Apakah Sahabat Wirausaha ingin memiliki usaha? Tapi masih bingung mau usaha apa? Tidak ada salahnya untuk mencoba dengan memulainya menjadi reseller terlebih dahulu. Sama seperti yang dilakukan oleh Ayu Ratna, owner dari brand Diby Leather. Berawal dari menjadi seorang reseller, kini Ayu sudah memiliki usaha kerajinan berbahan dasar kulit dengan brand sendiri. Produk yang dihasilkan pun sudah beragam. Bahkan beberapa diantaranya sudah bisa menembus pasar luar negeri loh. Bagaimana kisah selengkapnya? Mari simak artikel berikut ini!
Profil Diby Leather
Diby Leather merupakan salah satu UKM lokal asal Yogyakarta. Tepatnya berlokasi di Jogoyudan JT III/789 Gowongan Jetis, Daerah Istimewa Yogyakarta. Produk yang dihasilkan ialah berbagai macam aksesoris berbahan dasar kulit sapi, seperti dompet, tas, pouch, sling bag, hingga sepatu.
Baca Juga: M.A.R.S. Genuine Leather: Usaha dengan Modal Rp 0, Bisa!
Keunikan produk Diby Leather dibanding dengan produk sejenisnya dari kompetitor adalah terletak pada proses finishing. Pada proses pewarnaannya, Diby Leather menggunakan teknik lukis di dalam air. Dengan keunikan tersebut, Diby Leather membanderol produknya mulai dari harga Rp 125.000 sampai Rp 1.200.000.
Adapun legalitas usahanya, kini sudah berbadan hukum di bawah CV Daizira Indonesia. Selain itu, usaha Diby Leather juga peduli terhadap pemberdayan perempuan dan anak-anak panti asuhan. Oleh karenanya, Diby Leather banyak memberikan pelatihan gratis terkait kerajinan kulit kepada para perempuan dan anak-anak panti asuhan. Bahkan, sebagian besar dari pengrajinnya merupakan dari kaum perempuan.
Perjalanan Usaha Diby Leather
Sumber: taskulitdiby.com
Sebelum menggeluti usaha Diby Leather, Ayu merupakan seorang ibu rumah tangga biasa. Di tahun 2004, motivasi awal ia berjualan sebagai reseller adalah untuk mengisi kesibukan lainnya. Namun, ternyata kegiatannya tersebut bisa mendatangkan penghasilan tambahan yang lumayan bagi keluarganya.
Baca Juga: 3 Langkah Pemanfaatan Data Untuk Mengambil Keputusan Bisnis
Pada saat memulai berjualan, Ayu sudah memutuskan untuk berjualan secara online. Alasannya karena waktunya lebih fleksibel dan bisa dilakukan dimana saja. Apalagi pada tahun tersebut belum banyak orang yang berjualan online. Menurutnya, dengan semakin sedikitnya pemain, maka persaingan pun akan lebih longgar.
Di tahun 2011, Ayu dan keluarganya harus pindah dari Bangka Belitung ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, Ayu melihat banyak sekali peluang yang bisa digarap olehnya. Pada saat itu, yang terlintas di benaknya adalah barang-barang yang bisa dijual secara online, salah satunya kerajinan kulit.
Ide ini berlanjut pada pertemuan dengan salah satu pengrajin kulit yang merupakan teman dari kerabatnya. Awalnya, Ayu hanya berniat untuk menjadi reseller karena produk-produknya yang bagus. Namun, akhirnya Ayu memutuskan untuk membuat produk dengan brand-nya sendiri. Keputusannya juga disanggupi oleh pengrajin tersebut. Setelah itu, Ayu mulai mempelajari dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk memperdalam lagi usahanya. Mulai dari berbagai macam bahan kulit sapi, pembuatan pola, proses menjahit, hingga pada proses pemasarannya.
Baca Juga: Mengenal Standar K3 Untuk Produksi
Nama “Diby” Leather sendiri berasal dari gabungan beberapa nama yaitu Dinda, Beby, Dani, dan Bayu. Nama-nama tersebut merupakan nama orang-orang terdekat dari pemilik Diby Leather. Sedangkan, kata “Leather” merupakan identitas produk yang disematkan dalam nama brand. Alasannya adalah kata “Leather” bisa memberikan kesan eksklusif pada produknya dan menjadi jaminan kualitas dari bahan kulit sapi asli.
