Home Decor Berbahan Dasar Limbah - Umumnya peredaran limbah industri seperti tong besi cukup terbatas. Kalau tidak berakhir di pabrik peleburan besi tua, tong-tong tersebut paling dijadikan sebagai wadah penyimpanan benda cair seperti minyak. Bahkan kadang kala ada orang yang menjadikannya sebagai pengganti polybag untuk tanaman hias, sayuran ataupun buah-buahan.

Namun tidak bagi Lucy Sylvana asal Depok, Jawa Barat. Limbah industri itu derajatnya diangkat dengan menjadikannya sebagai perabot kekinian yang sering tampil di cafe atau restoran kekinian. Penasaran bagaimana sepak terjangnya menyulap limbah menjadi furniture yang bernilai cuan tinggi? Berikut cerita inspirasi dari pemilik usaha yang bernama Kami Creative.


Kami Creative, Ramah Untuk Lingkungan dan Ramah di Kantong

Pemilik Kami Creative, Lucy Sylvana, mengaku ide pembuatan eco-friendly home decor yang kini sudah menjadi buah bibir publik berawal dari kebutuhan usaha kedai kopi yang dia miliki tahun 2018. Awalnya, ia hanya ingin mengisi kedainya dengan furniture unik yang bisa bikin pelanggan betah duduk ngopi berlama-lama. Tak hanya itu, dia juga berharap perabot tersebut dapat memberikan branding agar kelak dikenal para pecinta kopi.

Baca Juga: 6 Kriteria Bisnis Ramah Lingkungan, Apakah Bisnis Anda Sudah Termasuk?

Namun, ia menginginkan perabot tersebut tidak mahal alias ramah di kantong. Agar impian itu terwujud, Lucy mau tak mau harus bisa membuat furniture idamannya sendiri karena dapat memangkas biaya produksi. Impiannya itu seperti langsung mendapatkan jawaban ketika melihat banyaknya limbah tong bekas di lingkungan sekitar. Baik itu di tempat tinggal maupun di kedai kopi nya. Lucy juga beruntung karena memiliki orang-orang terdekat yang mampu memodifikasi limbah kaleng, kayu dan drum bekas menjadi furniture idaman.

Ya, Lucy saat itu merekrut beberapa pekerja untuk dijadikan mitra, karyawan, sampai menyewa perajin untuk mewujudkan impiannya. Namun yang paling penting menurutnya, upaya ini diawali dari kepedulian Lucy terhadap penampakan limbah yang cukup meresahkan.


Memanfaatkan Limbah Sebagai Bahan Baku Produksi

Untuk proses pembuatannya dikatakan Lucy juga tidak asal-asalan. Meskipun produknya terbuat dari limbah, dia tetap melakukan seleksi material sebelum perabotnya diletakkan di kedai kopi. Seperti misalnya hanya menggunakan tong bekas yang kondisinya baik, dan tidak penyok di sana-sini. Atau tidak menggunakan limbah tong atau drum bekas yang tidak layak pakai dan tidak dipergunakan sebagai penampung limbah beracun dan berbahaya. Artinya, tidak semua tong atau drum bekas dapat dijadikan sebagai eco-friendly home decor.

Salah satu alasan dia melakukan upaya ini karena perabot tersebut bakal ditempatkan di dalam ruangan kedai miliknya. Produk seperti itu dikatakannya tidak boleh menimbulkan efek samping bagi karyawan dan konsumennya. Kedua, karena ingin memberikan yang terbaik untuk pengunjung kedai kopi.

Setelah melakukan penyortiran, produk masuk dalam tahapan pembersihan sampai pembentukan yang juga dikatakannya memakan banyak waktu. Terakhir, produk kemudian diwarnai dengan baik dan sempurna. Begitu kebutuhan untuk kedai kopi miliknya terpenuhi, ide untuk memperkenalkan dekorasi rumah ramah lingkungan tersebut ke publik lahir. Awalnya, Lucy memperkenalkan model pertama melalui marketplace. Tak membutuhkan waktu lama, produk yang ditawarkan melalui marketplace tersebut mendapatkan respons positif.

"Ternyata ada yang beli dan terus semakin banyak, bahkan mendapat projek-projek dari corporate," sebut Lucy.

Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah Lingkungan

Untuk urusan kapasitas produksi, Kami Creative saat ini sudah memiliki bengkel sendiri dan mampu menghasilkan 300 pcs produk seperti kursi dan meja cafe tong, menja vintage, lemari custom yang terbuat dari drum, dan lainnya. Harga jual nya juga terbilang bervariasi. Mulai dari 150 ribu - 1,3 juta rupiah Bicara soal omzet, Lucy saat ini dapat meraup hingga 20 juta rupiah per bulan. Pendapatan lebih besar pernah dia rasakan sebelum memasuki pandemi COVID-19 dengan nominal menembus 300 juta rupiah per tahun.


Mendulang Cuan dari Produk yang Unik

Gambar: ukmjagowan.id

Lucy menyebutkan keunggulan dari semua produknya terletak dari upayanya mengubah limbah menjadi furniture. Upaya upcycled ini memang hanya mengisi tingkatan paling bawah dalam piramida 6R Zero Waste. Meski begitu, setidaknya, mendaur ulang tong besi dan drum bekas serta sisa kayu produksi bisa jadi solusi untuk mengurangi pencemaran lingkungan di kalangan industri kecil dan menengah.

