Ekspor menjadi salah satu sumber pendapatan bagi setiap negara. Bahkan menjadi ukuran kuat tidaknya perekonomian suatu negara, di mana nilai ekspor yang lebih tinggi dari nilai impornya, menunjukkan bahwa perekonomian negara tersebut tergolong kuat. Sebab itu, tak heran jika setiap negara berlomba-lomba untuk meningkatkan nilai ekspornya, yang salah satunya tentu saja Indonesia.

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia telah menembus pasar ekspor tradisional di beberapa negara. Sebut saja China, Amerika Serikat, Jepang, India, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan dengan jenis komoditas ekspor yang beragam, baik migas maupun non-migas. Meski demikian, Indonesia masih perlu mengepakkan sayap untuk menjangkau pasar ekspor yang lebih luas lagi termasuk pasar non-tradisional yang sangat potensial, yaitu Amerika Latin.


Peluang Ekspor ke Pasar Non-Tradisional Amerika Latin

Perekonomian dunia dapat dikatakan mengalami kelumpuhan akibat pandemi Covid-19 sejak awal 2020. Kebijakan lockdown yang diambil oleh pemangku otoritas di hampir seluruh negara di dunia semakin memperburuk kondisi perekonomian global. Perdagangan antar-negara menjadi terhambat, karena aktivitas bisnis tak lagi berjalan secara normal.

Baca Juga: Potensi Ekspor: Wilayah Amerika Latin

Di tengah badai pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia tetap berusaha menjalin kerja sama dagang dengan berbagai negara tujuan ekspor yang telah menjadi pasar tradisionalnya. Selain itu, juga berupaya memperluas jangkauan dengan terus mencari potensi ekspor di negara-negara non-tradisional, termasuk Amerika Latin dan Karibia.

Harus diakui bahwa nilai ekspor Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia masih tergolong rendah. Namun hal ini justru menunjukkan bahwa pasar di wilayah tersebut sangat potensial untuk ditingkatkan. Berdasarkan data yang dikutip dari Katadata.co.id, Indonesia telah melakukan perdagangan dengan 10 negara di Amerika Latin dan Karibia yang totalnya mencapai US$ 8,3 miliar atau setara dengan Rp 117,4 triliun pada tahun 2020.

Dari 10 negara Amerika Latin dan Karibia yang bermitra dagang dengan Indonesia, Brasil memiliki total nilai perdagangan terbesar, yakni US$ 3,6 miliar. Di urutan kedua mitra dagang terbesar ditempati oleh Argentina dengan nilai perdagangan sebesar US$ 1,9 miliar. Meksiko dan Chili menyusul di posisi berikutnya dengan nilai perdagangan masing-masing US$ 1,2 miliar dan US$ 253,7 juta.

Baca Juga: Potensi Ekspor Biji-bijian

Posisi kelima diduduki oleh Ekuador dengan nilai perdagangan sebesar US$ 250,6 juta. Selanjutnya Peru dengan total perdagangan senilai US$ 248,8 juta. Sementara Haiti, Kolombia, Panama, dan Republik Dominika menduduki peringkat empat terbawah dengan total perdagangan masing-masing senilai US$ 140,7 juta; US$ 134,1 juta; US$ 109 juta; dan US$ 80,9 juta.

Sumber: Katadata.co.id

Nilai ekspor Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia mengalami peningkatan sebesar 6,45% dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar di wilayah tersebut bereaksi positif terhadap produk-produk unggulan Indonesia. Benar saja, pencapaian nilai ekspor di wilayah Amerika Latin dan Karibia dapat dikatakan cukup berhasil dan potensial untuk ditingkatkan, karena produk-produk Indonesia yang masuk ke wilayah tersebut bersifat komplementer.

Nilai perdagangan Indonesia ke Amerika Latin memang menunjukkan pertumbuhan yang positif, bahkan mengalami peningkatan di tahun 2021. Namun faktanya, Indonesia hanya menguasai sebagian kecil pangsa pasar di wilayah tersebut, yakni sebesar 0,5% saja. Nah, hal ini menunjukkan bahwa besaran nilai ekspor tidak selalu merepresentasikan skala penguasaan pangsa pasar. Artinya, peluang Indonesia untuk menjadikan negara-negara di wilayah Amerika Latin dan Karibia sebagai target pasar ekspor masih terbuka lebar.

