Setelah lebih dari satu tahun silam semenjak pandemi Covid-19 terjadi, banyak sekali ragam jenis bisnis yang bermunculan. Di tengah pergolakan mayarakat melawan virus corona, ternyata justru memberikan tempat untuk bisnis baru tumbuh.

Dengan banyaknya varian virus baru yang bermunculan dari covid-19 ternyata memberikan sudut pandang lain dari sisi para ahli. Banyak dari para ahli justru malah khawatir jika COVID-19 tidak akan benar-benar hilang dari muka bumi. Meskipun pemerintah sudah mengupayakan melakukan vaksinasi serentak kepada warga negaranya, ternyata dampak dari virus ini akan sulit untuk dipulihkan atau akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa kembali normal seperti sebelumnya.

Baca Juga: Tren Belanja Online dalam Era New Normal

Salah satu dampak yang paling terasa adalah pada sektor ekonomi. Dimana banyak para pelaku usaha yang terpaksa harus gulung tikar atau merubah haluan bisnisnya menyesuaikan kondisi saat ini. Untuk itu, jika para pelaku usaha ingin tetap bertahan berada di dunia bisnis, maka mereka mau tidak mau, suka tidak suka harus cepat beradaptasi. Oleh karena itu, akan menjadi lebih penting dari sebelumnya untuk mempersiapkan usaha mikro, kecil dan menengah Indonesia untuk tetap bisa bertahan dan berkembang pada situasi seperti itu.

Pada keadaan terdesak seperti saat ini, banyak wanita yang terpaksa terjun ke dalam dunia kerja termasuk ke dalam dunia jual beli secara daring (e-commerce). Namun ada hal menarik yang bisa dikaji lebih jauh lagi, yaitu terkait bagaimana kinerja bisnis yang dimiliki oleh wanita di platform marketplace. Selain itu, bagaimana peran pemerintah serta platform e-commerce terkait dapat membantu mereka bertahan dan berkembang selama pandemi COVID-19 dan seterusnya. Yuk kita bahas bersama di artikel bedah kasus ini.


Fakta-Fakta Menarik Penjual Online Wanita

Berikut merupakan beberapa temuan di lapangan yang berkaitan dengan para pedagang wanita yang terlibat di dunia e-commerce:

Baca Juga: Tren Belanja Online (B2C) Dalam Era New Normal

  1. Penjual online wanita memiliki usia yang relatif masih muda dan merupakan kalangan yang terpelajar dan memiliki latar pendidikan yang bagus.
  2. Penjual online wanita termasuk kelompok yang memiliki produk yang dikhususkan untuk wanita
  3. Penjual online wanita merupakan ibu rumah tangga dan kalangan pelajar

Menariknya, para penjual online wanita ini memiliki ukuran bisnis yang serupa dengan penjual laki-laki di e-commerce. Namun, justru untuk kalangan sesama penjual online wanita ini terdapat beberapa anomaly seperti berikut:

  1. Penjual wanita yang baru memasuki ranah online biasanya lebih unggul daripada penjual wanita yang sebelumnya sudah ada.
  2. Penjual wanita dari kalangan pelajar dan karyawan yang bekerja paruh waktu besar kemungkinan baru memasuki dunia e-commerce pada saat pandemi terjadi dibandingkan dengan apenjual laki-laki yang sudah ada jauh sebelum pandemi ada.
  3. Penjual wanita dari kalangan pelajar biasanya lebih menyukai mengalihkan kategori produknya yang identik dengan penjualan lebih tinggi.
  4. Wanita dengan kesibukan sebagai karyawan full-time cenderung memiliki sedikit kemungkinan untuk melakukan bisnis dibandingkan dengan penjual laki-laki.

Adapun untuk program bantuan yang diberikan antara penjual wanita dengan penjual laki-laki memiliki kesamaan. Namun, pada jenis pilihan dan pemanfaatannya yang berbeda. Pada penjual wanita, cenderung memilih bantuan yang berupa pendanaan secara cash dibanding dengan penjual laki-laki. Selain itu, pada pemanfaatan dana yang didapatkan, penjual wanita memiliki kemungkinan yang besar untuk disimpan disbanding dengan penjual laki-laki.

