Dalam mengelola sumber daya manusia, sahabat wirausaha harus memperhatikan banyak faktor. Faktor pertama adalah faktor sebelum karyawan memulai pekerjaan. Proses ini biasanya mencakup tahapan yang dimulai dari mencari karyawan atau rekrutmen dan pembuatan kesepakatan kerja.
Pada tahapan ini, sahabat wirausaha perlu memastikan bahwa sumber daya manusia yang akan dilibatkan dalam proses produksi telah sepakat untuk melakukan pekerjaan dengan kriteria dan spesifikasi yang ditentukan.
Tahapan ini menjadi sangat penting karena sumber daya manusia (SDM) yang masuk akan menentukan kualitas produk yang akan dihasilkan. Dengan SDM yang sesuai standar, proses produksi yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan produk yang berkualitas.
Setelah memastikan para karyawan memiliki kualitas dan klasifikasi yang sesuai, sahabat wirausaha juga harus memastikan bahwa para karyawan dapat bekerja dengan baik selama masa produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan berkaitan dengan sumber daya manusia selama proses produksi. Beberapa kegiatan tersebut mencakup kegiatan pelatihan berkaitan operasional atau manajerial yang dilakukan secara simultan selama kegiatan operasional berjalan.
Satu kegiatan lain yang tidak kalah penting bagi sahabat wirausaha dalam membina karyawan adalah pemberian insentif. Insentif bagi karyawan sendiri sering disebut sebagai gaji atau remunerasi. Remunerasi yang sesuai akan mendorong para karyawan untuk bekerja secara maksimal dan mampu mengejar target dalam kegiatan produksi. Hal ini dikarenakan, pada prinsipnya, seseorang digerakkan oleh sebuah insentif.
Melihat Pola Penggajian UMKM
Sebelum berbicara lebih lanjut mengenai mekanisme dan cara penggajian dan penentuan renumerasi yang ideal, sahabat wirausaha dapat melihat terlebih dahulu pola yang sudah ada. Pola ini dapat diperhatikan dengan meliihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang dapat digunakan adalah pengeluaran para pelaku UMKM untuk keperluan tenaga kerja serta jumlah tenaga kerja yang ada pada UMKM.
Berdasarkan data di atas, sahabat wirausaha dapat melihat seberapa besar pengeluaran bagi tenaga kerja di berbagai sektor usaha. Sektor dengan total pengeluaran untuk tenaga kerja terbesar adalah sektor makanan.
Kategori kedua terbesar adalah sektor produksi pakaian jadi. Kumpulan faktor ini belum bisa memberi kesimpulan sektor mana yang memberikan pengeluaran terbesar. Hal ini dikarenakan jumlah ini dapat disebabkan oleh banyaknya tenaga kerja yang mungkin saja berada pada sektor-sektor tersebut.
Dengan melihat kondisi tersebut, sahabat wirausaha perlu menyandingkan data tersebut dengan jumlah tenaga kerja untuk setiap sektor ada. Setelah data tersebut tersedia, sahabat wirausaha dapat membagi jumlah pengeluaran pada data sebelumnya dengan jumlah pelaku usaha di setiap sektor. Hasil dari pembagian ini merupakan rata-rata pengeluaran usaha untuk keperluan tenaga kerja di setiap sektor.
Berdasarkan data tersebut, sahabat wirausaha dapat melihat dengan lebih baik, sektor mana yang memiliki pengeluaran pendapatan pada usaha mikro. Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran gaji per tenaga kerja adalah 4 juta rupiah per tenaga kerja.
Nilai pengeluaran terbesar didapatkan dari sektor pembuatan alat angkutan lainnya dimana rata-rata pengeluaran tenaga kerja pada sektor tersebut adalah sebesar 19 juta rupiah per tenaga kerja. Sedangkan sektor dengan rata-rata pengeluaran tenaga kerja terkecil adalah sektor pengolahan tembakau, yaitu sebesar 393 ribu rupiah.
