Manusia beranak-pinak dan berevolusi serta menurunkan budaya. Budaya turun dari generasi ke generasi lainnya melalui berbagai macam aspek kehidupan. Dari bahasa, cara berbusana, hingga ke pangan yang tiap hari dimakan.
Sambal yang menurut KBBI adalah makanan penyedap yang dibuat dari cabai, garam, dan sebagainya yang ditumbuk, dihaluskan, dan sebagainya, biasanya dimakan bersama nasi. Pelengkap makanan ini juga merupakan bentuk budaya yang diturunkan dari para leluhur. Tanpanya, nasi mungkin terasa hambar.
Baca Juga: Pempek Kamsoli, Kuliner Palembang yang Hidupkan Semarang
Dari budaya turun temurun ini, sambal menyimpan sebuah potensi besar untuk menjadi sebuah komoditas ekspor. Sambal ini dapat memperkenalkan dan melestarikan budaya Indonesia selagi mengais cadangan devisa.
Bahan Sambal
Sambal di Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam bahan. Semua perbedaan ini diakibatkan letak geografis Indonesia yang merupakan sebuah kepulauan sehingga tak heran tiap daerah akan memiliki sambalnya masing-masing. Berikut adalah beberapa bahan sambal yang kerap kali dijumpai dalam pembuatan sambal yang dikutip dari IDN Times sebagai berikut:
1. Cabai
Jelas sekali tanpa adanya cabai, sambal bukanlah menjadi sambal. Sambal sangat identik dengan kata pedas. Di Indonesia, sambal mendapatkan rasa pedas dari cabai-cabai segar dari petani. Jenis cabai yang digunakan juga cukup beragam, mulai dari cabai keriting, cabai rawit, dan cabai hijau.
Baca Juga: Belajar dari Kegagalan Bisnis Kuliner Ayam Bakar KO
Cabai-cabai ini biasanya diulek menggunakan lumpang dan alu yang terbuat dari batu. Proses pengulekan ini akan membutuhkan Teknik khusus sehingga sambal bisa diciptakan dengan bentuk dan rasa yang pas.
2. Bawang Putih
Bawang putih ini merupakan salah satu komponen yang penting dalam pembuatan sambal, banyak jenis sambal menggunakan bawang putih sebagai pelengkap dari cabai. Bawang putih memberikan sensasi rasa yang unik dan khas. Sambal yang menggunakan bawang putih contohnya adalah sambal bawang.
3. Bawang Merah
Bawang lain yang digunakan dalam pembuatan sambal adalah bawang merah. Bawang ini akan menambahkan cita rasa lezat pada sambal. Bawang merah dapat diolah dengan cara diiris secara kasar, diiris dan digoreng, atau cukup diiris saja.
4. Terasi
Salah satu olahan dari bahan bahari yang cukup terkenal adalah terasi. Terasi ini memberikan cita rasa yang unik dalam pembuatan sambal. Selain baunya yang khas, rasanya juga mempertajam rasa gurih pada sambal. Sambal terasi sangat nikmat disantap dengan menggunakan nasi, lauk pauk, dan lalapan.
Baca Juga: Menjaga Standar Mutu Bisnis Kuliner Waralaba
5. Tomat
Para pencinta rasa asam memiliki pilihan untuk menambahkan tomat dalam sambalnya. Tomat yang masih segar akan memberikan air dan rasa segar pada sambal. Rasa yang unik ini akan membuat lidah ketagihan dan tidak ingin berhenti.
6. Bahan pelengkap lainnya
Selain, kelima bahan tersebut, proses pembuatan sambal dapat menggunakan berbagai macam bahan lainnya seperti daun kemangi, serai, jeruk limau, minyak, dan lain-lain.
Pengemasan Sambal
Bentuknya yang cair dan kadang berminyak menyebabkan pengemasan untuk sambal agak unik dibandingkan dengan produk-produk lain. Sehingga sambal sangat memerlukan pengemasan yang ciamik sebelum melakukan ekspor. Pengemasan juga sebagai strategi pemasaran sehingga perlu dipikirkan matang-matang.