Proses Produksi Diby Leather
Sumber: taskulitdiby.com
Pada proses produksi Diby Leather hampir sama dengan produk berbahan kulit lainnya. Berawal dari pembuatan desain produk, seperti pembuatan pola dan pemilihan warna yang diinginkan. Kemudian, berlanjut pada pengolahan bahan baku kulit seperti pemberian warna, pengeringan, pemotongan, penjahitan, dan finishing. Sebelum produk jadi didistribusikan ke customer, Diby Leather melakukan quality control terlebih dahulu untuk dilakukan cross check dengan standar yang sudah ditetapkan.
Adapun perbedaan mencolok dibanding dengan produk sejenis milik competitor adalah pada proses pewarnaan. “Kami menamakannya sebagai the art of coloring leather”, tutur Ayu. Teknik ini merupakan teknik pewarnaan kulit di dalam air. Meskipun bentuknya terkesan abstrak, namun hasilnya memberikan nilai keunikan tersendiri. Dari segi motif pun menjadi lebih terbatas dan belum tentu produk berikutnya mendapatkan motif yang sama persis dengan motif sebelumnya.
Baca Juga: Pentingnya Kontrak Pengadaan Bahan Baku Bagi UMKM
Ide tersebut mulai dikembangkan Ayu di tahun 2017. Setelah melalui proses trial error, kemudian teknik tersebut yang kemudian menjadi daya saing dari Diby Leather dibanding produk kompetitornya. Teknik tersebut juga sudah melalui beberapa uji laboratorium seperti ketahanan terhadap asam, basa, gesekan, panas, kelunturan dan aman terhadap lingkungan.
Pemasaran Produk Diby Leather
Sumber: ukmjagowan.id
Dari awal Ayu berjualan, saluran pemasaran yang dipilih adalah secara online. Oleh karenanya, Ayu lebih banyak mengandalkan foto produk yang bagus dibandingkan memperbanyak stok produk. Sesekali, Ayu membuat contoh produk untuk difoto dan diunggah ke sosial media maupun e-commerce. Selebihnya, Ayu menggunakan sistem pre-order untuk mendapatkan pesanan.
Sebagai tanda jadi pemesanan, customer diharuskan memberikan pembayaran sebesar 50% dari nilai barang. Dana tersebut yang kemudian akan diputar untuk membiayai kebutuhan operasional. Durasi pengerjaan pun beragam, tergantung dengan tingkat kesulitan dan sesuai kesepakatan dengan pembeli. Setelah barang pesanan jadi, kemudian pembeli melakukan pelunasan pembayaran.
Baca Juga: 10 Wirausaha Inovatif yang Ramah
Lingkungan
Adapun media online yang digunakan oleh Diby leather adalah website resmi taskulitdiby.com, instagram @dbleather, dan berbagai marketplace dalam negeri seperti shopee, tokopedia, dan marketplace luar negeri seperti adsee.com. Jangkauan pemasaran produk Diby Leather sudah tersebar di negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, bahkan sudah mencapai USA.
Tantangan Diby Leather
Sumber: taskulitdiby.com
Di awal memulai usaha Diby Leather, Ayu Ratna banyak mengalami hambatan. Salah satunya adalah kurangnya pengrajin yang ahli di bidang kerajinan kulit. Banyak dari pengrajin di bidang ini sudah sepuh dan tingkat produktivitas pun menurun. Sedangkan, generasi penerusnya banyak yang enggan untuk meneruskan profesi tersebut karena kurang menjanjikan dari segi penghasilan.
Untuk mengatasi hal ini, Diby Leather kemudian memberikan pelatihan secara gratis kepada masyarakat sekitar yang ingin mendalami kerajinan kulit. Banyak pihak yang ikut terlibat dalam kegiatan ini, seperti tetangga sekitar, mahasiswa dari berbagai kampus, hingga lembaga perempuan dan yayasan anak-anak yatim. Bahkan, instansi pemerintah pun turut mendukung kegiatan Diby Leather tersebut dengan memberikan fasilitas berupa display pelatihan di pameran dan pendanaan.