Data menyebutkan jika dalam tiga tahun terakhir dari tahun 2017 hingga tahun 2020, jumlah pedagang wanita mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat. Presentase yang didapatkan saat tahun 2017 adalah sebesar 2,7%. Sedangkan pada tahun 2020 bertambah menjadi 7,5%. Angka ini didapatkan pada tiga bulan terakhir di tahun 2020, atau setara dengan 1,25 juta entrepreneur.

Baca Juga: Pelatihan dan Pendampingan Bagi Pengusaha Perempuan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Data lain juga menyebutkan jika penjual online wanita ternyata memiliki rentang usia yang lebih muda dibanding dengan penjual online laki-laki. Ada sekitar 58% dari total kaum hawa merupakan pedagang online. Sedangkan persentase untuk kaum adam adalah sekitar 53,2% dari total laki-laki.

Persentase tersebut berada di rentang usia 25 tahun sampai 34 tahun, dengan selisih angka 4,8% kaum wanita lebih banyak. Namun, jumlah untuk angkatan kerja antara laki-laki dan perempuan, ternyata persentase untuk angkatan kerja laki-laki lebih tinggi yaitu 24,4% dibanding dengan angkatan kerja perempuan yang hanya 21,9%.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Menurut survei sosial ekonomi secara nasional, 38% dari total penjual online wanita merupakan ibu rumah tangga. Wanita di atas usia 15 tahun menggunakan e-commerce untuk berjualan barang dan jasa.

Baca Juga: Manfaat dan Kebijakan Pemberdayaan Perempuan bagi Usaha

Sementara itu jumlah penjual online wanita yang berstatus sebagai ibu rumah tangga sekaligus menjadikan berjualan online sebagai mata pencaharian utamanya adalah sebesar 35%. Sedangkan, untuk pesentase penjual online laki-laki yang berstatus tulang punggung keluarga adalah sebesar 61%.

Dari data di atas menunjukkan bahwa 40% penjual online wanita merupakan wanita yang ingin membantu perekonomian keluarganya dengan menggunakan e-commerce sebagai sarana penjualannya untuk mendapatkan penghasilan utama. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional juga menyatakan bahwa 9,2% pengusaha online wanita merupakan tulang punggung dari keluarganya (Susenas, Maret 2020)

Namun, jika dilihat dari ukuran bisnisnya antara pengusaha wanita dan pengusaha laki-laki tidak jauh berbeda. Pada pengusaha wanita tercatat sebanyak 69,4% dari total pendapatan tahunan selama tahun 2019. Sedangkan pengusaha laki-laki sebesar 66,7%. Jumlah persentase wanita lebih unggul 2,7 persen. Akan tetapi angka ini tidak terlalu signifikan berpengaruh dan bisa dikatakan bahwa ukuran bisnis antara laki-laki dan wanita tidak jauh berbeda.

Adapun perbedaan yang jelas adalah jumlah persentase pedagang pada bisnis non-agricultural lebih besar tersebar pada usaha mikro baik untuk penjual laki-laki maupun perempuan. Bisnis non-agricultural ternyata banyak dilakukan oleh usaha mikro dengan persentase yang sangat tinggi.

Baca Juga: YCAB Foundation : Mengentaskan Kemiskinan Lewat Pembinaan Ultra Mikro

Jumlah persentase pada penjual online wanita adalah sebesar 93,1%. Sedangkan, pada penjual online laki-laki sejumlah 86,7%. Angka ini sangat jauh lebih besar dibanding dengan ukuran bisnis lainnya yang hanya 6,1% misalnya untuk ukuran bisnis menengah dengan bisnis yang dipegang oleh wanita.

Di sisi lain, pada penggunaan internet ternyata penjual online wanita memegang persentase yang cukup besar dibanding dengan penjual online laki-laki, yaitu sebesar 77,7%. Angka tersebut menunjukkan bahwa penjual online wanita lebih banyak mendominasi pasar online dibanding dengan penjual online laki-laki yang hanya sebesar 60,4%.

Sedangkan jika dilihat dari jenis produk yang diperjualbelikan, maka kelompok yang lebih banyak diminati adalah produk yang menyasar kebutuhan wanita seperti produk kosmetik kecantikan, pakaian wanita, dan busana musllim wanita. Bisa dilihat dari diagram berikut.


Kenapa Produk Khusus Wanita yang Lebih Dipilih Pedagang Wanita?