Baca Juga: Tips Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Bagi UKM
Apabila melihat data tersebut, sektor utama UMKM yang memiliki banyak tenaga kerja seperti makanan, minuman, pakaian dan kerajinan tangan memiliki pengeluaran tenaga kerja yang tidak jauh berada dari rata-rata pengeluaran tenaga kerja pada umumnya.
Rata-rata pengeluaran tenaga kerja pada sektor makanan adalah sebesar 2,2 juta rupiah dan sektor minuman sebesar 5,1 juta rupiah. Sedangkan pada sektor pakaian jadi, rata-rata pengeluaran bagi tenaga kerja adalah 5,2 juta rupiah. Terakhir, pada sektor kerajinan tangan dengan bahan kayu berupa kerajinan, rata-rata 3,9 juta rupiah.
Dengan menggunakan data tersebut, sahabat wirausaha dapat melakukan analisis awal mengenai perkiraan insentif yang perlu dibayarkan berdasarkan jenis industrinya. Beberapa industri yang cukup advance dan tidak biasa seperti penggunaan alat angkutan lainnya, pengadaan mesin dan perlengkapan dan baram logam dapat cenderung memiliki biaya gaji yang lebih tinggi.
Hal ini dikarenakan kemampuan yang dibutuhkan dari sumber daya manusia pada sektor ini cenderung unik dan sulit untuk dipenuhi. Kondisi ini kemudian membuat insentif yang diberikan menjadi lebih besar dibandingkan rata-rata.
Selain beberapa industri yang memang sudah memiliki rata-rata gaji yang cukup besar, terdapat beberapa produk dari industri tertentu yang memiliki gaji relatif lebih besar dibandingkan dengan industri serupa. Sebagai contoh, pada industri kerajinan, produk dengan bahan baku kulit cenderung membutuhkan gaji yang lebih besar karena dibutuhkan keahlian yang lebih besar dibandingkan produk kerajinan pada umumnya. Hal ini juga perlu diperhatikan apabila sahabat wirausaha ingin memiliki produk yang lebih luxury.
Baca Juga: Leadership: Menerapkan Kepemimpinan Untuk Membangun dan Mengembangkan Bisnis
Perlu diperhatikan juga, perbedaan nilai gaji yang diterima oleh karyawan juga beragam untuk setiap daerah. Hal ini disebabkan dengan adanya kebijakan upah minimum yang berbeda pada setiap daerah.
Sebagai contoh, upah minimum provinsi (UMP) Jakarta pada tahun 2022 adalah sebesar 4,64 juta rupiah per bulan. Sedangkan UMP untuk daerah Depok pada tahun 2022 hanya sebesar 4,38 juta rupiah per bulan. Hal ini menunjukkan lokasi yang tidak terlalu jauh dapat memiliki perbedaan gaji karena adanya kebijakan pemerintah.
Opsi Penggajian dari UMKM
Dalam menyusun penggajian bagi karyawan UMKM, sahabat wirausaha dapat menggunakan konsep yang sudah tersedia bagi usaha besar. Mekanisme penggajian ini dapat merujuk pada buku Human Resource Management yang ditulis oleh Gary Dessler (2017).
Dalam buku tersebut, pemberian insentif ini dapat dilakukan dengan beberapa metode. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan usaha. Hal ini dapat dikarenakan insentif yang tepat akan mendorong para karyawan untuk meningkatkan keuntungan bagi pemilik usaha.
Dalam memberikan insentif bagi para karyawan, sahabat wirausaha dapat memberikan kompensasi yang bersifat langsung dan tidak langsung. Kompensasi karyawan yang bersifat langsung dapat diartikan sebagai kompensasi bersifat materil seperti gaji, insentif, komisi, bonus dan honorarium. Sedangkan kompensasi yang bersifat tidak langsung mencakup manfaat yang tidak bersifat materil seperti asuransi dan liburan.
Pada pemberian kompensasi secara langsung, sahabat wirausaha dapat menggunakan beberapa metode. Metode pertama adalah metode pembayaran berbasis waktu. Pada metode pembayaran ini, para karyawan akan menerima pembayaran kompensasi mereka untuk waktu tertentu.