Baca Juga: Potensi Ekspor Makanan Olahan Kemasan Dari Indonesia

Melihat adanya peluang tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (Kemenperindag) berupaya terus melakukan terobosan, agar jenis produk yang tembus pasar Amerika Latin dan Karibia semakin beragam. Selain itu, tentunya kegiatan ekspor ke wilayah tersebut diharapkan terus kontinu dengan nilai ekspor yang semakin besar dari tahun ke tahun. Dengan demikian, pasar Amerika Latin dan Karibia tak lagi menjadi pasar non-tradisional, tetapi pasar tradisional.

Perlu diketahui bahwa wilayah Amerika Latin dan Karibia memiliki potensi ekonomi yang besar. Hal ini tampak dari jumlah populasinya yang mencapai 630 juta jiwa dengan total PDB sebesar US$ 5,78 triliun pada 2018. Sebab itu, Kemendag mendorong para pelaku usaha di Indonesia, utamanya UKM untuk membidik ekspor wilayah potensial tersebut. Dorongan ini diberikan dalam bentuk keterbukaan informasi pasar dan berbagai tips untuk bisa menembus pasar Amerika Latin dan Karibia, terutama negara Brasil dan Argentina.

Besarnya peluang ekspor di wilayah Amerika Latin dan Karibia bagi pelaku UKM didukung dengan kemiripan karakteristik antara populasi negara-negara di wilayah tersebut dengan Indonesia. Konsumen di wilayah Amerika Latin dan Karibia, terutama negara Brasil cenderung memiliki loyalitas yang tinggi terhadap brand favorit.

Baca Juga: Potensi Ekspor Minyak Atsiri Indonesia

Tak hanya itu, mereka juga sensitif terhadap harga. Apalagi munculnya pandemi Covid-19 juga mempengaruhi ekonomi yang berdampak pada perilaku konsumen. Mereka cenderung lebih memilih untuk membeli produk yang berkualitas baik dengan harga yang murah, atau ketika sedang ada promosi. Hal ini tentu saja menciptakan peluang bagi produk UKM Indonesia untuk bersaing di pasar Amerika Latin dan Karibia.


Ragam Produk Unggulan yang Potensial Diekspor ke Amerika Latin

Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang melimpah dan warga negara yang kreatif. Tak heran jika negeri ini begitu produktif menghasilkan produk berkualitas dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk diekspor ke mancanegara.

Meski tak semua jenis produk dapat diekspor ke semua pasar baik tradisional maupun non-tradisional, namun setidaknya produk-produk buatan Indonesia berpotensi untuk menembus pasar internasional, salah satunya wilayah Amerika Latin. Adapun jenis produk yang telah merambah di pasar Amerika Latin diantaranya sebagai berikut.

1. Makanan olahan

Industri makanan olahan di Indonesia maju pesat. Pasar makanan olahan tidak hanya diramaikan oleh perusahaan-perusahaan besar multinasional, tetapi juga UKM. Sayangnya, produk makanan olahan yang mampu menembus pasar Amerika Latin saat ini lebih didominasi oleh produksi perusahaan skala besar, yang salah satunya PT. Mayora Indah Tbk.

Baca Juga: Peluang Pasar Produk Frozen Food

PT. Mayora Indah Tbk menandatangani nota kesepahaman dengan Galletas Juanita SA de CA untuk mengekspor produk makanan olahan berupa permen, kopi, dan biskuit ke Meksiko senilai US$ 1 juta. Tak hanya ekspor ke Meksiko, perusahaan ini juga mengekspor produknya ke Kolombia sesuai dengan kesepakatan dagang dengan Sweet Brands SAS senilai US$ 255,5 ribu untuk produk berupa wafer stick, butter cookies, dan biskuit.

2. Kertas

Produk kertas banyak dilirik oleh pasar karena dinilai memiliki banyak manfaat dan lebih ramah lingkungan. Tak heran jika kertas menjadi salah satu komoditas favorit yang diincar di pasar Amerika Latin. Peluang ini tentu tidak disia-siakan oleh Indonesia, yang segera memanfaatkan perjanjian dagang dengan Chili sebagai hub di Amerika Latin.

Chili mengimpor produk kertas dari Indonesia, mulai dari kotak kardus (boxes and cases) hingga turunannya. Berdasarkan data Kemendag, ekspor ragam produk kertas ditargetkan senilai US$ 28,9 juta. Sementara khusus bahan kertas perekat, target ekspornya mencapai US$ 17,9 juta.

Baca Juga: Peluang Pasar Apparel

3. Kelapa parut

Keunikan Indonesia tercermin dari beragamnya produk unggulan yang berpotensi untuk diekspor ke wilayah Amerika Latin. Salah satunya adalah kelapa parut. Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Manado melakukan ekspor perdana komoditas unggulan Sulawesi Utara berupa kelapa parut ke Brasil sebanyak 104 ton, senilah Rp 2,8 miliar.