Pengemasan dimulai dengan memilih bahan yang dapat menjaga cita rasa dan kualitas dari produk sambal itu sendiri. Kemasan yang paling banyak digunakan umumnya adalah botol kaca atau botol plastik yang memiliki daya bocor sedikit.
Sehingga, dalam perjalanannya menuju negara tujuan sambal tidak tumpah tercecer di berbagai tempat. Selain itu, penambahan kemasan plastik dan vakum dapat memperkuat daya tahan dari produk sambal tersebut. Kemasan juga harus bisa tahan panas dan tekanan selama proses pengiriman dari negara asal ke negara tujuan.
Baca Juga: Mempersiapkan Kemasan (Packaging) untuk Memenuhi Standar Ekspor
Selain fungsi utamanya kemasan sebagai pelindung produk, nilai estetika dan informatif dari kemasan harus dioptimalkan. Penggunaan logo yang menarik hati harus dipikirkan masak-masak. Selain itu, informasi produk dalam bahasa negara tujuan juga sangat penting agar calon pembeli dapat mudah memahami apa penjelasan produk tersebut.
Selain itu, informasi mengenai komposisi bahan yang digunakan juga penting karena calon pembeli dapat mengenali apakah mereka memiliki alergi atau tidak terhadap bahan tersebut.
Terakhir, informasi mengenai produsen dari produk tersebut juga perlu dicantumkan. Hal ini dilakukan sehingga ketika nanti para importir ingin melakukan impor kembali akan lebih mudah mencari kontak dari pemilik produk tersebut.
Baca Juga: Tips Desain Kemasan untuk Menonjolkan Keunggulan Produk dan Citra Brand
Negara Tujuan Ekspor
Mungkin banyak yang masih belum tahu harus ke mana melakukan ekspor. Negara tujuan dapat dilakukan dengan melihat negara-negara yang banyak mengonsumsi makanan pedas. Pada dasarnya sambal memberikan rasa pedas yang nikmat. Sehingga, negara tujuan ekspor sambal pertama dapat dilihat dari negara yang masyarakatnya suka dengan makanan pedas.
Negara-negara di Asia umumnya memiliki kegemaran untuk mengonsumsi makanan yang bercita rasa pedas.
Baca Juga: Kesuksesan Ekspor Hitara Black Garlic Menciptakan Nilai Keunggulan Produk Bawang
- Thailand memiliki makanan yang cukup pedas dengan menggunakan berbagai macam bumbu dan herbal yang dapat menciptakan makanan yang unik. Salah satunya adalah sup Tom Yum yang memberikan rasa pedas dan asam dalam sebuah mangkuk.
- Korea, tak diragukan lagi memiliki makanan yang pedas yang cukup beragam. Bahkan beberapa makanan Korea tersebut terkenal di Indonesia dan memiliki cita rasa pedas. Korea memiliki sebuah pasta Gochujang yang biasa dipakai untuk menciptakan rasa pedas. Korea bisa jadi alternatif untuk melakukan ekspor sambal.
- India terkenal dengan makanan karinya yang pedas. Selain itu, bumbu dapur juga banyak ditemui di India. Tak heran jika orang India juga menyukai makanan-makanan pedas.
- China memiliki makan yang terkenal pedas dan enak. Makanan China juga disukai di berbagai negara sehingga memiliki potensi untuk mengekspor yang cukup baik untuk ke China.
Selain negara-negara pecinta atau memiliki kultur memakan makanan pedas. Negara tujuan ekspor juga dapat ditujukan dengan negara dengan orang Indonesia yang besar di sana. Data UN DESA 2019 menyebutkan beberapa negara di antaranya:
1. Timur Tengah dan Asia Selatan: Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Bangladesh
Data mencatatkan lebih dari 500 ribu pekerja Indonesia berada di Saudi Arabia. Di Uni Emirat Arab Sendiri terdapat lebih dari 200 ribu pekerja migran serta 100 ribu pekerja migran di Bangladesh. Pasar yang cukup besar untuk memasarkan produk sambal.