Baca Juga: Membangun Optimisme Tim di Saat Kondisi Bisnis Memburuk
Sebagai contoh, pembayaran gaji bagi karyawan dilakukan setiap awal bulan bagi pekerja rumah makan. Sedangkan bagi karyawan pembuat makanan kemasan, beberapa mungkin dibayar mingguan.
Pembayaran kompensasi dengan sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode ini adalah mekanisme pembayaran kompensasi yang jelas dan dapat diperkirakan. Sebagai dampaknya, sahabat wirausaha dapat menghitung dengan mudah kebutuhan biaya dari produksi yang dibutuhkan.
Metode ini juga memiliki kelebihan dimana sahabat wirausaha tidak perlu terlalu sulit menghitung besaran kompensasi pada produk yang sulit dihitung biaya kompensasinya, seperti restoran dan lainnya. Meskipun begitu, metode ini memiliki kekurangan dimana biaya gaji yang keluar tidak mudah untuk dihitung secara langsung proporsinya terhadap jumlah barang atau jasa yang terjual.
Metode pemberian kompensasi ini juga dapat membuat karyawan mengalami moral hazard. Karyawan dapat berpikir bahwa mereka tidak perlu memaksimalkan pekerjaan mereka karena pada akhirnya mereka akan mendapatkan pendapatan yang tetap terlepas dari kinerja mereka.
Metode pembayaran lain yang dapat digunakan adalah metode pembayaran pay per performance atau pembayaran berdasarkan performa. Pembayaran ini dilakukan dengan menentukan sebuah satuan performa yang dapat digunakan oleh sahabat wirausaha untuk melakukan pembayaran.
Sebagai contoh, sebuah usaha pembuatan kue menggaji karyawannya sebesar 5 ribu rupiah untuk setiap kue yang mereka buat. Dengan mengetahui beban biaya pada setiap kue tersebut, sahabat wirausaha dapat menghitung secara detail biaya operasional yang dikeluarkan dalam satu satuan produk.
Meskipun begitu, kelemahan dari metode ini adalah sulitnya melakukan pencatatan secara terperinci. Sahabat wirausaha perlu memastikan dengan baik siapa karyawan yang terlibat dalam pembuatan setiap produk.
Pada kasus sebelumnya, indikator performa yang digunakan adalah jumlah kue yang merupakan produk dari usaha tersebut. Pendekatan pay per performance yang juga bisa digunakan adalah pembayaran berbasis jam kerja.
Sebagai contoh, sahabat wirausaha dapat melakukan pembayaran kompensasi berdasarkan jumlah jam masuk. Dengan standar performa tersebut, sahabat wirausaha tidak membayar karyawan berdasarkan produk yang dihasilkan, tetapi seberapa lama karyawan tersebut bekerja.
Baca Juga: Upah Minimum Regional
Kedua metode pembayaran tersebut dapat kemudian dikombinasikan. Sahabat wirausaha dapat menggunakan pembayaran berbasis waktu untuk menentukan besaran kompensasi minimum yang dapat diterima oleh karyawan. Sebagai contoh, setiap karyawan dari usaha potong rambut akan mendapatkan gaji minimum setiap bulan sebesar 1 juta rupiah.
Sedangkan untuk setiap konsumen yang dilayani, maka karyawan akan mendapatkan 10 ribu untuk setiap karyawan tersebut. Kompensasi 1 juta rupiah tersebut dapat digunakan sebagai kompensasi atas waktu karyawan tersebut karena sudah menjaga tempat potong rambut. Sedangkan kompensasi 10 ribu bagi setiap konsumen yang dilayani dapat mendorong para karyawan untuk bekerja lebih serius.
Metode pay per performance dalam kombinasi tersebut juga dapat dimodifikasi dengan menggunakan indikator performa perusahaan sebagai dasar dalam menentukan numerasi bagi karyawan. Sebagai contoh, karyawan akan menerima bonus tambahan dari kompensasi mereka apabila perusahaan memenuhi target tertentu dalam penjualan. Hal ini dapat mendorong karyawan untuk bekerja secara kolektif dalam mengejar insentif yang diberikan.
