Sew Hazna - Siapa yang tidak familiar dengan produk-produk hasil kerajinan tangan? Sebagai salah satu industri kreatif, permintaan pasar untuk kerajinan tangan akan selalu meningkat. Namun untuk menjadi suatu usaha kreatif yang menguasai pasar, dibutuhkan inovasi tinggi agar produk kita menonjol dibandingkan dengan para kompetitor.
Hal inilah yang ditangkap oleh Ika Novitasari, pemilik bisnis kerajinan tangan Sew Hazna. Dimulai dari hobi Ika menyelam di dunia jahit-menjahit, akhirnya saat ini produk buatan Sew Hazna lolos kurasi untuk berjualan di salah satu retail terkemuka di Indonesia.
Memulai Bisnis Kerajinan Tangan Saat Kuliah
Sew Hazna sudah mulai dirintis pada tahun 2015, kala Ika Novitasari yang sedang duduk di bangku kuliah semester akhir, memulai bisnis kerajinan tangannya dengan branding Hazna Craft. “Aku memang hobi menjahit dari dulu dan kebetulan Bapak juga penjahit. Sewaktu kuliah, aku mencoba menjual bros jilbab hasil jahitan sendiri sembari mengisi waktu luang. Waktu itu produknya hanya dijualkan ke teman-teman sekitar saja, ” kenang Ika.
Setelah lulus kuliah, bisnis kerajinan tangan milik Ika sempat terhenti ketika ia bekerja kantoran. Meski begitu, Ika tetap giat mengasah keterampilan menjahitnya dengan mengikuti kursus jahit di kota dekat tempat tinggalnya. Tiga tahun kemudian, ia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya untuk fokus menjalani peran sebagai ibu rumah tangga. Untuk menghindari kejenuhan, Ika akhirnya memulai kembali bisnis kerajinan tangannya yang sempat vakum.
Masih berbisnis dibawah naungan merk Hazna Craft, Ika mencoba untuk memproduksi dompet kain dan berjualan dengan teknik pemasaran mulut ke mulut melalui teman-temannya. Pada tahun 2020, Ika akhirnya melakukan rebranding dengan nama Sew Hazna dan mendaftarkan HAKI. Sew Hazna kemudian memulai perjalanan bisnisnya dengan memproduksi masker kain di kala pandemi COVID-19.
Namun, selang beberapa bulan menuju akhir tahun 2020, Pemerintah RI menetapkan larangan terkait pemakaian masker kain di ruang publik. “Sew Hazna kemudian shifting bisnis menjadi produsen tas, dompet, tempat pensil, dan tissue cover. Produksi tersebut berjalan sampai hari ini dan produk-produk itulah yang menjadi produk utama Sew Hazna,” terang Ika.
Baca Juga: Standar Ekspor Produk Kerajinan dan Kriya, Eksportir Perlu Tahu!
Tak Surut Meski Modal Awal Terbatas
Memulai bisnis bagi sebagian orang mungkin dirasakan sebagai pengalaman hidup yang cukup berat, sama halnya dengan Ika saat memulai bisnis Sew Hazna di kota perantauan. Hanya bermodal 500 ribu rupiah dan satu buah mesin jahit kuno, Ika membulatkan tekad untuk menjual kerajinan tangan buatannya. Dimulai dari penjualan produk ke teman-teman dekat melalui WhatsApp dan melalui unggahan di Facebook, Ika kemudian mencoba untuk membuka marketplace seperti Shopee.
“Saat Sew Hazna mulai berjualan di marketplace, produknya itu baru ada yang beli setelah satu tahun kemudian. Wah, benar-benar seperti perjuangan dan prosesnya memang tidak instan,” cerita Ika. Selain aktif berjualan di marketplace, Ika juga aktif membuat konten video untuk diunggah ke media sosial, mengunggah Instagram story minimal satu kali setiap harinya, dan merawat laman situs Sew Hazna.
