Sumber foto: Radar Kudus

Jual Barang Lewat Linkedin - Ikut pameran dan menawarkan produk lewat website dan e-commerce sudah biasa bagi pelaku usaha yang ingin menawarkan produk kepada buyer dari luar negeri. Namun apakah pernah terpikir untuk cari calon pembeli lewat LinkedIn?

Pasalnya, media sosial yang sering digunakan para profesional bisnis ini masih belum banyak digunakan pelaku usaha mikro dan kecil. Padahal Linkedin merupakan platform yang memungkinkan kita berelasi dengan berbagai pihak di dunia bisnis dan industri.

Kelebihan LinkedIn inilah yang disadari oleh Slamet Sutrisno, seorang pengrajin kayu jati asal Grobogan, Jawa Tengah, yang rajin memposting hasil karyanya melalui platform Linkedin. Alhasil, ia sering menerima pesanan khusus dari buyer internasional yang diantaranya berasal dari Belanda, Qatar, India, Malaysia, Inggris, dan Amerika Serikat.


Jual Barang Lewat Linkedin, 7 Hal Penting yang Slamet Sutrisno Lakukan

Sahabat Wirausaha pun bisa meniru jejak Slamet Sutrisno untuk memasarkan produk lewat LinkedIn. Namun, tidak serta merta produk kita akan laris begitu posting di LinkedIn karena ada beberapa trik yang perlu dilakukan untuk menarik perhatian para pembeli. Apa saja itu?

1. Mengoptimalkan Profil LinkedIn

Hal pertama yang perlu kita lakukan yaitu melengkapi profil LinkedIn kita. Isilah nama lengkap, email, kontak telpon, dan deskripsi. Lengkapi juga dengan foto pribadi yang asli. Tujuannya agar profil kita terlihat profesional.

Kalau berkunjung ke profil LinkedIn Slamet, Sahabat Wirausaha akan melihat deskripsi profilnya sebagai International Teak Wood Replica Artist atau Seniman Replika Kayu Jati Internasional. Deskripsi yang ringkas tapi menarik untuk menggambarkan profesinya.

Slamet juga menjelaskan secara singkat kelebihan pelayanan yang ia berikan, yaitu bisa memesan replika sesuai keinginan, menyediakan jasa desain 3D, dan memastikan barang terjamin keamanannya dalam perjalanan karena dikemas dengan baik.

2. Menyasar Niche Market

Walaupun bisa membuat banyak bentuk kerajinan kayu jati, Slamet paling sering memposting pembuatan replika yang berhubungan dengan industri minyak lepas pantai (offshore) seperti miniatur kapal dan kilang minyak.

Alhasil, karena konsisten memposting karya-karya tersebut, Slamet menarik niche market tersendiri yaitu perusahaan yang bergerak di industri minyak.

Sumber foto: LinkedIn Slamet Sutrisno

Niche market dapat diartikan sebagai segmen pasar yang memiliki preferensi, kebutuhan, dan identitas tertentu. Untuk menarik niche market, Sahabat Wirausaha perlu membuat produk yang unik dan bisa memenuhi preferensi dari segmen konsumen yang dituju.

Terlebih, Slamet menjelaskan kepada calon pembeli jika bahan baku yang digunakan merupakan recycle dari limbah kayu jati sehingga semakin menarik minat para buyer yang punya kepentingan terhadap isu keberlanjutan lingkungan.

Dari sini, kita ketahui bahwa untuk membidik segmen pasar tertentu, kita perlu memikat calon konsumen dengan produk yang berhubungan dengan kesukaan dan preferensi mereka. Buyer yang berasal dari perusahaan pengolahan minyak tentu sangat terhubung dengan bangunan lepas pantai dan kapal pengangkut minyak.

3. Berjejaring dengan Akun yang Sesuai dengan Target Pasar

Berbeda halnya dengan media sosial kebanyakan, LinkedIn diperuntukkan bagi para pekerja profesional. Karena itulah, media sosial ini memungkinkan kita berjejaring dengan para petinggi perusahaan seperti kepala bidang, manajer, hingga CEO perusahaan nasional dan internasional.

Sumber foto: LinkedIn Slamet Sutrisno

Dari aktivitasnya di LinkedIn, Slamet sudah terkoneksi dengan sejumlah akun para petinggi dan perusahaan-perusahaan multi-nasional seperti Transocean, Maersk Drilling, Seadrill, dan PT. Pertamina. Slamet juga memposting hasil karya replika kayu jati yang pernah dibeli oleh perusahaan-perusahaan tersebut seperti tiruan drillship, offshore ridge, dan jack up rig.

Jika ingin menawarkan produk melalui LinkedIn, pastikan Sahabat Wirausaha berusaha membangun relasi dengan akun-akun profesional yang potensial menjadi target pasar produk kita.

