Sahabat Wirausaha, perlu kita ketahui bahwa Gen Z memainkan peran penting dalam keberlanjutan bisnis UMKM. Menurut penelitian dari Populix, populasi Generasi Z di Indonesia mencapai lebih dari 75 juta orang. Pada tahun 2030, diperkirakan hampir setengah dari tenaga kerja Indonesia akan didominasi oleh Generasi Z, mencapai sekitar 30%. 

Dari datanya, pelaku UMKM dapat meraih keuntungan. Namun, sebelum memulai strategi pemasaran, kita perlu memahami karakteristik mereka terlebih dahulu agar strategi pemasaran dapat berjalan dengan efektif. Penasaran? Yuk, simak artikel berikut.


Siapa itu Gen Z?

Gen Z adalah orang – orang yang lahir antara tahun 1997 – 2012, mereka seringkali terbiasa dengan berbagi informasi secara online, dan memiliki kecenderungan untuk mengejar inovasi dan pengalaman baru.

Berdasarkan tim analisis Mintel, mereka mengidentifikasi gen Z sebagai AVID yang merupakan akronim dari ‘A’pproaching adulthood (Mendekati dewasa), ‘V’ideo driven (dipengaruhi konten video), ‘Influencer aware (peka terhadap pengaruh influencer), dan ‘D’igitally native consumers (terbiasa menggunakan teknologi digital).

Baca Juga: Hal-Hal Apa Saja yang Dibeli Gen Z? Kenali Alasan dan Produk Apa yang Paling Banyak Dikonsumsi


Seperti Apa Karakteristik Gen Z?

Sesudah mengetahui siapa itu Gen Z, mari kita bahas beberapa informasi dasar karakteristik Generasi Z.

1. Perilaku Membeli Makanan

Dalam tren berikut ini, pelaku usaha kuliner perlu memperhatikan perilaku Gen Z dalam memasarkan produk. Berdasarkan riset Populix, dalam laporan ‘Trend Makanan Dan Minuman Pada Gen Z & Millennial 2022-2023’ mayoritas sebanyak 61% lebih menyukai membeli makanan di luar.

Dilakukan baik secara online, takeaway, ataupun dine-in dibandingkan memasak makanan sendiri atau memakan masakan yang sudah tersedia di rumah.

Sumber: marketing

Sumber: mix

Berdasarkan jenisnya, kuliner minuman yang sering dibeli adalah kopi 46%, Teh 20%, dan Minuman Boba/Minuman Kekinian. Menurut Deka Insight dalam laporan riset Indonesia F&B Market Research 2021 ‘Indonesian Eating Out Behavior in New Normal’. 

Sahabat Wirausaha yang model bisnisnya di kuliner lebih efektif melakukan promo khusus target market gen Z paling tinggi mengakses social media Facebook (89%), diikuti YouTube (86%), Instagram (82%), Tiktok (31%), dan Twitter (17%).

Baca Juga: Apakah Generasi Pertama Usaha Keluarga di Indonesia Lebih Berhasil?

2. Platform yang Tepat 

Sumber: marketingcharts

Pastikan pelaku UMKM menggunakan platform yang sama dengan yang mereka gunakan. Menurut studi Statista 2021, satu-satunya ‘saluran’ yang berada di atas TikTok menjadi dukungan kehidupan nyata.

Seperti rekomendasi dari teman/keluarga dan melihat teman/keluarga menggunakan produk. Iklan Instagram dan posting influencer IG juga menduduki peringkat tinggi, sementara iklan Facebook dan Twitter kurang mungkin meyakinkan Gen Z.

3. Motivasi Gen Z

Sumber: Statista

Pelaku bisnis dalam menjalankan penjualan perlu adanya strategi yang sesuai dengan target market, khusus Gen Z hanya tertarik pada diskon (50%) dibandingkan yang lain. 

Diskon menjadi alasan utama yang mendorong konsumen Gen Z untuk terlibat dengan merek baru di media sosial. Jadi jika semua hal lain gagal, adakan penjualan berbasis diskon.

Baca Juga: Memahami Selera Belanja Generasi Milenial, Cara Jitu Raih Lebih Banyak Pelanggan!

4. Konsep Iklan

Sumber: UMN Consulting

Berdasarkan riset UMN Consulting dalam topik ‘Gen Z’s Digital Media Consumption and Activities 2021’, Gen Z lebih menyukai iklan yang memuat konten komedi (59.4%) dibandingkan iklan yang langsung mempromosikan produk (34.5%), dan iklan yang memuat konten yang menyentuh hati (30.1%). 

Sahabat Wirausaha dapat menggunakan meme dengan efektif mencapai audiens Gen Z dengan cara baru, jika digunakan dengan benar, meme memiliki kekuatan untuk menjadi viral dan meningkatkan profil suatu merek UMKM.