Baca Juga: Cara Mendorong Kreativitas Dalam Berbisnis
2. Asia Tenggara dan Timur: Malaysia, China, dan Singapura
Malaysia memiliki lebih dari 450 ribu pekerja migran Indonesia, di China sendiri terdapat 150 ribu pekerja migran Indonesia, dan Singapura 90 ribu pekerja.
3. Eropa: Belanda
Belanda merupakan salah satu negara dengan jumlah pekerja yang besar sebanyak 70 ribu pekerja. Tak heran dikarenakan besarnya keterikatan Indonesia dan Belanda di masa lalu.
4. Amerika: Amerika Serikat
Negara bebas dan liberal ini juga menjadikan salah satu negara yang banyak orang Indonesia di mana tercatat lebih dari 50 ribu orang Indonesia menjadi pekerja migran di AS.
5. Australia
Negara yang berada di selatan Indonesia ini memiliki jumlah pekerja migran Indonesia yang cukup besar. Hampir dari 50 ribu orang Indonesia tinggal dan bekerja di Australia.
Dengan menyasar negara-negara penikmat makanan pedas maupun negara dengan orang Indonesia yang besar akan memudahkan untuk calon eksportir dalam membidik negara tujuannya.
Cerita Sukses Eksportir Sambal
Segelintir pengusaha telah merasakan manisnya mengekspor sambal dari berbagai belahan di Indonesia. Berikut beberapa cerita yang dapat menginspirasi.
Baca Juga: Rahida Cookies, Menjadi Binaan Bank Indonesia Hingga Ikut Trade Expo Internasional
1. Bu Susilaningsih
Beberapa tahun silam, Bu Susi yang merupakan seorang pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) melakukan sebuah pameran di daerah Surabaya, tepatnya di Grand City dalam Jatim Fair. Bu Susi yang saat itu memiliki usaha sambal Surabaya diminta untuk mengisi pameran untuk produk-produk industri kecil.
Memang dewi fortuna hari itu menyambanginya, produknya didatangi oleh salah satu agen pembeli dari Amerika. Agen tersebut tertarik pada produknya Bu Susi dan mencoba mencicipinya. Agen tersebut pun berbincang dengan Bu Susi dan mulai membuka pembicaraan bahwa agen tersebut bersedia untuk melakukan ekspor sambal Surabaya tersebut. Namun, sang agen meminta untuk produk sambal tersebut tidak menggunakan monosodium glutamate (MSG) atau zat penyedap rasa.
Akhirnya, Bu Susi mulai melakukan ekspor perdananya pada November 2016 dan sebulan berselang ia melakukan lagi pengiriman barang tersebut. Tak disangka, produk sambal olahan milik Bu Susi itu dapat dinikmati oleh para orang Amerika terlihat dari peningkatan penjualannya. Tak terhenti di sana, tahun 2017, 2018, dan 2019 juga terus melaju.
Bahkan pada kondisi pandemi 2020, Bu Susi masih dapat melakukan ekspor sebanyak 12 kali pengiriman ke Amerika dan Kanada. Pada paruh pertama 2021, sambal tersebut mencatatkan telah mengirimkan 2.160 botol sambal ke Amerika dan Kanada. Sebagai produsen yang baik, Bu Susi dengan tegas melakukan berbagai macam perizinan dan sertifikasi untuk produknya tersebut.
