Apa Itu Income Investing Pernah dengar istilah "uang bekerja untuk kita"? Jangan salah, konsep ini bisa terwujud, salah satunya lewat strategi yang dikenal sebagai Income Investing. Di tengah dunia investasi yang dipenuhi berbagai pendekatan, strategi ini jadi pilihan menarik bagi mereka yang ingin mendapatkan pendapatan pasif secara konsisten tanpa harus menjual aset.

Tapi, sebenarnya apa itu income investing? Siapa yang cocok menjalankannya dan bagaimana cara kerjanya? Yuk, kupas tuntas apa itu income investing, sejarah dan prinsip dasarnya, hingga contoh di dunia nyatanya di sini!


Definisi Income Investing

Income investing adalah strategi investasi yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan rutin dari aset yang dimiliki, bukan hanya mengandalkan kenaikan harga (capital gain). Pendapatan ini bisa berasal dari dividen saham, bunga obligasi, sewa properti, atau instrumen lain yang menghasilkan arus kas reguler.

Dengan kata lain, investor income lebih fokus pada cashflow daripada apresiasi nilai aset. Mereka mencari aset yang dapat memberi pemasukan yang stabil—baik per bulan, kuartal, maupun tahunan—tanpa harus menjual asetnya.

Contoh sederhana:

  • Seorang investor membeli saham PT Telkom Indonesia yang secara konsisten membagikan dividen tahunan.
  • Atau membeli obligasi pemerintah yang memberikan bunga tetap 6% per tahun.
  • Atau memiliki properti yang disewakan dan menghasilkan pemasukan rutin.

Bagi banyak orang yang mencari kestabilan finansial jangka panjang, pemahaman terhadap apa itu income investing menjadi sangat penting, terutama menjelang masa pensiun atau saat merancang strategi pendapatan pasif.

Baca Juga: Apa Itu Growth Investing? Strategi Investasi untuk Menangkap Pertumbuhan di Era Digital


Asal Usul Income Investing

Strategi income investing sebenarnya sudah lama digunakan, bahkan sejak era sebelum pasar modal modern berkembang. Investor tradisional, seperti pemilik tanah dan pemilik obligasi kerajaan, telah menerapkan prinsip serupa dengan mencari pendapatan reguler dari aset fisik atau surat berharga.

Pada abad ke-20, ketika pasar saham dan obligasi berkembang pesat di AS dan Eropa, income investing mulai diformalkan. Banyak manajer investasi mengelola portofolio pensiunan dengan fokus utama pada obligasi dan saham dividen blue-chip untuk menghasilkan arus kas stabil. Hingga kini, income investing tetap populer di kalangan investor institusi dan individu yang memprioritaskan kestabilan dan proteksi risiko dibanding potensi pertumbuhan tinggi.


Jenis-Jenis Instrumen Income Investing

Setelah memahami definisi dan asal-usulnya, kita juga harus paham instrumen investasi apa saja yang bisa digunakan untuk strategi ini. Dalam praktiknya, income investing bisa dilakukan melalui berbagai jenis aset:

  1. Saham Dividen (Dividend Stocks), yaitu jenis saham dari perusahaan yang rutin membagikan laba sebagai dividen. Contohnya: Bank BCA, Telkom, Unilever.
  2. Obligasi (Bonds), yaitu surat utang yang membayar bunga tetap. Bisa berasal dari pemerintah (ORI, SBN) atau swasta (corporate bonds).
  3. Real Estate Investment Trusts (REITs), yaitu investasi properti komersial yang memberikan dividen dari hasil sewa gedung, hotel, dll.
  4. Properti Fisik (Real Estate), seperti menyewakan rumah, ruko, atau apartemen untuk mendapatkan pendapatan sewa reguler.
  5. Peer-to-Peer Lending, misalnya memberikan pinjaman ke individu/UMKM melalui platform P2P dan mendapatkan bunga.
  6. Dana Pasar Uang & Reksadana Pendapatan Tetap, yaitu instrumen investasi kolektif yang memberikan hasil rutin, meski umumnya lebih kecil.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!


Apa Itu Income Investing dan Siapa yang Cocok Menggunakannya?

Ingin menggunakan strategi ini dalam berinvestasi? Coba lihat dulu kecocokan posisi dan keadaan kamu. Secara umum, strategi ini cocok untuk:

  • Investor pensiun atau mendekati usia pensiun yang butuh pemasukan rutin.
  • Individu dengan target penghasilan pasif jangka panjang.
  • Pelaku UMKM yang ingin mengelola kas idle agar tetap produktif.
  • Investor pemula yang mencari risiko relatif rendah.

Dengan income investing, kamu bisa merancang portofolio yang membayar "gaji pasif"—artinya, kamu tetap bisa memiliki arus kas tanpa harus aktif bekerja.


