Apa Itu Manajemen InventarisBayangkan kamu punya usaha minuman kekinian. Di bulan pertama, penjualan laris manis. Tapi, tiba-tiba minggu ketiga kamu kehabisan cup, sedotan, bahkan sirup utama. Pembeli kecewa, kamu panik, dan omzet langsung turun. Padahal, semua itu bisa dicegah kalau kamu punya satu hal penting: manajemen inventaris yang baik.

Apa itu Manajemen Inventaris? Istilah ini mungkin terdengar teknis, tapi sebenarnya ini adalah jantung operasional dari setiap bisnis, mulai dari UMKM hingga perusahaan besar. Kalau bisnis kamu sering mengalami kehabisan stok, penumpukan barang, atau bahkan barang rusak dan kadaluarsa, bisa jadi kamu belum menerapkan manajemen inventaris secara optimal. Yuk, kita bedah lebih dalam tentang apa itu Manajemen Inventaris di sini!


Definisi: Apa Itu Manajemen Inventaris?

Secara sederhana, manajemen inventaris adalah proses pengelolaan stok barang—mulai dari pengadaan, penyimpanan, penggunaan, hingga pengawasan persediaan dalam suatu bisnis. Tujuannya? Menjaga keseimbangan antara permintaan dan pasokan, menghindari kelebihan atau kekurangan barang, serta memaksimalkan efisiensi operasional.

Menurut Investopedia, inventory management adalah sistem yang digunakan perusahaan untuk melacak, memesan, menyimpan, dan menggunakan persediaan bahan baku atau produk jadi. Dalam konteks UMKM, apa itu Manajemen Inventaris bisa meliputi pencatatan jumlah barang yang masuk dan keluar, menghitung stok minimum, sampai menentukan kapan waktu terbaik untuk restock.

Baca Juga: Apa Itu Attribution Model? Memahami Kontribusi Setiap Kanal dalam Mendorong Penjualan


Kenapa Manajemen Inventaris Itu Penting?

  1. Mencegah Kehabisan Stok
    Jika kamu berjualan secara online dan tiba-tiba kehabisan produk unggulan, pembeli bisa kabur ke kompetitor. Data dari Invesp menyebutkan bahwa 30% konsumen online akan langsung beralih ke toko lain jika barang yang mereka cari tidak tersedia.
  2. Menghindari Penumpukan Barang
    Terlalu banyak stok yang tidak laku bisa bikin modalmu nyangkut. Ini umum terjadi di bisnis makanan, fashion musiman, atau produk cepat kedaluwarsa.
  3. Efisiensi Biaya
    Biaya penyimpanan, kerusakan barang, dan risiko kehilangan bisa ditekan jika sistem inventaris dikelola dengan benar.
  4. Pengambilan Keputusan Lebih Cepat
    Dengan data inventaris yang akurat, kamu bisa tahu produk mana yang paling laris, mana yang stagnan, dan kapan harus melakukan promosi.

Komponen Utama dalam Manajemen Inventaris

1. Stok Barang

Jenis stok dalam inventaris bisa dibagi menjadi:

  • Bahan baku: seperti biji kopi di bisnis kafe.
  • Barang setengah jadi: seperti komponen elektronik di pabrik smartphone.
  • Barang jadi: seperti baju siap jual di toko fashion.

Contoh: PT Indofood CBP Sukses Makmur mengelola stok mie instan, bumbu, hingga kemasan di berbagai gudang produksi. Mereka memiliki sistem stok bahan baku terintegrasi dengan produksi harian agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan.

2. Sistem Pencatatan

Pencatatan inventaris bisa dilakukan secara:

  • Manual (buku, Excel)
  • Semi-otomatis (software lokal)
  • Otomatis (ERP system)

Contoh: Alfamart menggunakan sistem ERP dari SAP untuk mencatat dan menyinkronkan stok lebih dari 15.000 gerai di Indonesia. Sistem ini memungkinkan pelacakan real-time atas stok masuk dan keluar di tiap toko.

3. Metode Penghitungan Inventaris

Tiga metode paling umum yang biasanya digunakan dalam penghitungan inventaris bisnis :

  • FIFO (First In First Out): Dalam metode ini produk yang masuk lebih dulu harus dijual lebih dulu. Cocok untuk makanan dan produk lain yang punya tanggal kadaluarsa ketat. Contoh: Superindo menerapkan FIFO pada produk susu dan sayur untuk mencegah kadaluarsa.
  • LIFO (Last In First Out): Di metode ini, produk terbaru dijual duluan. Jarang digunakan di Indonesia karena tidak cocok untuk barang yang cepat rusak. Contoh: Digunakan oleh sebagian gudang logistik non-perishable seperti material bangunan.
  • JIT (Just In Time): Perusahaan hanya memesan barang saat dibutuhkan. Hemat gudang, tapi berisiko jika pemasok telat. Contoh: Toyota dikenal sebagai pelopor sistem JIT dalam lini produksinya untuk menekan biaya stok.