4. Direct Selling

Setelah terhubung dengan akun-akun profesional, Slamet mulai menawarkan produknya dengan beberapa cara, yaitu mengirimkan brosur melalui direct messenger dan merespon postingan di akun calon konsumennya. Dengan metode ini, Slamet menarik perhatian calon konsumen sehingga mengenal produknya.

Jika menggunakan Linkedin sebagai media promosi, Sahabat Wirausaha juga bisa menggunakan metode direct selling atau promosi langsung/terang-terangan untuk mengenalkan produk kepada calon pembeli.

Sumber foto: LinkedIn Slamet Sutrisno

5. Membangun Engagement dengan Menampilkan Proses Produksi dan Testimoni Customer

Slamet juga kerap mengunggah foto yang menampilkan kegiatan produksi di Markas Miniatur Jati, nama workshop miliknya. Ada foto yang menampilkan proses pemotongan, pengamplasan, pengecatan, finishing, hingga pengemasan miniatur kayu jati.

Sumber foto: LinkedIn Slamet Sutrisno

Dengan bagikan momen itu, calon pembeli jadi merasa yakin bahwa proses produksi memang dilakukan oleh pengrajin profesional. Cara ini bisa meningkatkan kepercayaan dan mendorong konsumen untuk membeli produknya.

Sahabat Wirausaha yang ingin mengenalkan brand produk sambil membangun keterhubungan dengan calon pembeli, bisa ikuti cara tersebut, yaitu memposting konten yang menampilkan cerita dibalik proses pembuatan produk.

6. Memperhatikan Kualitas Produk

Jika Sahabat Wirausaha serius ingin bergelut di pasar ekspor, jangan berniat menjalaninya setengah-setengah. Sebab, para pebisnis yang sukses melakukan ekspor adalah orang-orang yang giat dan tekun dimana itu tercermin dari produk-produk yang mereka berhasil pasarkan ke mancanegara.

Perhatikan semua karya Slamet yang diposting di LinkedIn, Sahabat Wirausaha akan menangkap bahwa semua karya itu dikerjakan dengan teliti, detail, dan hati-hati. Kualitas produk harus menjadi perhatian penting agar konsumen tidak kapok membeli.

Apalagi transaksi ini dilakukan lintas negara yang mana jika produk tak sesuai pesanan, pembeli bisa minta ganti rugi. Karenanya, Sahabat Wirausaha harus perhatikan betul kualitas produk yang dikirimkan.

Untuk memenuhi ekspektasi calon pembeli, Slamet membuatkan konsep replika tiga dimensi sesuai foto dan desain yang dikirim pembeli. Setelah merancang konsepnya, Slamet akan menanyakan calon pembeli apakah desain itu sudah sesuai harapan mereka. Jika belum, ia akan merevisinya hingga calon pembeli sudah benar-benar merasa puas. Setelah itu, baru proses produksi dimulai.

Sahabat Wirausaha perlu membangun komunikasi seperti ini dengan pihak buyer, pastikan untuk menjelaskan spesifikasi produk secara detail agar calon pembeli benar-benar paham dengan bahan yang digunakan, jenis, ukuran, warna, proses pembuatan, hingga ketahanan produknya.

7. Percaya Diri Berbahasa Inggris

Salah satu kendala yang kerap menghantui pelaku usaha yang ingin ekspor adalah bahasa Inggris. Kebanyakan pelaku usaha enggan mengekspor karena khawatir tidak bisa berkomunikasi baik dengan calon pembeli.

Kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris memang diperlukan, tetapi tidak harus sempurna. Pada praktiknya, selain kemampuan Bahasa Inggris, rasa percaya diri juga sangat penting dimiliki agar tidak ragu menyampaikan dan merespon pertanyaan calon pembeli.

Sumber foto: LinkedIn Slamet Sutrisno

Slamet terlihat kerap memposting status dalam Bahasa Inggris di akun LinkedIn untuk mengabarkan pengalamannya terkini. Salah satu statusnya menunjukkan jika pembeli sudah terima replika offshore ridge-nya dengan aman. Rasa percaya diri berkomunikasi dalam Bahasa Inggris ini sungguh penting dimiliki pelaku usaha yang ingin ekspor sebagai awal untuk membangun komunikasi dengan calon pembeli internasional.

***

Nah, kira-kira apalagi yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan Linkedin agar bisa gaet pembeli? Tentu masih banyak hal lain yang bisa kita eksplorasi ya Sahabat Wirausaha. Semoga kisah Slamet Sutrisno ini bisa menambah wawasan dan inspirasi untuk kembangkan bisnis.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, Sahabat Wirausaha bisa like, share, dan bagikan ke teman-teman ya.