Pemerintah mendorong ekspor kelapa tidak hanya dalam bentuk kelapa bulat, tetapi juga olahannya yang nilainya lebih tinggi. Ekspor produk kelapa yang sudah diolah dalam bentuk kelapa parut (dessicated coconut), selain menambah nilai jual, juga dapat memperpanjang umur simpan sehingga produk lebih tahan lama.

Meski diekspor dalam bentuk olahan, produk kelapa parut tetap terjamin kualitasnya, karena dipilih dari bahan baku berkualitas, yaitu kelapa yang sudah tua sehingga mempunyai rendemen yang tinggi dan cita rasa yang baik. Selain itu, proses produksi juga higienis di setiap tahapannya, mulai dari pembuangan sabut dan tempurung kelapa, pembuatan testa, pencucian, balancing, pemarutan, pengeringan, pengukusan, pengeringan kembali hingga penggilingan. Produk kelapa parut sebelum diekspor telah melalui serangkaian tindakan karantina hingga dinyatakan sehat, aman, dan memenuhi persyaratan negara tujuan.

Baca Juga: Potensi UMKM Purbalingga Menembus Pasar Ekspor

4. Spare part otomotif

Peluang pasar di wilayah Amerika Latin yang disorot oleh Indonesia adalah kebutuhan akan spare part otomotif. Meski industri otomotif di negara-negara kawasan Amerika Latin sebagian besar pangsa pasarnya telah dikuasai Jepang, namun konsumen di wilayah tersebut membutuhkan pasokan suku cadang kendaraan baik motor maupun mobil.

Dalam hal ini, Indonesia berani bersaing dengan negara-negara lain bahkan Jepang sekalipun untuk memenuhi kebutuhan domestik konsumen di wilayah Amerika Latin. Tidak masalah meski mobil buatan pabrikan Jepang, namun suku cadangnya buatan Indonesia.

5. Kopi

Kopi menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia yang telah diekspor ke berbagai negara. Beberapa negara di wilayah Amerika Latin seperti Brasil dan Kolombia sebenarnya merupakan penghasil kopi. Meski demikian, kopi Indonesia yang memiliki aroma dan cita rasa yang khas sangat potensial untuk diekspor ke Amerika Latin, dan siap bersaing dengan produk lokal mereka.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Kopi

Pada dasarnya warga di wilayah Amerika Latin adalah penikmat kopi. Hal ini tentu menjadi peluang pasar bagi Indonesia untuk menawarkan cita rasa kopi yang berbeda khas negeri seribu pulau. Di sini, Kemenlu siap bersinergi dan memberikan fasilitas kemudahan kepada para eksportir kopi untuk mengekspor produknya ke Amerika Latin.

Ekspor komoditas kopi ke Amerika Latin lebih ditekankan pada kualitas ketimbang kuantitas. Meski bersaing dengan kopi lokal, namun kopi Indonesia menawarkan cita rasa yang berbeda. Kopi Indonesia tergolong specialty coffee yang sudah punya pasar dan segmen tersendiri, sehingga lebih eksklusif, single origin, dan bisa dinikmati oleh konsumen dari kalangan menengah ke atas.

6. Tekstil

Tekstil dan produk tekstil Indonesia turut meramaikan pasar Amerika Latin dan Karibia. Meski berkurang selama pandemi Covid-19, namun kini ekspor tekstil ke wilayah tersebut kembali digenjot. Produk tekstil Indonesia diekspor ke Chili, Uruguay, Kolombia dan Argentina.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Tekstil Kreatif

Pasar Amerika Latin membutuhkan tekstil benang untuk bahan baku alas kaki. Atas dasar kebutuhan tersebut, industri tekstil Indonesia berpeluang untuk menjadi pemasok bahan baku industri wilayah Amerika Latin, terutama Argentina. Sebab, warga Argentina memiliki tingkat permintaan yang tinggi terhadap produk yang berkaitan dengan olahraga dan alas kaki.

Berdasarkan data Kemendag, ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika Latin selama periode Januari – Juli 2020 tercatat US$ 5,01 miliar. Nilai ekspor tersebut diyakini akan terus meningkat seiring dengan mulai pulihnya perekonomian global dari pandemi Covid-19. Untuk itu, pemerintah memberikan dukungan penuh terkait pemanfaatan peluang ekspor produk tekstil ini, dalam bentuk pelatihan, penyederhanaan perizinan, insentif, dan percepatan penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA).