4. Reorder Point (ROP)

ROP adalah titik di mana perusahaan harus melakukan pemesanan ulang agar stok tidak habis saat permintaan naik.

Contoh: Eiger, brand outdoor gear asal Bandung, menetapkan ROP otomatis untuk jaket musim hujan. Saat stok tersisa 50 unit di gudang pusat, sistem akan langsung otomatis memicu pemesanan ke pabrik.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!


Studi Kasus Nyata: Target, Raksasa Ritel yang Tersandung Stok

Pada tahun 2013, Target—perusahaan ritel raksasa asal Amerika Serikat—memutuskan untuk memperluas operasionalnya ke Kanada. Dengan reputasi kuat di AS, ekspansi ini dianggap sebagai langkah besar yang akan memperluas dominasi mereka di pasar Amerika Utara. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Dalam waktu kurang dari dua tahun, seluruh 133 toko Target di Kanada ditutup, dan kerugian mereka mencapai lebih dari $5,4 miliar. Apa yang salah?

Ternyata, Target mengalami kekacauan dalam pengelolaan stok sejak hari pertama toko mereka dibuka. Sistem inventaris yang digunakan untuk mencatat stok barang di gudang dan toko ternyata tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Banyak produk yang secara sistem tercatat "tersedia", tetapi saat pelanggan datang ke toko, rak justru kosong.

Kesalahan ini membuat pelanggan kecewa. Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. Di balik rak-rak kosong tersebut, gudang justru penuh dengan barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Artinya, bukan karena Target kekurangan stok—mereka justru mengalami overstock—tapi sistem distribusi dan pencatatan mereka tidak mampu mengarahkan barang ke tempat yang tepat, pada waktu yang tepat.

Lebih parahnya lagi, banyak dari produk yang datang ke toko ternyata tidak diberi label dengan benar, sehingga staf kesulitan menempatkannya di rak. Bahkan dalam beberapa kasus, produk yang sama memiliki kode yang berbeda antara gudang dan sistem di kasir. Ini membuat proses penjualan menjadi lambat dan membingungkan, baik bagi pelanggan maupun karyawan toko.

Pihak manajemen kemudian menyadari bahwa sistem supply chain yang mereka gunakan di AS tidak bisa serta-merta diterapkan di Kanada. Vendor lokal di Kanada belum sepenuhnya familiar dengan cara kerja sistem Target, dan pelatihan terhadap staf lokal juga kurang maksimal. Kegagalan ini menjadi contoh penting bahwa apa itu Manajemen Inventaris bukan hal sepele. Sistem yang tidak akurat bisa membuat perusahaan sebesar Target tumbang.

Baca Juga: Apa Itu Manajemen Inventaris: Kunci Sukses Bisnis yang Jarang Disadari


Tools Digital yang Membantu Manajemen Inventaris

Berbagai tools digital sekarang bisa membantu UMKM dalam mengelola inventaris. Beberapa yang populer:

  1. MokaPOS – Untuk pelaku usaha ritel dan F&B. Menyediakan laporan real-time tentang penjualan dan stok.
  2. Jurnal by Mekari – Cocok untuk UMKM yang butuh sistem akuntansi sekaligus manajemen inventaris.
  3. Stockbit for Business – Fitur khusus untuk pelacakan barang masuk-keluar secara otomatis.
  4. Zoho Inventory – Aplikasi internasional dengan fitur barcode scanner, pengiriman, hingga pelacakan stok multi-gudang.

Dengan teknologi, pemahaman tentang apa itu Manajemen Inventaris bukan hanya teori, tapi bisa langsung diterapkan secara praktis.

Kini, setelah memahami apa itu Manajemen Inventaris, kamu bisa lihat bahwa ini bukan sekadar urusan gudang. Ini adalah fondasi dari keputusan strategis bisnis: mau beli bahan baku kapan, stok apa yang harus ditambah, dan bagaimana menekan kerugian.

UMKM yang mampu mengelola inventaris dengan baik akan lebih tangguh menghadapi fluktuasi pasar, bisa melayani pelanggan lebih cepat, dan memaksimalkan margin keuntungan.

Jadi, kalau kamu ingin bisnis lebih tertata dan siap berkembang, mulailah dari satu pertanyaan sederhana: sudahkah kamu menerapkan manajemen inventaris hari ini?

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. Investopedia. "Inventory Management Definition."
    https://www.investopedia.com/terms/i/inventory-management.asp
  2. Invesp. "Online Shopping Cart Abandonment Rate Statistics."
    https://www.invespcro.com/blog/shopping-cart-abandonment-rate-statistics/
  3. Mekari Jurnal. "Manajemen Inventaris untuk UKM."
    https://www.jurnal.id/id/blog/manajemen-inventaris-barang-untuk-ukm/