Contoh Kasus Income Investing

Misalnya, seorang karyawan bernama Rina, usia 40 tahun, mulai belajar apa itu income investing. Ia mengalokasikan Rp100 juta ke:

  • Rp50 juta ke obligasi pemerintah ORI dengan bunga 6,1% per tahun
  • Rp30 juta ke saham BUMN seperti Telkom dan Bank Mandiri yang rutin bagi dividen
  • Rp20 juta ke REITs properti

Setiap tahun, Rina mendapat pemasukan sekitar Rp6 juta - Rp7 juta dari dividen dan kupon. Ia tidak perlu menjual asetnya. Dan saat dia pensiun, portofolio itu akan terus menghasilkan pendapatan pasif.

Baca Juga: Apa Itu Value Investing? Strategi Investasi Klasik yang Tak Pernah Mati


Keuntungan dan Risiko Income Investing

Seperti strategi investasi lainnya, kita harus mempertimbangkan untung dan rugi yang mungkin terjadi saat menerapkan income investing. Berikut adalah rangkumannya.

Keuntungan:

  • Pendapatan rutin tanpa harus menjual aset
  • Lebih stabil dan defensif, terutama di masa volatilitas pasar
  • Cocok untuk diversifikasi dan proteksi aset

Risiko:

  • Return cenderung moderat, tidak sebesar saham growth
  • Risiko inflasi yang bisa menggerus daya beli pendapatan tetap
  • Risiko gagal bayar, terutama pada obligasi korporasi dan P2P Lending

Oleh karena itu, penting untuk melakukan diversifikasi dan riset mendalam sebelum memilih aset.


Income Investing vs Growth Investing vs Value Investing

Dalam dunia investasi, kira-kira seperti inilah perbedaan risiko, kecocokan, dan fokus utama dari tiga strategi investasi berikut :

Strategi

Fokus Utama

Risiko

Cocok untuk

Income Investing

Pendapatan rutin

Moderat

Pensiunan, pencari cashflow

Growth Investing

Pertumbuhan nilai

Tinggi

Investor muda, agresif

Value Investing

Beli saham undervalue

Menengah

Investor sabar, jangka panjang


Cara Memulai Income Investing

Buat kamu yang mulai paham apa itu income investing dan ingin mempraktikkannya, berikut langkah awal:

1. Tentukan Tujuan Finansial

Misalnya, kamu ingin penghasilan pasif sebesar Rp1 juta per bulan. Tujuan ini penting untuk menentukan arah investasi dan seberapa besar aset yang perlu dikumpulkan. Tanpa tujuan yang jelas, strategi investasi bisa menjadi tidak fokus dan sulit diukur keberhasilannya.

2. Hitung Kebutuhan Modal Berdasarkan Target Penghasilan 

Berdasarkan contoh di atas, jika kamu ingin pendapatan Rp12 juta per tahun (Rp1 juta x 12 bulan), dan kamu memilih instrumen yang memberikan imbal hasil 6% per tahun, maka kamu perlu menanamkan modal sekitar Rp200 juta (karena 6% dari Rp200 juta = Rp12 juta). Ini membantu kamu merancang portofolio yang realistis.

3. Pilih Instrumen Yang Sesuai Dengan Profil Risiko dan Tujuan

Jika kamu ingin risiko rendah, bisa memilih obligasi pemerintah. Kalau ingin return lebih tinggi, bisa pertimbangkan saham dividen atau REITs. Pilih kombinasi aset yang sesuai dengan kenyamanan kamu terhadap risiko dan target penghasilan.

Baca Juga: Apa itu Nilai Aktiva Bersih? Cara Jitu Mengetahui Kesehatan Investasi

4. Gunakan Platform Resmi dan Legal 

Pastikan kamu berinvestasi melalui platform yang diawasi oleh OJK seperti aplikasi Reksadana, platform obligasi ritel resmi, IDX untuk saham, atau P2P lending berizin. Ini penting untuk menghindari penipuan dan menjamin keamanan dana.

5. Lakukan Reinvest Hasil Pendapatan Untuk Efek Compounding 

Alih-alih langsung dibelanjakan, hasil dividen atau kupon bisa kamu investasikan kembali agar aset terus tumbuh dan penghasilan pasif bertambah dari waktu ke waktu. Ini adalah kekuatan efek bunga berbunga yang jadi inti strategi jangka panjang.

Jadi, apa itu income investing? Ini adalah strategi investasi yang fokus pada menghasilkan arus kas rutin dari aset produktif, tanpa harus menjualnya. Income investing sangat relevan untuk mereka yang ingin membangun pendapatan pasif, mempersiapkan pensiun, atau sekadar menambah kestabilan keuangan.

Bagi pelaku UMKM atau individu dengan modal terbatas, strategi ini juga bisa dijadikan cara bijak untuk mengelola uang dingin secara produktif. Kuncinya adalah memilih instrumen yang tepat, legal, dan sesuai dengan tujuan finansial kamu.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. Investopedia. "Income Investing Explained." https://www.investopedia.com/terms/i/income-investing.asp
  2. OJK. "Saham, Obligasi, dan Instrumen Pasar Modal Lainnya" https://www.ojk.go.id/
  3. IDX. "Dividen Saham dan REITs" https://www.idx.co.id
  4. CNBC Indonesia. "Strategi Passive Income dari Dividen dan Obligasi", 2023
  5. Kontan. "Daftar Saham Dividen Tertinggi di BEI", 2024