Apakah kemasan penting dalam menembus pasar ekspor?
Meskipun standar kualitas produk adalah hal utama yang dilihat oleh pembeli/importir, terdapat standar wajib dari regulasi masing-masing negara tujuan ekspor untuk dipenuhi pada kemasan. Alasannya, kemasan berperan dalam masalah keamanan dan kesehatan produk.
Tidak hanya itu, banyak eksportir pemula yang mengalami kerugian karena barang ekspornya rusak ketika pengiriman. Bahkan, kemasan pun sebetulnya merupakan alat marketing yang cukup kuat untuk menarik pembeli/importir. Oleh karena itu, sahabat UKM harus memprioritaskan persiapan kemasan pada produk ekspornya.
Baca Juga: Siapa Bilang Ekspor itu Sulit? Manfaatkan Ekosistem Pendukung Ini
Standar kemasan ekspor sebetulnya sangat spesifik pada jenis produknya. Karenanya, disini kita akan membahas persiapan kemasan ekspor yang berlaku secara umum, khususnya mengenai berbagai aspek yang penting dipahami dalam mempersiapkannya.
Kemasan yang baik dalam ekspor harus memiliki tiga fungsi utama:
Itulah tiga fungsi kemasan yang harus dipenuhi untuk melakukan ekspor. Diperlukan riset informasi terhadap suatu produk ekspor kita serta kebutuhan negara tujuan ekspor. Sehingga, riset merupakan hal fundamental ketika kita merencanakan desain kemasan.
Dalam mengembangkan suatu kemasan ekspor untuk dapat memenuhi standar ekspor, kemasan dapat dibagi menjadi tiga aspek:
1. Kemasan Primer
Kemasan ini yang bersentuhan langsung dengan barang. Ini paling penting untuk diperhatikan karena yang paling terkait dengan standar regulasi negara tujuan ekspor. Pembeli/importir juga banyak yang memiliki permintaan spesifik di kemasan primer ini. Contoh kemasan primer adalah kaleng, botol gelas, toples, toples, karton, plastik, dan sachet.
Baca Juga: Tata Cara Pencantuman Label Nutrition Facts Pada Kemasan Produk
2. Kemasan Sekunder
Kemasan ini yang berkaitan dalam distribusi. Kemasan sekunder menyatukan banyak satuan kemasan primer. Ini berfungsi untuk meminimalisir risiko kerusakan produk pada kemasan primer pada saat penyimpanan, transportasi, dan distribusi. Biasanya, ada permintaan khusus dari pembeli/importir pada aspek ini. Contoh kemasan sekunder adalah kayu, peti, dan karung.
3. Kemasan Tersier
Kemasan ini yang berkaitan dalam pengiriman ekspor di kontainer. Kemasan tersier menyatukan banyak satuan kemasan sekunder dalam satu kesatuan palet dalam kontainer. Tujuan kemasan ini adalah untuk memudahkan pemindahan banyaknya barang dalam pengiriman ekspor. Biasanya, digunakan forklift truck untuk memindahkan kemasan tersier ini.
Lihat gambar di bawah ini untuk memahami perbedaan pengembangan dari kemasan primer, kemasan sekunder, sampai kemasan tersier.
Gambar 1. Ilustrasi Pengembangan Kemasan Primer, Sekunder, dan Tersier
Sumber: emballagecartier.com
Desain kemasan terdiri dari struktur desain, konstruksi teknikal, desain grafis (visual), penampilan, dan nilai promosi. Prioritaskan untuk membuat desain kemasan yang menjamin kualitas dan keamanan, memiliki informasi produk, memudahkan operasional pengemasan, dan memudahkan pemindahan barang dalam transportasi.
Baca Juga: Surat Keterangan Ekspor Kemasan Pangan
Khusus untuk produk yang mengedepankan prinsip sustainability (berkelanjutan), perlu juga untuk mempertimbangkan bahan kemasan yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang (recyclability).
Untuk dapat menembus negara tujuan ekspor, terdapat 7 langkah untuk mempersiapkan standar kemasan ekspor.
1. Memahami Produk Ekspor
Cari tahu bagaimana karakteristik produk (dari fisik, kimia, maupun mekanik) untuk dapat mengemasnya dengan tepat. Contohnya, jika produknya bersifat reaktif secara kimiawi, maka tingkat reaktifnya harus dipahami. Lalu, lama ketahanan produk juga harus dimengerti. Apakah produknya basah ataukering? Apakah produknya tahan terhadap kontaminasi?
2. Evaluasi Fasilitas Pengemasan
Banyak pelaku UKM yang masih melakukan pengemasannya dengan manual sehingga perlu dipertimbangkan jenis dan bahan kemasan yang memudahkan dan mempercepat pengemasan.
Sedangkan untuk pelaku usaha yang sudah melakukan pengemasan dengan mesin, maka dibutuhkan konsistensi dan akurasi yang lebih ketat pada ukuran kemasan, dibandingkan pengemasan manual. Perlu dicek juga apakah fasilitas pengemasan kita sudah memenuhi persyaratan pada GMP (Good Manufacturing Practices) dan GHP (Good Handling Practices).
3. Mengenali Kebutuhan Negara Tujuan Ekspor
Kemasan berperan penting untuk menembus target pasar ekspor. Berikut adalah beberapa contoh ceklist untuk mengenali kebutuhannya:
4. Memilih Bahan Kemasan yang Tepat
Pemilihan bahan pada masing-masing kategori kemasan (primer, sekunder, dan tersier) sangatlah penting bagi pembeli/importir dan konsumen akhir. Bahan kemasan haruslah yang sesuai permintaan negara tujuan ekspor, misalnya yang mudah dibuang atau didaur-ulang.