Ekspor Indonesia ke wilayah Amerika Latin sebenarnya tidak hanya mencakup produk-produk yang telah dijelaskan di atas, tetapi ada produk lain seperti olahan kayu, komoditas pertambangan, handycraft, perikanan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal ini semakin memperlebar peluang perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara di wilayah Amerika Latin. Apalagi didukung dengan kesepakatan dagang yang membebaskan bea masuk untuk sebagian jenis produk dari Indonesia. Nah, Sahabat Wirausaha bisa memanfaatkan peluang ini agar produknya bisa turut meramaikan pasar di wilayah Amerika Latin.

Baca Juga: Cost, Insurance, dan Freight (CIF)


Hambatan Ekspor ke Wilayah Amerika Latin

Peluang ekspor yang terbuka lebar dan besarnya potensi pasar di wilayah Amerika Latin bukan berarti tanpa hambatan. Selama ini wilayah Amerika Latin masih menjadi pasar ekspor non-tradisional bagi Indonesia. Sebab itu, nilai ekspor ke wilayah tersebut tergolong masih kecil, sehingga masih potensial untuk terus ditingkatkan.

Beberapa hambatan yang dihadapi Indonesia dalam upaya mendorong peningkatan ekspor ke wilayah Amerika Latin yakni sebagai berikut.

1. Jarak jauh dan akses terbatas

Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, wilayah Amerika Latin memang belum terlalu populer sebagai negara tujuan ekspor bagi Indonesia. Hal ini disebabkan adanya kendala geografis, di mana jarak wilayah tersebut yang dinilai cukup jauh dari Indonesia.

Selain itu, akses bisnis atau dagang ke wilayah ini juga bisa dikatakan masih sangat terbatas. Artinya, banyak pengusaha Indonesia yang belum memiliki jaringan di negara-negara wilayah Amerika Latin.

Baca Juga: Apa itu Bill of Lading?

2. Biaya logistik yang tinggi

Di banyak negara, status pandemi Covid-19 telah berubah menjadi endemi. Artinya perekonomian global mulai bangkit kembali. Sayangnya, kebangkitan perekonomian ini tidak diiringi dengan kesiapan dalam hal sarana prasarana yang mendukung perdagangan internasional.

Setelah vakum kurang lebih dua tahun, geliat ekonomi terjadi secara bersamaan. Setiap negara mulai kembali melakukan perdagangan baik ekspor maupun impor. Akibatnya, timbul permasalahan kelangkaan kontainer, sehingga menghambat proses pengiriman barang lintas negara. Tingginya tingkat permintaan terhadap kontainer tetapi tidak didukung dengan ketersediaannya yang mencukupi, mengakibatkan lonjakan biaya logistik, sehingga menghambat aktivitas perdagangan global.

3. Pengenaan bea masuk

Wilayah Amerika Latin di mata Indonesia tampak kurang ‘seksi’ sebagai pasar potensial ekspor. Sebab itu Indonesia belum memiliki kesepakatan dagang baik berupa Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) maupun Free Trade Agreement (FTA) dengan negara-negara di wilayah tersebut, kecuali Chili. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan pasar wilayah Amerika Latin, Indonesia menggunakan Chili sebagai hub guna memasarkan produk-produk Indonesia.

Baca Juga: Memantau Peluang Pasar Ekspor melalui Platform Alibaba

Ketiadaan kesepakatan dagang dengan negara-negara Amerika Latin mengakibatkan bea masuk yang dikenakan untuk barang-barang ekspor dari Indonesia cukup tinggi. Ke depannya, Indonesia akan menjalin kesepakatan dagang dengan empat negara di wilayah Amerika Latin, yaitu Brasil, Argentina, Paraguay, dan Uruguay.


Terobosan Pemerintah Mendorong Peningkatan Ekspor ke Amerika Latin

Pemerintah Indonesia berusaha terus mendorong para pelaku usaha agar mampu menghasilkan produk berkualitas sehingga siap bersaing menembus pasar Amerika Latin, termasuk juga UKM. Kabar gembira bagi UKM bahwa karakteristik konsumen di Amerika Latin mirip dengan konsumen Indonesia, yang cukup sensitif terhadap harga. Mereka ingin barang berkualitas dengan harga yang murah. Nah, peluang ini tentu bisa dimanfaatkan oleh para pelaku UKM.

Untuk meningkatkan nilai ekspor ke Amerika Latin, pemerintah melakukan terobosan sebagai berikut.

