Narapidana identik dengan perilaku negatif dan kriminalitas. Hal ini tidak terlepas dari definisi narapidana sendiri yang berarti orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana atau terhukum.
Akan tetapi status tersebut tidak menyurutkan Charles Hearne untuk memperbaiki diri dan menjadi orang yang lebih baik. Setelah 6 tahun sejak pertama kali berada di penjara, dia justru terlibat sebagai manajer pada sebuah komunitas kewirausahaan bagi para narapidana. Dia juga berhasil menyelesaikan program sarjana pada 2018 dengan bidang administrasi bisnis di University of Houston.
Kesuksesan Charles Hearne hanyalah satu dari banyaknya narapidana yang mengikuti program Prison Entrepreneurship Program (PEP) yang dijalankan oleh lembaga pemasyarakatan di Texas. Program ini telah mengubah nasib ribuan narapidana dan memberikan kesempatan kedua bagi mereka untuk mampu diterima di masyarakat. Tidak hanya itu, berbagai manfaat juga didapatkan dari program tersebut. Untuk lebih lanjutnya, yuk kita membahas bagaimana program PEP ini dijalankan.
Latar Belakang PEP
Narapidana merupakan bagian dari masyarakat yang tidak dapat diabaikan. Berdasarkan data yang tersedia, lebih dari 650.000 laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat menjadi narapidana baru setiap tahunnya. Perlu diperhatikan bahwa setelah mereka menyelesaikan masa tahanan, mereka akan kembali menjadi bagian masyarakat dan memiliki peran sosial maupun ekonomi.
Akan tetapi, data lain juga menunjukkan bahwa 43,4 persen dari narapidana yang menyelesaikan tahanan kembali ditangkap karena kriminalitas. Kajian yang kemudian dilakukan oleh kongres kemudian merekomendasikan bahwa para narapidana ini harus dibekali oleh sesuatu yang mengubah hidup mereka setelah bebas.
Kondisi ini yang kemudian membuat PEP, sebuah organisasi non profit berdiri dan melakukan edukasi kewirausahaan di lembaga pemasyarakatan. PEP memiliki misi untuk memberikan “kotak kebebasan” bagi para narapidana, khususnya untuk belajar dan meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan modal sosial yang dapat digunakan oleh mereka untuk memperbaiki diri, keluarga serta komunitas di luar penjara. Tema kewirausahaan sendiri dipilih oleh PEP dengan mengangkat peran narapidana sebagai CEO bagi diri mereka sendiri.
Secara umum, program tersebut terdiri dari dua kegiatan yang dilaksanakan selama 9 bulan terakhir di dalam penjara serta kegiatan setelah mereka menyelesaikan masa tahanan. Program pertama adalah 3 bulan Leadership Academy dimana para peserta akan dilatih untuk mengembangkan karakteristik dan kepribadian mereka.
Program selanjutnya adalah 6 bulan Business Plan Competition (BPC) dimana para peserta akan mengembangkan proposal bisnis mereka sendiri dan melakukan pitch kepada sukarelawan. Para lulusan program ini akan mendapatkan sertifikat kewirausahaan dari Baylor Unversity’s Hanmaker School of Business.
Terakhir, setelah menyelesaikan masa tahanan, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pembiayaan dari stakeholder PEP dan pinjaman Kiva, sebuah proyek pemberian pembiayaan mikro.
Sebagai sebuah lembaga non profit, PEP sendiri mengandalkan sumber pembiayaan internal dalam operasionalnya. Setiap tahunnya, PEP memiliki budget sebesar 2,4 juta dolar Amerika yang mayoritas berasal dari yayasan. Selain itu, beberapa individu dan perusahaan serta organisasi keagamaan juga memberikan bantuan pembiayaan bagi PEP. Staf PEP sendiri didominasi oleh lulusan dari program PEP sebelumnya. Hal ini menunjukkan sebuah proses rekrutmen yang berkelanjutan dari program PEP.
Baca Juga: RCEP Jadi Peluang Emas Bagi UMKM di Korea Selatan, Game Changer Bagi Indonesia?
Siapa saja yang bisa mengikuti PEP?
Dalam melakukan perekrutan, PEP mengumpulkan para laki-laki dari beberapa penjara yang ada di Texas, dengan lebih dari 60 penjara secara total. Setelahnya, para narapidana ini akan direlokasi ke satu di antara dua penjara yang telah disiapkan untuk mengikuti program. PEP juga memberikan syarat bahwa peserta setidaknya telah menempuh sekolah menengah atas, tidak sedang terlibat sebagai anggota gang dan bukan pelaku kekerasan seksual.