Baca Juga: Kementerian Perindustrian Trend Kemasan Pangan Low Risk
Efisiensi biaya bahan kemasan juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan. Namun, jangan lupa untuk memprioritaskan kualitas daripada harga kemasan. Bahan kemasan yang murah belum tentu membuat produksi dan distribusi efisien.
Lalu, perlu juga dipertimbangkan ketersediaan bahan kemasan di wilayah domestik karena terdapat biaya pajak impor cukup mahal ketika impor. Selain itu, pertimbangkanlah aspek keamanan produk pada bahan kemasan.
5. Evaluasi Proses Pengiriman Ekspor (Logistik)
Jika terdapat berbagai mode transportasi berbeda-beda yang digunakan dalam operasional ekspor, maka kemasan perlu didesain untuk tahan dalam setiap tahapan pengiriman ekspor. Maka dari itu, desain kemasan tersier yang menyatukan produk ekspor pada pengiriman sangat penting untuk dievaluasi disini, begitu juga desain kemasan primer dan sekunder di dalamnya.
Dimensi kemasan tersier perlu dipilih yang sesuai dengan mode dan fasilitas pemindahan barang sampai ke negara tujuan. Banyak yang memakai persyaratan marking untuk memastikan kemasan produk dipindahkan secara tepat dan aman.
Tantangan disini adalah terdapat perbedaan kebutuhan desain kemasan dari sisi logistik dan sisi konsumen. Sisi logistik mementingkan perlindungan dan kapabilitas transportasi, sedangkan sisi konsumen mementingkan presentasi menarik dari kemasan.
6. Memenuhi Regulasi Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan
Negara-negara tujuan ekspor memiliki berbagai regulasi terkait keamanan dan kesehatan konsumen serta pelestarian lingkungan. Regulasi inilah yang memiliki berbagai persyaratan pada kemasan produk ekspor, yang harus direncanakan pada desain kemasan, khususnya menentukan pada bahan dan jenis kemasan.
7. Menguji Kemasan Ekspor
Langkah terakhir yang sebaiknya dilakukan adalah melakukan uji kemasan ekspor secara berkala, terutama untuk menguji ketahanan produk dalam berbagai kondisi logistik.
Idealnya, pengujian ini harus dilakukan sampai dua tahun untuk dapat mengetahui secara akurat. Namun, saat ini sudah terdapat teknologi yang mampu mempercepat pengujian ini yang memprediksi kinerja kemasan pada berbagai kondisi suhu dan kelembaban.
Baca Juga: Printerous Pentingnya Branding dan Desain Kemasan untuk Bisnis F&B
Bahan kemasan memiliki tiga komponen utama (selengkapnya di tabel bawah):
Bahan Dasar Kemasan | Bahan Dekorasi Kemasan | Bahan Kemasan Lainnya |
|
|
|
Dikarenakan banyak sekali komponen dalam kemasan ekspor, maka disini kita akan fokus membahas beberapa bahan dasar kemasan.
1. Kemasan dengan Bahan Kertas (Paperboard)
Kemasan kertas (paperboard) cenderung tidak mahal dan memiliki permukaan yang bagus untuk dicetak grafis (visual). Kertas juga bisa dipakai di semua kategori kemasan primer, sekunder, maupun tersier. Bahkan, kemasan kertas termasuk ramah lingkungan karena mampu terdegradasi di alam dan dapat didaur ulang dengan mudah.
Berikut adalah jenis-jenis aplikasi kemasan kertas:
Standar penting yang umumnya dibutuhkan kemasan kertas dalam ekspor:
Gambar 2. Contoh Kemasan Kertas (Paperboard)
Sumber: packagingstrategies.com
2. Kemasan dengan Bahan Plastik
Kemasan plastik bisa tahan kimia (chemical resistant), cenderung murah, dan ringan untuk berbagai macam produk ekspor. Kerugian memakai kemasan plastik adalah sifatnya yang mudah ditembus atau diserap oleh cahaya, gas, uap air, dan molekul kecil lainnya. Bahkan ini memiliki risiko tinggi untuk bercampur dengan produk makanan.
Baca Juga: Karakteristik Kemasan Produk
Namun karakteristik ini tergantung dari jenis bahan plastik yang digunakan. Sehingga penting untuk mengetahui beberapa jenis bahan plastik berikut ini untuk memenuhi standar ekspor.
Gambar 3. Contoh Kemasan Plastik
Sumber: International Trade Center
3. Kemasan dengan Bahan Gelas
Kelebihan kemasan gelas adalah kuat, tidak berbau dan tahan kimia, sehingga cocok untuk produk makanan. Bahan gelas juga tidak tembus oleh gas dan uap air, sehingga mampu menjaga kesegaran produk dalam waktu yang lama tanpa mempengaruhi rasa dan baunya. Selain itu, bahan gelas juga mampu tahan pada suhu tinggi. Bahan gelas pun bisa didaur ulang berulang-ulang kali.
Namun, gelas memiliki berat tinggi sehingga meningkatkan biaya transportasi dan memiliki risiko tinggi akan kerusakan dalam perjalanan. Bahan gelas wajib dikuatkan melalui pemanasan dan pendinginan lambat sebelum dapat digunakan sebagai kemasan ekspor.
Baca Juga: Kementerian Perindustrian Webinar Trend Kemasan Komoditi Pangan (Minuman)
Gambar 4. Contoh Kemasan Gelas