Seiring berjalannya tahun, Sew Hazna terus berkembang dan menambah sumber daya mesinnya. Saat ini, Sew Hazna memiliki 3 mesin jahit, yaitu mesin jahit besar high speed sebanyak 2 unit untuk menjahit tas dengan kecepatan tinggi dan mesin obras sebanyak 1 unit untuk mengobras tepi kain. Omzet pun telah meningkat sebesar sepuluh kali lipat dari omzet awal Sew Hazna, yaitu sebesar Rp1 juta sampai dengan Rp2 juta per bulannya. “Jadi kuncinya memang hanya satu, yaitu harus konsisten. Kalau tidak konsisten, usaha pasti tidak berkembang,” nasihat Ika.
Motif Eksklusif Sebagai Unique Selling Points
Walau banyak kerajinan tangan yang serupa hadir di pasar, Ika yakin dengan inovasi produk yang dihadirkan oleh Sew Hazna akan lebih unggul dari kompetitornya. Unique selling points Sew Hazna terletak pada motif kain yang berbeda, terbatas, dan eksklusif di setiap produk.
“Produk unggulan Sew Hazna adalah tissue cover, yaitu sebuah kantong yang digunakan untuk menaruh tisu basah di bagian depan dan tisu kering di bagian belakangnya. Sebelum dijual, semua produk kami melalui pengecekan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jahitannya rapi, sehingga tidak akan mengecewakan pelanggan, tutur Ika.
Untuk bahan baku utama kain, Ika mengkurasi secara langsung kain-kain yang akan Ia gunakan sebagai bahan produksi Sew Hazna. “Dulu awal-awal mulai Sew Hazna, saya berkeliling Jakarta untuk mencari kain yang sesuai. Akhirnya sampai sekarang langganan ke supplier yang memang menyediakan kain dengan motif yang terbatas dan eksklusif,” ujar Ika.
Untuk target pasar sendiri, ia memang menargetkan kalangan anak muda, sehingga motif kain yang digunakan adalah motif yang berwarna dan gemas.
Selain tissue cover yang dijual seharga 19,5 ribu rupiah, Sew Hazna juga menjual produk lain seperti tas seharga 165 ribu rupiah, scrunchie seharga 7 ribu rupiah, frame purse atau dompet koin seharga 55 ribu rupiah, dan tempat pensil seharga 38 ribu rupiah. “Seiring tahun, harga produk Sew Hazna juga berubah karena HPP (Harga Pokok Penjualan)-nya juga naik akibat kenaikan bahan baku. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan HPP yang tepat agar tidak mengalami kerugian,” terang Ika.
Baca Juga: Kami Creative, Kreasi Home Decor Berbahan Dasar Limbah Beromzet Jutaan
Pentingnya Membuat Perencanaan dalam Berbisnis
Perencanaan awal yang perlu ditetapkan adalah menetapkan Harga Pokok Penjualan (HPP) produk yang mencakup biaya bahan baku, biaya pengiriman barang, biaya potongan pembelian (mencakup biaya admin marketplace), biaya pemasaran (mencakup biaya promosi dan diskon), dan biaya penyimpanan barang.
Selain membuat perencanaan HPP, Ika juga membuat perencanaan produksi Sew Hazna di setiap akhir bulan untuk bulan berikutnya. Saat ini, produk Sew Hazna diproduksi dengan metode make-to-stock, yaitu membuat produk untuk disimpan dan kebutuhan konsumen akan diambil dari persediaan produk. Ika akan memproduksi tissue cover sebanyak 50-100 pcs, ikat rambut scrunchie sebanyak 100-200 pcs, sling bag sebanyak 5 pcs, dan dompet koin sebanyak 5-6 pcs untuk stok penjualan selama satu bulan.