Diagram di atas menunjukkan penyebaran minat produk yang dimasukkan ke dalam kelompok produk wanita dan kelompok produk laki-laki. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki dan wanita. Dari data tersebut menunjukan bahwa produk yang banyak diminati oleh pedagang wanita adalah produk yang dikhususkan kepada wanita itu sendiri.

Baca Juga: Ragam Cara Mengembangkan Usaha dengan Mengoptimalkan Peran Pendamping/Mentor/Coach

Beberapa studi kasus tentang masalah ini menyebutan jika pengusaha perempuan lebih memilih kepada sektor yang kurang menguntungkan karena adanya keterikatan pada norma-norma yang ditemukan di tengah masyarakat.

Selain itu, kurangnya informasi pasar juga mendorong wanita untuk menjual produk yang hanya merka gunakan dan diketahui sendiri. Oleh karenanya, pasar yang di luar kebutuhan para wanita lebih sedikit pemainnya.

Ada beberapa alasan mengapa produk khusus wanita identik ke dalam kategori lower sales:

  1. Produk tersebut cenderung termasuk ke dalam barang yang memiliki nilai lebih rendah dibanding dengan produk kebutuhan laki-laki seperti otomotif dan elektronik.
  2. Adanya kompetisi yang tinggi pada produk khusus perempuan membuat persaingan yang tidak sehat dengan berbondong-bondong untuk menurunkan harga dengan tujuan menarik minat pembeli
  3. Selama pandemi COVID-19, kebanyakan para wanita mengurangi kebutuhan mereka, bahkan mereka cenderung menahan keinginan untuk membeli keperluannya seperti kosmetik, apparel, peralatan rumah tangga dll. Mereka lebih mengutamakan kebutuhan pokok dibanding produk tersebut.
  4. Perlu adanya usaha yang lebih banyak untuk penguasah wanita untuk bisa menembus kategori produk dan pasar yang lebih luas untuk membangun ketahanan usaha yang lebih menghasilkan higher sales.

Bagaimana Kondisi Pengusaha Wanita Sebelum Adanya COVID?

Wanita di Indonesia lebih memilih membuka usaha kecil-kecilan dan menjadi pekerja mandiri dengan tujuan untuk menambah pendapatan keluarga. Hal tersebut menjadi pilihan yang cukup menguntungkan dimana para wanita tidak perlu meninggalkan rumah dengan memasuki dunia kerja formal dan harus mengorbankan perannya sebagai seorang ibu.

Untuk itu, e-commerce dipandang sebagai solusi yang sering digunakan oleh para wanita untuk masuk ke dalam dunia kerja dengna ikut berjualan disana, terutama setelah melahirkan, mereka masih bisa melakukan hal produktif dan menghasilkan.

Baca Juga: Pendampingan Gratis Bagi UMKM Terdampak Covid-19

Norma sosial yang berkembang di masyarakat Indonesia khususnya, menetapkan bahwa pengasuhan anak menjadi tanggung jawab para ibu rumah tangga. Dimana norma ini sedikit banyak berpengaruh pada ruang lingkup dan ruang gerak dari para perempuan itu sendiri. Keterbatasan ruang gerak tersebut juga mempengaruhi pada pilihan dunia kerja jenis seperti apa yang akan diambil ke depannya.

Namun, menurut data dari OECD (2019) menyebutkan bahwa sepertiga dari responden tidak setuju dengan stigma pernyataan bahwa wanita dengan pekerjaan di luar rumah yang memiliki gaji lebih besar lebih diterima dalam keluarga. Hal tersebut karena pada kenyataannya para ibu rumah tangga pun tetap bisa menghasilkan tanpa harus bekerja di luar rumah.

Data sebelumnya menyebutkan jika para wanita yang terjun langsung ke dalam dunia e-commerce adalah ibu rumah tangga. Kebanyakan mereka menjual kebutuhan khusus yang diperlukan oleh kalangan wanita itu sendiri. Selain produk kecantikan seperti kosmetik ataupun pakaian wanita, mereka juga lebih banyak memilih untuk berjualan makanan dan minuman.

Dimana produk makanan dan minuman ini termasuk ke dalam kategori penjualan yang lebih rendah sementara beberapa produk yang biasa diperjualbelikan leh pedagang laki-laki cenderung memiliki nilai eknomis yang lbeih tingg, seperti elektronik dan sepeda motor atau kebutuhan otomotif lainnya.