Meme dapat berupa gambar, video, teks, atau kombinasi yang mengandung pesan humor atau sindiran yang dapat dengan cepat dikenali oleh sebagian besar orang.

5. Aktivitas Online

Sumber: idn times

Berbicara dan beraktivitas di media sosial merupakan dua kegiatan online yang paling populer di kalangan Generasi Z di Indonesia. 

Dalam Indonesia Gen Z Report 2022: Aplikasi pesan instan telah menggantikan penggunaan pesan singkat (SMS) sebagai alat komunikasi utama di antara Generasi Z, di mana 99% dari mereka menggunakan Whatsapp, diikuti oleh Facebook Messenger (44%) dan Telegram (44 %). 

Hasil survei juga menunjukkan bahwa LINE dan WeChat hanya digunakan oleh 10% Generasi Z, terutama oleh mereka yang lebih tua di dalam kelompok tersebut, meskipun keduanya memiliki dominasi yang kuat di negara asal mereka.

Baca Juga: Generational Marketing, Memahami Karakter Konsumen Menurut Latar Generasi untuk Optimalkan Pemasaran


Bagaimana Cara Pemasaran yang Tepat untuk Generasi Z?

Setelah memahami pengertian dan karakteristik Generasi Z, mari kita bahas strategi pemasaran yang sesuai:

1. Kids Getting Older Younger (KGYOY)

Dalam kehidupan, manusia umumnya melewati empat fase, yakni belajar, bekerja, membangun keluarga, dan menikmati hidup masing-masing selama 20 tahun. Namun, Generasi Z cenderung memiliki fase hidup yang lebih singkat, lebih cepat, dan lebih berorientasi pada prestasi. 

Gen Z lebih selektif dalam menghabiskan waktu mereka karena ingin belajar dengan cepat, mencapai kesuksesan karier, bahkan melakukan pensiun dini. Meskipun berat, pelaku UMKM tidak perlu ragu untuk mengangkat tema-tema seperti keberlanjutan dan dampak sosial.

Gen Z justru tertarik pada topik-topik yang sebelumnya dianggap sulit. Menurut Revie Sylviana, Director Creator Partnership Southeast Asia Meta mengatakan terdapat lima topik paling banyak diikuti Gen Z seperti:

  • Lingkungan & Keberlanjutan;
  • Otentik & Menjadi Diri Sendiri; 
  • Pemberdayaan Perempuan;
  • Komunitas, dan Kesehatan Mental.

Gunakan area tersebut sebagai bahan konten pemasaran pelaku usaha ya!

2. Fokuslah pada Customer Experience

Sebagian besar inovasi biasanya berfokus pada pengembangan produk, tetapi data menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan dari inovasi pada customer experience jauh lebih besar daripada inovasi pada produk.

Menurut Iwan Setiawan CEO Marketeers, mengatakan jangan hanya melakukan inovasi pada produk, tetapi juga pada customer experience. Terkadang produknya sama, namun nilai yang dihasilkan dapat lebih tinggi melalui layanan yang diberikan dan cara produk disampaikan. 

Customer experience melibatkan penciptaan pengalaman untuk menikmati produk yang sama, tetapi dikemas dengan cara yang lebih menarik, sehingga orang dapat merasakan pengalaman yang berbeda. Customer experience tidak hanya memuaskan Gen Z, melainkan juga dapat menargetkan generasi yang lebih senior.

Baca Juga: Cocok Buat Milenial! Ini 5 Ide Bisnis Kekinian Sambut 2024

3. Ask and Advocate

Dalam konsep perjalanan pelanggan 5A yang terdiri dari orang yang mengenal (Aware), tertarik (Appeal), bertanya (Ask), membeli (Act), dan merekomendasikan sebuah merek UMKM tertentu (Advocate), Gen Z lebih fokus pada ‘Ask dan Advocate’ yang sangat bersifat sosial.

Mereka saling bertanya, merekomendasikan merek UMKM yang dianggap terbaik dalam kategori tertentu. Mereka memberikan rekomendasi atas pengalaman penggunaan merek yang memuaskan, tidak hanya kepada teman dan keluarga, tapi juga kepada semua orang di media sosial. 

Dua konsep yang paling dekat dengan Gen Z ini perlu diakui oleh pemasar. Pemasar perlu memahami bahwa setiap pembelian yang dilakukan oleh Gen Z sangat dipengaruhi oleh ‘pembelian sosial dan pendapat orang lain’. 