Sedangkan setiap awal minggu, Ika membuat perencanaan untuk pemasaran selama satu minggu ke depan. “Selain perencanaan produksi, sangat penting untuk UMKM membuat perencanaan konten pemasaran. Jadi, di awal minggu Sew Hazna sudah membuat dan menyiapkan konten serta jadwal unggahnya. Nah nanti ketika hari yang dimaksud salam jadwal tiba, aku bisa langsung mengunggah konten tersebut di media sosial,” jelasnya. Menurut Ika, mempelajari teknik perencanaan serta manajemen waktu sangat penting dalam membangun bisnis agar kita tidak kewalahan.
Menambah Networking melalui Komunitas dan Pelatihan
Menurut Ika, penting bagi para pelaku UMKM mengikuti pelatihan dan komunitas untuk menambah ilmu serta jaringan. Ika dan Sew Hazna sendiri telah bergabung ke beberapa komunitas kerajinan tangan binaan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro (DINKOPUKM) Kabupaten Sidoarjo, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Kabupaten Sidoarjo, dan juga UKM Indonesia. Melalui komunitas dan organisasi yang diikuti Ika, Sew Hazna mendapatkan legalitas HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) dan NIB (Nomor Induk Berusaha) secara gratis, lolos kurasi display di Farmers Market Jakarta, serta mendapatkan ilmu kewirausahaan dan relasi baru.
Ika dan Sew Hazna kemudian mendapat kesempatan mengikuti bazar yang diselenggarakan oleh Pemerintah, seperti bazaar UMKM Kabupaten Sidoarjo 2023 dan Batik Bordir Aksesoris Fair 2023. Dari bazaar inilah, Sew Hazna berhasil membawa produknya ke pembeli mancanegara. “Produk yang dijual saat bazaar berbeda dengan produk Sew Hazna yang dijual di pasaran.
Jadi, aku berinovasi untuk menciptakan produk baru yang sekiranya diminati oleh target pasar bazaar tersebut. Saat mengikuti Batik Bordir Aksesoris Fair 2023, Sew Hazna menciptakan tissue cover dengan bahan kulit kayu dan kain batik. Produknya laris manis dibeli oleh turis Jepang dan Australia,” tutur Ika. “Salah satu manfaat mengikuti bazaar selain untuk mendapatkan penjualan adalah untuk menyebarkan brand awareness agar produk kita dikenal oleh banyak orang,” tambahnya.
Baca Juga: Blawood Craft : Dari Jati Belanda Bekas Menjadi Kerajinan Kayu Bernilai Jual Tinggi
Keinginan untuk Melebarkan Bisnis Sew Hazna ke Pasar Global
Saat ini, produk-produk buatan Sew Hazna bisa didapatkan melalui online lewat marketplace di Indonesia dan di toko offline yaitu:
- Galeri Pamasa, Surabaya.
- Oliswel Store, Surabaya.
- Damping Mart, Tangerang.
Pencapaian ini pun tak lantas membuat Ika puas. Kedepannya, Ia ingin melebarkan bisnis Sew Hazna ke pasar global, seperti melalui marketplace eBay dan Etsy untuk merambah penjualan ke luar negeri. Selain itu, Ika bercerita bahwa Ia sedang fokus untuk mencari investor di tahun 2023 ini melalui seleksi inkubasi UMKM.
“Di 2023 ini, target Sew Hazna selain masuk ke pasar global adalah ingin mendapatkan investor. Selain itu, untuk produk Sew Hazna sendiri ingin dibedakan menjadi 2 target pasar. Pertama, target pasar kalangan anak muda dengan produk bermodel colorful, fun, dan cute. Kedua, target pasar kalangan eksklusif yang memang menyukai kerajinan tangan melalui produk dengan kain batik,” ujar Ika.
Menurut Ika, kita harus tetap bersyukur dan terus semangat dengan hasil apapun yang didapat. Berkaca pada pengalamannya menjadi Chief of Everything, Ika mengatakan bahwa setiap proses dalam membangun bisnis harus diikuti dan dinikmati, karena perjalanan mencapai kesuksesan tidak dapat dilakukan secara instan.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Narasumber: Ika Novitasari, Pemilik Sew Hazna