1. Menyelenggarakan Forum Bisnis Indonesia – Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC)

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memfasilitasi para pelaku usaha untuk bisa menjangkau pasar Amerika Latin dan Karibia dengan menyelenggarakan Forum Bisnis INA-LAC (Indonesia – Latin America and the Caribbean) setiap tahun. Dimulai sejak 2019, Forum Bisnis INA-LAC bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi, perdagangan, dan investasi antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor

Pada tahun 2020, komitmen dagang yang berhasil dicatat dari forum bisnis ini senilai US$ 71,02 juta atau setara dengan Rp 998,32 miliar. Selain itu, juga tercatat potensi kesepakatan bisnis senilai US$ 14,36 juta atau setara Rp 202,34 miliar. Harapannya, nilai komitmen dagang yang tercipta dari forum bisnis ini akan meningkat setiap tahunnya.

Tak hanya menyelenggarakan forum bisnis, Kemenlu juga menyediakan platform digital ina-access.com, sebagai media untuk memamerkan produk perdagangan, menjaring investasi, dan mempromosikan pariwisata secara virtual. Platform tersebut juga memungkinkan para pelaku usaha untuk saling berinteraksi yang mengarah pada terciptanya kesepakatan bisnis.

2. Menjalin kerja sama ekonomi

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjalin kerja sama ekonomi untuk meningkatkan perdagangan dengan negara-negara Amerika Latin. Kerja sama dengan Brasil menyangkut perdagangan, pertanian, dan teknologi biofuel. Sementara dengan Meksiko, Indonesia telah memiliki beberapa kesepakatan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan diplomatik, energi antara PT. Pertamina dengan Petroleos Mexicanos, dan bidang pertanian.

Baca Juga: Menentukan Target Negara untuk Ekspor

Selain menjalin kerja sama ekonomi, Kemendag juga membantu persiapan ekspor dengan memberikan fasilitas pembiayaan. Tujuannya untuk memperlancar kegiatan ekspor yang berisiko mengalami hambatan karena adanya pengetatan likuiditas perbankan akibat krisis perekonomian global.

3. Membuat kesepakatan dagang

Tanpa kesepakatan dagang yang berlaku secara legal, maka perdagangan internasional antar-negara akan sulit dilakukan. Jika pun bisa, maka akan dibebani dengan bea masuk yang tinggi sehingga memperberat biaya ekspor.

Untuk mendorong peningkatan ekspor ke Amerika Latin, pemerintah Indonesia melalui Kemendag berupaya meningkatkan hubungan ekonomi dengan membuat kesepakatan dagang dalam bentuk Indonesia Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC CEPA) atau Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dengan Chili, yang berlaku sejak 2019.

Baca Juga: Potensi Ekspor Makanan Olahan Kemasan Dari Indonesia

Tak hanya sebatas dengan Chili, Indonesia juga menjalin kesepakatan dagang dengan negara-negara Amerika Latin lainnya yang saat ini masih dalam proses pre-negosiasi. Bentuk kesepakatan berupa CEPA dengan blok perdagangan Mercosur, yang terdiri dari lima negara yaitu Argentina, Brasil, Paraguay, Uruguay, dan Venezuela.

Pasar Amerika Latin masih sangat terbuka untuk produk-produk unggulan dari Indonesia. Tak hanya dari perusahaan skala besar saja, tetapi juga produk UKM. Nah, hal ini tentu menjadi peluang bagi Sahabat Wirausaha yang sayang jika dilewatkan. Sahabat Wirausaha berkesempatan untuk menembus pasar Amerika Latin selama produknya berkualitas dan memenuhi standar ekspor. Tak perlu khawatir, karena pemerintah telah membuka jalan dan bersedia memberikan pendampingan bahkan fasilitas bagi pelaku UKM yang produknya siap ekspor. Ayo, manfaatkan kesempatan ini, karena sekarang saatnya UKM naik kelas!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. Bisnis.com. Ekspor ke Amerika Latin dan Karibia Makin Potensial
  2. Kemenperin.go.id. Amerika Latin Jadi Fokus Promosi Ekspor
  3. Antaranews.com. Indonesia Ajak Negara Amerika Latin, Karibia Tingkatkan Perdagangan
  4. Liputan6.com. Kemendag Ajak UKM Bidik Ekspor ke Amerika Selatan
  5. Sindonews.com. Brazil, Jadi Negara Tujuan Ekspor Baru Kelapa Parut Sulut
  6. Kementerian Perindustrian. Amerika Latin Jadi Fokus Promosi Ekspor