Apa Itu Exit Strategy – Di dunia bisnis, kita sering mendengar ada pengusaha yang berujar: “Gue sih bangun startup ini buat exit dalam 5 tahun,”. Mendengarnya, mungkin kamu bertanya-tanya, kok malah mikirin keluar, padahal bisnisnya belum jalan? Nah, dari sinilah kita mulai memahami pentingnya Exit Strategy.

Apa itu Exit Strategy?

Sederhananya, ini adalah rencana atau strategi untuk keluar dari bisnis. Bukan karena gagal, tapi karena memang sudah saatnya. Bisa karena ingin mencairkan keuntungan, mengurangi risiko, atau beralih ke peluang baru. Dalam konteks startup, exit strategy bahkan bisa menjadi puncak kesuksesan. Yuk, simak penjelasan lengkapnya!


Apa Itu Exit Strategy?

Exit Strategy adalah rencana strategis yang disusun oleh pemilik bisnis, investor, atau pemegang saham untuk keluar dari kepemilikan perusahaan dengan cara yang optimal secara finansial. Tujuannya bisa bermacam-macam: mendapatkan keuntungan, meminimalkan kerugian, atau sekadar mundur dari bisnis yang sudah tidak sejalan dengan visi awal.

Jadi, apa itu Exit Strategy secara praktis? Ini adalah blueprint yang menjawab pertanyaan: Jika saya harus atau ingin berhenti dari bisnis ini, bagaimana caranya agar saya tetap untung atau setidaknya tidak rugi besar?

Contoh : Startup Teknologi - Tiket.com

Pada 2017, Tiket.com diakuisisi oleh Blibli (anak usaha Djarum Group). Akuisisi ini menjadi salah satu exit strategy yang sukses, di mana pendiri dan investor awal mendapatkan hasil besar dari penjualan sahamnya.

Baca Juga: Apa Itu Valuasi: Mengukur Nilai Bisnis dengan Kacamata Investor


Mengapa Exit Strategy Penting?

Banyak orang berpikir exit strategy hanya relevan bagi perusahaan besar atau startup teknologi. Padahal, bisnis kecil, bahkan warung kopi pinggir jalan pun perlu memikirkan skenario “keluar”. Berikut alasan kenapa exit strategy penting:

  1. Memberi Kepastian Arah : Bisnis bukan cuma soal ekspansi, tapi juga soal bagaimana menyelesaikan perjalanan dengan aman.
  2. Menghindari Kebangkrutan Total : Exit strategy bisa menjadi jalur evakuasi saat bisnis mulai merugi, tapi masih punya nilai jual.
  3. Menarik Investor: Investor cerdas selalu bertanya: “Kalau saya investasi sekarang, kapan dan bagaimana saya bisa keluar dengan cuan?”
  4. Membantu Perencanaan Warisan: Bagi bisnis keluarga, exit strategy bisa berupa suksesi ke generasi berikutnya.
  5. Meningkatkan Valuasi: Perusahaan dengan exit strategy jelas cenderung lebih menarik dan profesional di mata pemodal.

Jenis-Jenis Exit Strategy

Mari kita bedah satu per satu jenis exit strategy yang umum digunakan, dari yang paling populer hingga yang sering diabaikan:

1. Initial Public Offering (IPO)

Go public adalah salah satu exit strategy paling glamor. Lewat strategi ini, perusahaan akan menjual sahamnya ke publik lewat bursa saham. Langkah tersebut memberikan likuiditas tinggi bagi pemilik awal dan membuka peluang ekspansi besar. Contohnya, Bukalapak melakukan IPO di BEI tahun 2021, menjadi salah satu exit strategy besar bagi investor awalnya seperti Emtek Group.

2. Merger & Akuisisi (M&A)

Dalam skenario ini, bisnis dijual sebagian atau seluruhnya kepada perusahaan lain. Cocok bagi startup yang ingin tumbuh lebih cepat lewat sinergi atau UMKM yang ingin pensiun dengan nilai jual maksimal. Contohnya, Gojek mengakuisisi Moka POS, sistem aplikasi kasir online berbasis cloud. Saat itu, founder Moka memutuskan exit dan lanjut ke proyek lain.

3. Management Buyout (MBO)

Tim manajemen internal membeli saham perusahaan dari pemilik saat ini. Ini strategi ideal bagi pemilik lama yang ingin pensiun tapi masih percaya pada timnya.

Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!

4. Likuidasi (Liquidation)

Menjual aset perusahaan dan menutup operasional. Biasanya dipilih jika bisnis tidak punya prospek jangka panjang atau sedang dalam kondisi rugi. Ini bukan strategi yang ideal, tapi tetap merupakan bentuk exit strategy.

5. Passing the Baton (Suksesi)

Khusus untuk bisnis keluarga atau warisan, exit dilakukan dengan menyerahkan kendali ke anak atau penerus. Meski tidak menghasilkan uang tunai langsung, ini tetap bagian dari strategi keluar yang direncanakan.


Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Menyusun Exit Strategy

Sebelum menentukan jalur keluar, pelaku usaha perlu mempertimbangkan beberapa hal. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini, kamu bisa menentukan apakah exit strategy berbasis IPO lebih masuk akal dibanding akuisisi atau buyout:

  • Nilai Bisnis Saat Ini dan Potensi Masa Depan
  • Struktur Kepemilikan
  • Tujuan Pribadi Pemilik
  • Kondisi Pasar dan Industri
  • Perpajakan dan Regulasi Hukum
  • Minat dari Pihak Luar

Kapan Harus Menyusun Exit Strategy?

Idealnya, exit strategy disusun sejak awal bisnis dimulai. Tapi tak sedikit juga yang merancangnya di tengah jalan, terutama setelah bisnis mulai stabil atau sudah memasuki masa pensiun. Contohnya, ada seorang pengusaha warung makan sukses yang ingin menjual usahanya ke franchise. Atau pendiri startup yang merasa misinya sudah selesai dan ingin fokus membangun bisnis sosial.

Apa itu Exit Strategy menjadi penting bukan karena kamu ingin cepat-cepat kabur, tapi justru karena kamu bertanggung jawab atas bisnis yang kamu bangun.

Baca Juga: Apa Itu Pendapatan Kotor? Kupas Tuntas Makna, Fungsi, dan Contohnya


Cara UMKM Bisa Menyusun Exit Strategy

Tidak perlu menunggu bisnis jadi besar dulu untuk memikirkan exit strategy. Bahkan pelaku UMKM pun bisa mulai dari hal-hal praktis berikut ini:

1. Tentukan Tujuan Bisnis Jangka Panjang

Apakah kamu ingin bisnis ini diwariskan ke anak, dijual ke investor lokal, atau sekadar ditutup dengan penjualan aset yang optimal?

Contoh: Pak Joko punya usaha konveksi rumahan. Sejak awal, ia tahu bahwa anak-anaknya tidak tertarik meneruskan bisnis ini. Maka ia merencanakan untuk menjual usahanya ke salah satu pegawainya yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun.

2. Rapikan Struktur Hukum dan Kepemilikan

Pastikan bisnis kamu memiliki izin resmi, akta usaha, dan kejelasan siapa yang memiliki berapa persen saham atau bagian usaha.

Contoh: Bu Lina menjalankan katering rumahan selama 15 tahun tanpa CV atau PT. Ketika ingin menjual bisnisnya ke rekan lama, proses menjadi rumit karena tidak ada struktur hukum yang sah. Setelah berkonsultasi, ia mendirikan CV terlebih dulu agar proses transfer menjadi legal dan transparan.

3. Bangun Sistem yang Bisa Diwariskan atau Dijual

Ciptakan sistem operasional yang tidak tergantung pada kamu sebagai pemilik. Dokumentasi SOP, catatan pelanggan, dan manajemen keuangan yang rapi membuat bisnis lebih menarik bagi calon pembeli atau penerus.

Contoh: Toko sembako milik Mas Deni punya sistem stok manual yang hanya dia yang paham. Setelah belajar soal exit strategy, ia mulai membuat buku stok digital sederhana, mencatat semua supplier dan alur kerja toko. Hasilnya, ketika ingin menyerahkan ke keponakannya, proses transisi jadi lebih mudah.

Baca Juga: Apa Itu User Behavior? Rahasia Membaca Pikiran Konsumen untuk Bisnis yang Lebih Tajir

4. Siapkan Dokumentasi Finansial

Pembeli atau investor pasti ingin tahu seberapa sehat keuangan bisnismu. Punya laporan laba rugi, neraca sederhana, dan histori transaksi bisa meningkatkan daya tarik bisnismu.

Contoh: Mbak Tika yang memiliki bisnis kue kering mulai mencatat semua transaksi dengan aplikasi kasir digital. Saat ada investor lokal tertarik, ia bisa langsung menunjukkan performa omzet 12 bulan terakhir dengan data real.

Jadi, apa itu Exit Strategy? Ia bukanlah tanda menyerah, melainkan bagian dari strategi bisnis yang matang. Merancang jalan keluar sejak awal menunjukkan bahwa kamu punya visi jangka panjang, baik untuk bisnis maupun dirimu sendiri.

Bisnis yang tidak punya exit strategy ibarat naik mobil tanpa tahu di mana harus parkir. Kamu bisa terus melaju, tapi saat lelah, kamu tak tahu harus berhenti di mana dan itu bisa berbahaya. Bisnis yang sehat bukan hanya tentang bagaimana ia lahir dan tumbuh, tapi juga tentang bagaimana ia bisa keluar dengan terhormat dan menguntungkan.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. Harvard Business Review – “Exit Strategies: Planning Ahead for Growth or Failure”
  2. CB Insights – “Top Exit Strategies for Startups”
  3. Kementerian Koperasi dan UKM – Statistik UMKM Indonesia 2024
  4. TechCrunch – “How Startups Successfully Exit Through Acquisition or IPO”
  5. Bisnis.com – Laporan IPO dan Akuisisi Startup Indonesia 2021–2023