Berdasarkan penyisiran yang dilakukan, setidaknya hampir 5.000 laki-laki setiap kuartalnya dihubungi oleh PEP dan diundang untuk mengikuti program. Dari semua daftar tersebut, hanya 1.600 laki-laki yang membalas dan menyatakan tertarik. Selanjutnya, hanya 960 laki-laki yang melengkapi formulir aplikasi sebanyak 20 halaman. Pada akhirnya, PEP memilih 240 orang setiap kuartal yang berarti hanya sebanyak 5 persen dari jumlah laki-laki yang memenuhi syarat serta 25 persen dari total pendaftar.
Setelah memilih kandidat, PEP kemudian mengirimkan daftar kandidat tersebut kepada Texas Department of Criminal Justice (TDCJ) untuk kemudian diseleksi kembali. Dalam prosesnya TDCJ mungkin menolak beberapa kandidat berdasarkan sikap, kesehatan dan kesulitan logistik untuk melakukan pemindahan narapidana. Biaya pemindahan narapidana sendiri dibantu oleh TDCJ, sedangkan biaya akomodasi dan rekrutmen para narapidana ditanggung oleh PEP.
Memulai PEP dengan Leadership Academy
Dalam memulai kegiatan PEP, program pertama yang dijalankan adalah Leadership Academy. Program ini dijalkan selama 3 bulan dengan detail 20 jam kelas setiap pekan, 5 hari dalam seminggu, selama 12 pekan. PEP menyusun kurikulum dengan nama Effective Leadership yang kemudian diajarkan oleh para lulusan PEP yang dikenal sebagai servant leaders.
Selain itu, PEP juga menyertakan modul keagamaan yang diajarkan langsung oleh organisasi keagamaan setempat. Pada pelatihan ini, para peserta diajarkan untuk belajar mengenai etik serta norma kehidupan. Peserta diharapkan mampu menjauhi perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan yang tidak sesuai dengan etika dan norma tersebut.
Dalam memberikan pelatihan ini, PEP tidak hanya menggunakan pendekatan formal dan hard skill pada umumnya. Sebaliknya, PEP justru memasukkan materi-materi yang bersifat ringan dan dapat membangun karakter para peserta.
Sebagai contoh, para peserta diberikan nama-nama lucu untuk membangun kebersamaan antar peserta dan tidak berfokus pada masa lalu mereka. Beberapa kegiatan hiburan juga disertakan seperti berdansa dan bercerita juga dilakukan untuk mencairkan suasana. Hal ini tidak terlepas dari 10 nilai utama PEP dimana diantarinya terdapat fun dan love. Meskipun pelatihan ini adalah bagian dari pembangunan kemampuan berwirausaha, pelatihan ini menekankan terlebih dahulu mengenai perbaikan karakter dan kepribadian.
Gabung jadi Member ukmindonesia.id buat update terus info seputar UMKM dan peluang usaha!
Pelatihan perencanaan bisnis secara intensif
Setelah menyelesaikan pelatihan Leadership Academy, para peserta kemudian masuk pada fase selanjutnya, yaitu Business Plan Competition. Pelatihan ini dilakukan selama 6 bulan yang terdiri dari 1.000 jam kelas. Metode pelatihan ini sendiri dapat dikatakan sebagai mini-MBA dimana para peserta mempelajari kewirausahaan, public speaking, akuntansi dan cara membuat dan mempresentasikan rencana bisnis. Selama masa BPC ini, para peserta akan melakukan pitching sampai 120 kali kepada para sukarelawan.
Selama masa BPC, PEP sendiri menyiapkan beberapa kegiatan utama, yang terdiri dari:
- Think Tank dimana para peserta dipertemukan dengan sukarelawan eksekutif PEP untuk berdiskusi one-on-one terkait ide bisnis mereka dan mendapatkan masukan terkait pitch yang akan dibaut.
- Venture Capital Panels dimana para peserta mempresentasikan ide bisnis mereka selama 3 menit untuk kemudian mendapat masukan dari para sukarelawan eksekutif PEP.
- Execllence in Eiquette dimana para peserta mendapatkan pelatihan dari pakar etik, yaitu Colleen Rickenbacher mengenai perilaku bisnis dan kemampuan interpersonal serta etika yang harus dipegang.
- Pitch Day dimana para peserta melakukan presentasi 7 menit kepada panel yang terdiri dari beberapa sukarelawan eksekutif untuk memberikan kembali masukan yang dapat digunakan untuk menyempurnakan rencana bisnis yang akan dipresentasikan pada kegiatan utama BPC.