Menurut riset UMN Consulting, pembelian Gen Z dalam 1 bulan mencakup:

  • Makanan ringan dan Minuman (71,76%);
  • Makanan Cepat Saji (70,55%);
  • Paket Data Internet (62,07%);
  • Perawatan Tubuh Pribadi (53,07%);
  • Produk Kecantikan (45,57%);
  • Biaya Hangout (43,45%);
  • Biaya Langganan Aplikasi (40,8%);

Pelaku UMKM dapat menempatkan strategi pemasaran dengan terarah dengan informasi diatas.  Dengan demikian, strategi pemasaran saat ini dapat dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersifat sosial, memanfaatkan media sosial, dan mulut ke mulut (word-of-mouth).

4. Physical + Digital (Phygital)

Perilaku pembelian Gen Z didominasi oleh aktivitas hybrid, mencakup webrooming dan showrooming. Webrooming dilakukan dengan mencari produk secara online melalui situs pencarian, lalu membelinya langsung di toko. 

Sebaliknya, showrooming terjadi saat Gen Z pertama kali mengalami dan mencari produk secara offline di toko, namun kemudian membelinya melalui platform e-commerce setelah menemukan produk yang cocok. 

Berdasarkan Laporan Gen Z Indonesia 2022, sebanyak 79% dari Generasi Z menggunakan platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak untuk berbelanja, dibandingkan dengan platform lainnya.

Sekitar ⅔ dari perilaku ini, atau bahkan mencapai 85% dalam beberapa kategori, telah menjadi bagian besar dari total transaksi di masyarakat Indonesia.

Ketika kita berusaha menarget Gen Z dan generasi muda, fokus utama kita haruslah menciptakan pengalaman yang phygital, menggabungkan elemen fisik dan digital. 

Kehadiran pelaku UMKM harus ada di kedua saluran, baik secara online maupun offline, pengalaman tersebut memberikan pengalaman yang lancar bagi mereka.

Baca Juga: Inilah 9 Fitur Unggulan Toko Online Shop di Instagram, Pengusaha Milenial Wajib Tahu! 

5. Keeping it Real (KIR)

Survei Ernst & Young tahun 2021, mengenai Generasi Z menemukan bahwa para pemuda menghargai ‘kepercayaan, transparansi, dan otentisitas’ dan akan menjauh dari apa pun atau siapa pun yang tampak tidak otentik. Ini adalah salah satu alasan mengapa UGC (User-Generated Content) sangat efektif. 

UGC (User-Generated Content) adalah merujuk pada informasi yang diberikan oleh orang-orang yang tidak dibayar, seperti foto, video, blog, atau tanggapan pada forum, yang kemudian dipublikasikan di situs web atau platform media sosial salah satunya Instagram.

Konsumen Generasi Z ingin dapat mempercayai merek, memahami apa yang diwakili merek tersebut, dan yakin bahwa mereka tidak sedang dibujuk dengan barang dagangan. Generasi Z adalah generasi yang menghargai autentisitas dan transparansi, sehingga penting untuk menekankan kualitas-kualitas ini sebagai bagian dari pengalaman pelanggan UMKM. 

Untuk itulah penting bagi Sahabat Wirausaha sebagai para pelaku UMKM untuk jujur terhadap produk yang ditawarkan. Jangan pernah terlalu mengumbar janji palsu saat memasarkan produk, karena itu akan mempengaruhi kepercayaan para gen Z.

***

Pemasaran yang efektif kepada Gen Z melibatkan banyak aspek, mulai dari tren dan perilaku konsumen gen Z. Terlibat dengan Gen Z memerlukan konten yang inovatif, langsung, dan berdampak, yang sejalan dengan nilai-nilai mereka serta bersifat interaktif, memberikan rasa keterhubungan.

Namun, strategi pemasaran kepada Gen Z ini seharusnya tidak dipandang sebagai sesuatu yang statis, melainkan sebagai panduan yang terus berkembang yang memerlukan adaptasi proaktif untuk selaras dengan tren Gen Z. 

Mengambil langkah-langkah ini membuka jalan bagi kampanye pemasaran yang sukses yang benar-benar resonan dengan generasi ini.

Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. Populix Bagikan Insight Menarik Seputar Generasi Z
  2. Three Things Brands Need to Know About Marketing to Gen Z Consumers
  3. Cara Merek Masuk Pasar Gen Z Tanpa Melupakan Generasi Lain
  4. Coba Meme Marketing untuk Jualan ke Gen Z
  5. Inilah Konten yang Paling Dicari Gen Z: Coba Tebak!
  6. Marketing to Gen Z: A Guide for Success
  7. Marketing to Gen Z: Understanding the Next Generation of Consumers
  8. Instagram Ungkap Tren Favorit Gen Z di Indonesia: Apa Saja?
  9. 4 Ways to Tailor the Customer Experience for Gen Z
  10. Hal-hal Apa Saja yang Dibeli Gen Z