Baca Juga: Mamaibu Chicken Wings and Sauce, Bersiap Terbang Menyapa Dunia
Saat ini produk Bu Susi yaitu Dede Satoe telah memiliki 18 varian sambal yang diproduksi mulai dari sambal Surabaya, sambal ikan roa, sambal ikan teri, sambal ikan peda, sambal ikan jambal roti, sambal rujak manis, hingga sambal korek. Usaha tersebut juga sekarang telah memiliki 8 orang pekerja tetap dan 20 orang pekerja tidak tetap yang diberdayakan dari masyarakat sekitar.
Produksi sambal tersebut untuk sekali produksi membutuhkan 150 kilogram cabai untuk dapat membuat 700 botol sambal. Dede Satoe membekali dengan izin dan sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) yang merupakan bukti jaminan kualitas yang diterbitkan lembaga sertifikasi independen dan merupakan jaminan keamanan pangan, sehingga produknya berhasil untuk ekspor ke beberapa negara.
2. Bu Mujiati
Seorang karyawan yang bosan dengan pekerjaannya yang Bernama Bu Mujiati yang mencoba merintis sebuah usaha sambal, usaha tersebut disebut Sambal Cuk! Ia merintis usahanya di tahun 2009. Ia mengaku bahwa seorang yang sangat suka sambal sehingga mencoba untuk membuat sambal olahannya sendiri yang menggunakan ikan asin klotok ke acara kantor.
Dan sambalnya tersebut sukses besar dalam memberikan rasa nikmat acara kantor. Mulai dari kantor Surabaya hingga kantor Jakarta dan Medan mulai memesan sambal pada Bu Mujiati. Pada 2013, Sambal Cuk! sudah memiliki lima macam varian, yaitu sambal ikan asin, sambal bawang, sambal ijo teri medan, sambal bajak, dan sambal korek bebek Madura.
Dari usaha sambal inilah Bu Mujiati dapat banyak pengalaman dan juara serta kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya untuk lebih besar. Ia juga mendapatkan pelatihan bisnis dan modal untuk mengepakkan sayapnya. Karena usahanya makin besar, tahun 2016 ia mulai mengekspor ke Amerika Seikat, China, Taiwan, dan Singapura.
Baca Juga: Hj Nonoh Snack: Melinjo, Si Cemilan Lokal yang Go International
Ia pun pernah merasakan bagaimana sulitnya dalam mengelola produksi sambal tersebut terlebih saat harga cabai melonjak tinggi dan ia harus pintar dalam menghitung biaya pokok penjualan. Ia mengaku melakukan pembekuan pada cabai kering saat harga masih murah dan berjaga-jaga saat harga cabai melonjak tinggi. Ketika akan diproses cabai kering tersebut disiram air panas dan akan menjadi segar kembali.
Potensi Besar Sambal
Besarnya variasi sambal di Indonesia dan banyak negara yang menyukai makanan pedas. Membuat sambal menjadi komoditas menarik untuk bisa dilakukan ekspor. Terlebih sambal merupakan budaya bangsa. Berbagai cerita sukses segelintir orang yang melakukan ekspor sambal sungguh menggiurkan.
Walaupun sambal memiliki bahan dasar cabai yang cukup berfluktuasi harganya. Hal ini dapat disiasati dengan gigih. Namun, potensi ini harus diikuti dengan menyesuaikan permintaan pasar seperti kemasan yang menarik dan juga menggunakan penyedap makanan yang terbatas. Kepemilikan sertifikasi serta izin juga penting bagi usaha yang ingin melakukan ekspor ke luar negeri. Sudah saatnya dunia dapat menikmati kepedasan asli Indonesia.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Referensi:
- https://kbbi.web.id/sambal
- https://www.idntimes.com/food/dining-guide/prila-a...
- https://pergikuliner.com/blog/5-bahan-utama-pembua...
- https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/406
- https://www.daytranslations.com/blog/top-11-countr...
- https://www.un.org/en/development/desa/population/...
- https://www.jawapos.com/features/06/01/2021/susila...
- https://www.beritasatu.com/ekonomi/793167/umkm-bin...
- https://surabaya.tribunnews.com/2017/01/15/kisah-b...