Kombinasi kedua metode tersebut juga bisa digunakan untuk meminimalisir pembayaran yang relatif kecil jika menggunakan pay per performance. Sebagai contoh, pada sebuah perusahaan pemasangan kabel internet rumahan, apabila seorang karyawan dari usaha tersebut hanya dibayar dari jumlah rumah yang dikunjungi saja, mungkin gaji yang diterima oleh karyawan tersebut akan sangat kecil.
Baca Juga: 8 Kegiatan yang Ampuh Untuk Membangun Kekompakan Karyawan
Oleh karena itu, pemilik usaha memberikan gaji rutin di luar pembayaran berdasarkan jumlah rumah yang dikunjungi. Hal ini dapat meningkatkan insentif yang diterima dari pekerjaan tersebut.
Ketiga metode tersebut dapat saling menggantikan satu sama lain. Sahabat wirausaha dapat memilih metode terbaik yang sesuai dengan kebutuhan dari usaha. Sebagai contoh, bisnis produksi makanan skala kecil mungkin akan lebih sesuai apabila menggunakan sistem pay per performance.
Hal ini dikarenakan jumlah produk dari usaha tersebut dapat menjadi tolak ukur dari sebuah performa. Sedangkan untuk pekerjaan yang menjual jasa restoran, pembayaran kompensasi berbasis waktu lebih sesuai digunakan karena sulit untuk mengukur biaya tenaga kerja berbasis produk.
Mengukur Benefit dari Karyawan
Selain mendapatkan kompensasi berupa gaji yang bersifat materil, karyawan juga berhak mendapatkan kompensasi tidak langsung yang sering disebut sebagai benefit. Kompensasi ini tidak diterima karyawan dalam bentuk kas, tetapi dapat dimanfaatkan oleh mereka dalam aktivitas kerja atau sehari-hari.
Bentuk kompensasi tidak langsung yang belakangan tersedia dan wajib dimiliki di Indonesia oleh sahabat wirausaha adalah asuransi. Sahabat wirausaha diminta untuk memiliki dan mendaftarkan karyawannya dalam program asuransi nasional yang sering dikenal dengan BPJS.
Para karyawan tersebut nantinya dapat memanfaatkan BPJS untuk keperluan berkaitan dengan Kesehatan, baik itu keperluan pribadi atau keperluan pekerjaan. Hal ini diatur dalam Undang-undang (UU) No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dengan adanya kewajiban tersebut, sahabat wirausaha harus mempersiapkan dana tambahan dalam memenuhi kebutuhan asuransi.
Selain asuransi, beberapa contoh manfaat yang diberikan kepada karyawan adalah dana pensiun, insentif keluarga dan liburan. Dana pensiun adalah sebuah mekanisme penarikan dana dari para karyawan untuk kemudian ditabung dan diendapkan dengan tujuan untuk dikembalikan kepada karyawan setelah memasuki masa pensiun.
Baca Juga: Memberdayakan Karyawan Dengan Berbagai Kepemilikan (Employee Stock Ownership Program)
Insentif keluarga adalah insentif yang diberikan kepada karyawan yang memiliki anak untuk kemudian mendapatkan pengasuhan gratis. Manfaat ini biasanya ditawarkan Ketika para pekerja dari suatu usaha tersebut didominasi oleh perempuan. Sedangkan insentif liburan adalah pembiayaan yang dilakukan oleh usaha kepada karyawannya untuk melakukan liburan.
Ketiga insentif ini masih cenderung jarang untuk dipenuhi oleh pelaku UMKM. Selain karena keterbatasan dana yang dimiliki, para karyawan pada pelaku UMKM juga biasanya hanya bertahan sementara waktu saja.
Berdasarkan beberapa opsi kompensasi kepada para karyawan yang tersedia, sahabat wirausaha dapat memilih bentuk dan kombinasi terbaik dalam memberikan insentif. Dengan kombinasi yang tepat, sahabat wirausaha akan mampu untuk mendorong semangat para karyawan dan di saat yang sama juga efisien dalam memenuhi kewajiban gaji.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.