Baca Juga: Tips Memilih Bahan Baku dan
Pemasok untuk Mendukung Produktivitas Bisnis
Tantangan lainnya datang pengusaha kulit lainnya di sekitaran Yogyakarta. Banyak dari mereka yang memilih untuk menurunkan harga sebagai bentuk strategi pemasaran. Namun, dengan strategi tersebut malah menimbulkan persaingan yang tidak sehat.
Oleh karenanya, Diby Leather memutuskan untuk keluar dari zona persaingan tersebut. Di tahun 2017, Diby Leather melakukan inovasi yang tak terduga pada teknik pewarnaan kulit. “Kami merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia yang melakukan teknik pewarnaan kulit di dalam air” tutur dari Ayu Ratna.
Namun, tantangan belum berakhir sampai di situ, terkadang dari proses produksi sering terjadi kegagalan, terutama pada saat proses pewarnaan dan jahitan. Solusi yang diambil ketika mendapatkan hasil warna yang tidak sesuai, Diby Leather melakukan re-coloring. Namun, dari situ justru warna yang dihasilkan menjadi lebih cantik dan lebih unik. Sedangkan, pada saat jahitan maupun potongan tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka proses perombakan menjadi jalan keluar. “Tak jarang kami membuatnya menjadi produk baru lainnya”, papar Ayu.
Baca Juga: 5 Aplikasi Pembuat Konten Yang Perlu UKM Miliki
Sebelum pandemi melanda, Diby Leather bisa meraup omset ratusan juta rupiah setiap bulannya. Namun, ketika badai COVID-19 datang, omsetnya anjlok sebesar 80%. Saat ini omset yang berhasil didapatkan hanya sekitar Rp 80jt. Bahkan, banyak dari karyawannya yang harus dirumahkan karena sepinya pesanan dan belum stabilnya angka penjualan. Saat ini Diby Leather sudah memiliki 5 orang karyawan sebagai tim nya yang terbagi dalam tim pemasaran, tim admin dan keuangan, dan tim produksi yang juga dibantu oleh beberapa mahasiswa.
Seiring dengan berjalannya waktu, produk Diby Leather mulai banyak diminati oleh berbagai kalangan. Keunikan dari Diby Leather bahkan dapat mengantarkan usaha ini mendapatkan berbagai penghargaan. Salah satunya adalah award sebagai pelaku ekonomi cerdas, anugerah penelitian dan inovasi dari Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappeda), UMKM inspiratif dari Bank Indonesia, produk innovating Jogja, juga masuk ke dalam produk unggulan kriya nusa, dan masih banyak lagi penghargaan lainnya.
Lima Tips Memulai Usaha Ala Diby Leather
Sumber: taskulitdiby.com
Suka duka dari perjalanan Diby Leather memberikan banyak pelajaran bagi pemiliknya. Ayu Ratna, selaku pendiri Diby Leather membagikan tips usaha, khususnya untuk yang baru ingin memulai. Berikut tipsnya:
1. Fokus
Fokuslah dengan apa yang dikerjakan oleh bisnisnya. Perdalam lagi apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan usaha maupun produknya. Jangan pernah tergiur dengan kesuksesan orang lain. Yang diperlukan hanyalah fokus dan konsisten, maka hasil akan mengikuti.
Baca Juga: Bagaimana UKM Dapat Memvalidasi Potensi Produk dan Peluang Pasar?
2. Belajar
Perbanyak lagi belajar berbagai hal. Sebagai pebisnis jangan pernah bosan untuk terus belajar dan menambah keilmuan.
3. Berbagi
Berbuat baiklah kepada siapa pun. Dengan membantu orang lain, maka kebaikan pun akan kembali lagi kepada kita. Apalagi terkait ilmu, semakin dibagikan maka akan semakin bertambah ilmu kita.
Nah, itulah sekilas perjalanan dari Diby Leather. Dari kisah di atas kita bisa belajar bahwa untuk memulai usaha bisa dimulai dari hal-hal yang bisa kita lakukan saat ini. Jika kemampuan kita baru sampai di tahap menjadi reseller, maka lakukanlah sebaik mungkin. Maka, jalan lainnya akan terbuka sedikit demi sedikit dan dimudahkan.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.