROAS Yang Ideal?
Untuk UMKM, ROAS minimal 3x dianggap sehat, apalagi kalau produknya punya margin tipis. Selebihnya, sebenarnya tidak ada angka pasti. Tapi menurut Wordstream (2024), rata-rata ROAS berdasarkan industri:
Industri |
ROAS Rata-rata |
Retail & eCommerce |
4 – 10 |
Travel |
3 – 5 |
Kesehatan & Kecantikan |
2 – 4 |
Pendidikan |
3 – 6 |
Jadi, apa itu Return on Ad Spend (ROAS)? Dalam era digital, di mana setiap klik bisa dilacak, ROAS bukan cuma angka, melainkan juga berperan sebagai petunjuk arah. Ia membantumu membuat keputusan cerdas tentang anggaran, konten iklan, dan strategi pemasaran jangka panjang.
Sebagai pelaku UMKM, jangan hanya berfokus pada angka likes atau followers. Fokuslah pada ROAS yang menunjukkan performa nyata dari setiap rupiah yang kamu investasikan. Karena ujung-ujungnya, bisnis bukan tentang kelihatan keren, tapi soal untung atau rugi.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- Google Economic Impact Report 2023 - https://economicimpact.google.com
- Meta for Business – ROAS Metrics Explained: https://www.facebook.com/business/help/
- HubSpot Marketing Glossary - Return on Ad Spend: https://blog.hubspot.com/marketing/roas
- Shopify Learn - ROAS: https://www.shopify.com/encyclopedia/roas
- Wordstream – ROAS Benchmarks by Industry: https://www.wordstream.com/blog/ws/2023/07/05/roas-benchmarks