- Business Plan Competition dimana kegiatan ini merupakan kegiatan utama. Para peserta akan melakukan presentasi selama 10 menit di hadapan para sukarelawan eksekutif. Para sukarelawan tersebut akan bertindak sebagai juri untuk kemudian memilih pemenangnya setelah melalui beberapa putaran.
- Graduation dimana para peserta PEP beserta keluarga dan kerabat menghadiri kegiatan kelulusan. Mereka akan menerima diploma dan sertifikat dari Baylor University. Setiap lulusan terbaik akan mendapat kesempatan untuk memberikan kalimat kelulusan bersamaan dengan staf PEP. Pada kesempatan ini juga para peserta akan mendapat kesempatan untuk melakukan wawancara kerja dengan stakeholder dari PEP.
Setelah melalui kelulusan tetapi belum menyelesaikan masa tahanan, para alumni PEP dapat berperan sebagai servant leaders. Servant leaders kedepannya akan berperan sebagai mentor bagi partisipan berikutnya dalam kegiatan PEP. Mereka akan mengajar pada Leadership Academy dan menjadi guru sejawat bagi para peserta pada sesi BPC.
Dampak penting dari PEP
Tidak dapat dinafikan lagi bahwa PEP memiliki berbagai manfaat yang didapatkan oleh peserta. Salah satu manfaat utama dari PEP adalah meningkatnya kesempatan kerja dari para narapidana. Hal ini tidak terlepas dari jejaring yang diciptakan oleh PEP itu sendiri.
Pada salah satu angkatan PEP, 40 laki-laki yang bekerja di sektor perminyakan menemukan pekerjaannya dari jejaring yang mereka miliki saat mengikuti PEP. Lebih dari itu, 70 orang lainnya dipekerjakan oleh sesama rekannya di PEP yang memiliki bisnis selain sektor perminyakan. Apabila dilihat lebih luas, sebanyak 7 persen dari peserta PEP dipekerjakan oleh peserta lain yang memiliki bisnis.
Selain peningkatan peluang kerja para eks-narapidana, program PEP juga berhasil menjembatani para narapidana saat keluar dari lapas pertama kali. Program rumah transisi yang dimiliki oleh PEP membuat mereka mampu menampung para narapidana ketika pertama kali menyelesaikan masa tahanan mereka. Berdasarkan data, sebanyak 70 persen lulusan PEP akan tinggal di rumah transisi tersebut selama 3 hingga 6 bulan yang membuat mereka benar-benar siap untuk kembali ke lingkungan masyarakat.
Program PEP juga meningkatkan kondusivitas lingkungan tahanan. Seperti yang diketahui, para narapidana yang mengikuti program PEP tetapi belum menyelesaikan masa tahanannya akan menjadi mentor bagi peserta lain. Kondisi ini membuat proses pembelajaran sesama narapidana terjadi dan proses pendalaman materi menjadi lebih meluas.
Selain beberapa manfaat di atas, terdapat beberapa manfaat lainnya seperti dukungan yang luas dari masyarakat terhadap pemberdayaan narapidana. Dengan pemberdayaan yang tepat, para narapidana dapat diharapkan untuk menjadi individu yang lebih baik dan berpartisipasi menjaga lingkungan sosial. Dukungan ini dapat terlihat dari tingginya tingkat donasi yang diberikan oleh masyarakat Texas kepada PEP.
Baca Juga: Bersaing di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Siapa Takut? Berikut Strategi yang UMKM Bisa Lakukan!
Sinergisitas Antara Pihak Untuk Pendidikan Kewirausahaan
Dengan berbagai manfaat tersebut, peran pendidikan kewirausahaan terhadap narapidana memiliki peran yang signifikan, tidak hanya untuk narapidana tersebut tetapi juga untuk masyarakat umum. Pendekatan yang dilakukan oleh PEP di lingkungan lembaga pemasyarakatan di Texas dapat menjadi sebuah contoh yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Hanya saja seperti yang terlihat, peran tersebut tidak selalu harus diambil oleh pemerintah. Sahabat wirausaha juga dapat berperan dengan menginisiasi lembaga non profit dan menjalankan peran serupa. Kunci terpenting dalam menghidupkan kewirausahaan di lingkungan lembaga pemasyarakatan sendiri adalah melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.
Referensi:
- American Enterprise Institute, 2016, The Prison Entrepreneurship Program, https://www.aei.org/wp-content/uploads/2016/12/Prison-Entrepreneurship-Program.pdf
- CNBC Make it, 2017, Texas program is turning thousands of ex-cons into entrepreneurs, https://www.cnbc.com/2017/03/22/texas-program-turns-ex-cons-into-entrepreneurs.html