Keunggulan kedua adalah bentuk, corak hingga model yang dapat disesuaikan dengan permintaan customer. Artinya, Kami Creative berusaha sekuat tenaga menjadi solusi untuk semua pelanggan-pelanggannya. "Customer kami butuhnya seperti apa, kita berusaha mewujudkan keinginan customer kami itu," jelas Lucy. Proses untuk mewujudkannya juga terbilang singkat. Kami Creative terlebih dahulu bertanya kepada si pemesan mulai dari kebutuhan sampai budget yang dimiliki. Dari tahapan itu, tinggal disesuaikan jenis produk beserta ukuran yang ingin dibuat.

Baca Juga: Cara Membuat Produk yang Unik, Lakukan 4 Hal Berikut!

Keunggulan ketiga yakni kegigihan Lucy dalam memperkenalkan semua produk dan budaya Indonesia hingga ke mancanegara. Salah satu upaya mereka adalah mengikuti pameran internasional sampai membuat desain dengan nuansa khas Indonesia seperti wayang, batik, dan gambar-gambar dengan nuansa khas nusantara. Sayang, impian Kami Creative untuk go ekspor masih belum terwujud karena terkendala beberapa hal.


Pesanan Dibuat, Tapi Konsumennya Kabur Tanpa Jejak

Gambar: Instagram.com

Menurut Lucy, kesuksesan yang diraih saat ini bukan datang secara instan. Seperti misalnya pernah merasakan pesanan produk yang jumlahnya mencapai jutaan rupiah namun tidak mendapatkan respons begitu selesai diproduksi. Menurutnya, pelanggan yang tak mau disebutkan namanya itu tak memberikan kabar bak hilang ditelan bumi. Dari sini, dia menceritakan langkah apa yang ia lakukan agar kedepan hal serupa tidak lagi terulang.

"Pesanan sudah kami kerjakan. Tapi tidak diambil-ambil. Jadi untuk selanjutnya sekaligus untuk mencegah hal serupa, saat ini kami mensyaratkan DP untuk semua produk," sebutnya. Terbukti, semua produknya yang dia tawarkan di marketplace atau pun offline dipasangi tulisan pre order atau setiap pelanggan melakukan pemesanan sekaligus melakukan pembayaran di muka. setelah itu Kami Creative tinggal memberikan jaminan estimasi waktu penyelesaian.

Tak sampai disitu, pandemi Covid-19 membuat usaha Kami Creative juga sempat beberapa waktu seperti terkatung-katung dibawa arus ombak. Hal ini karena bahan baku merupakan hasil dari limbah industri. Belum lagi minimnya permintaan produk yang kebanyakan datang dari cafe dan restoran.

Baca Juga: Konsumen Ingin Dimengerti, Ini 5 Cara Memahami Perilaku Konsumen Dalam Pemasaran Agar Profit Bertambah

Lucy juga mengaku punya solusinya. Untuk keterbatasan bahan baku solusinya adalah memperluas cakupan limbah produksi. Mereka mencari bahan baku hingga ke luar daerah. Hal ini tentu saja memiliki resiko yakni biaya operasional yang meningkat. Demi asap dapur biar tetap ngebul, hal itu tetap dia lakukan. Sedangkan solusi minimnya permintaan produk untuk cafe dan restoran akibat pembatasan aktivitas saat pandemi adalah dengan memperluas pasar baru.

Seperti misalnya melebarkan sayap cakupan produk yang tidak lagi fokus ke cafe atau restoran. Namun menyasar hingga ke rumah tangga, kantor dan lainnya. Termasuk dengan senang hati menyiapkan produk yang lagi dibutuhkan oleh banyak orang. Artinya, Kami Creative tidak mau berhenti berproduksi walaupun Indonesia saat itu tengah dilanda pandemi.

Kondisi seperti itu membuat Kami Creative menganggap pandemi bukan ancaman serius untuk bisnis. Alasannya karena sektor usaha baru yang sebelumnya tak terlihat, tiba-tiba muncul. Artinya, kondisi terjepit membuat Lucy dan tim menjadi lebih kreatif lagi. Atas dasar itulah, Lucy meyakini ketika satu pintu usaha tertutup, maka pintu lain akan terbuka.

"Kita jangan pernah menyerah walau dalam kondisi apapun. Kita juga jangan pernah takut untuk mencoba hal baru. Karena pasti tujuan kita baik, maka yang akan kita dapatkan juga baik," tutupnya.

Setelah membaca artikel ini, kami harap Sahabat Wirausaha dapat mengambil pelajaran penting yang disampaikan Lucy Sylvana. Menurutnya, kita tidak boleh berhenti berinovasi, dan terus mencoba hal baru meskipun mendapatkan banyak rintangan. Ayo, Sahabat Wirausaha sama-sama kita jadikan usaha Lucy Sylvana ini menjadi inspirasi bagi UKM biar cepat naik kelas!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini.

Sumber foto:

  1. https://www.ukmjagowan.id/ukm/kami-creative
  2. https://www.instagram.com/p/CqthjISv-KF/?utm_sourc...