Siapa Saja yang Terjun ke Dunia E-Commerce Selama Pandemi COVID-19?

Pengusaha wanita yang masih duduk di bangku kuliah atau masih beekerja sebagai karyawan paruh waktu lebih cenderung bergabung dengan e-commerce daripada pria. Begiu pula halnya dengn wanita yang bekerja penuh waktu sebagai karyawan di sebuah perusahaan dibandingkan dengan wanita lain pada umumnya. Hal tersebut menunjukan adanya keinginan dari kaum wanita untuk mencari sumber pendapatan lain sebagai alternatif penghasilan.

Baca Juga: PolicyLab COVID-19 VS UMKM: Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi

Hal tersebut tentu didukung juga dengan kondisi saat pandemic yang memungkinkan lebih banyak waktu luang yang dikarenakan pengurangan jam kerja dan penutupan sekolah. Selain kebutuhan untuk subtitusi pendapatan, hal tersbeut ditempuh juga karena akibat dari hilangnya pendapatan rumah tangga dari biasanya.

Selain itu, pedagang yang berasal dari kalangan pelajar lebih memungkinkan untuk memilih produk lain dengan beralih kategori produk dibandingkan dengna siswa laki-laki atau jenis pedagang lainnya.

Para pedagang dari kalangan pelajar ini lebih memilih beralih kategori produk sleama pandemic dengan tujuan untuk mengatasi perubahan preferensi konsumen. Dengan mengalihkan kategori produk dari yang biasanya dilakukan oleh para pedagang pada umumya memungkinkan akan mendapatkkan penjualan yang lebih tinggi dengan profit yang lebih besar.

Di sisi lain, karyawan paruh waktu dan penuh waktu memungkinkan mereka memiliki keterampilan bawaan untuk melakukan penjualan pada e-commerce dengan lebih baik. Mereka telah dibiasakan bekerja secara formal dan lebih terdidik dengan rutinitas dan jobdesc dari perusahaan.

Dengan mengalihkan kategori produk memungkinkan hal-hal berikut:

Pedagang yang memutuskan untuk beralih kategori produk dikaitkan dengan kinerja penjualan yang lebih baik

  1. Probabilitas yang lebih rendah untuk berada di bawah 40% dari kinerja penjualan
  2. Probabilitas yang lebih tinggi untuk berada di 10% teratas dari kinerja penjualan
  3. Penurunan penjualan yang lebih rendah dalan total pejualan antara bulan April dan November

Sayangnya pada saat pandemic COVID berlangsung, banyak dari pengusaha wanita memilih untuk menutup bisnisnya lebih dari tiga bulan. Hal ini dikarenakan beberapa fakto yang mempengaruhi seperti, 1. kurangnya modal yang menyokong berlangsungnya usaha, 2. kesibukan dengan tanggung jawab rumah tangga, misalnya mengurus anak-anak yang melakukan sekolah secara daring, 3. Beberapa produk yang berkaitan dengan kebutuhan wanita seperti pakaian mengalami penurunan minat.

Namun, tidak semua pedagang wanita rentan untuk menutup usahanya. Misalnya, pengusaha wanita yang juga memiliki kesibukan sebagai karyawan penuh waktu memiliki kemungkinan yang lebih kecil utnuk menutup usahanya dibandingkan dengan pengusaha laki-laki yang menjadikan berdagang sebagai mata pencaharian utamanya.

Baca Juga: Sumber-Sumber Pendapatan Pasif yang Perlu Diketahui

Salah satu alasan yang memungkinkan hal itu terjadi adalah menjadi karyawan penuh waktu dapat berarti memiliki banyak tabungan dan tambahan pendapatan konstan untuk menjaga arus kas bisnis online dan tetap buka meskipun selama masa-masa sulit di saat pandemi.


Saat ini e-commerce masih merupakan bagian dari solusi cerdas dari bisnis kewirausahaan yang terus berkembang pesat. Kesenjangan gender pun lebih kecil terjadi di e-commerce dibandingkan dengan bisnis yang terjadi secara offline. Perbedaan jelas yang terjadi pada platform e-commerce sebagian dijelaskan dalam pemisahan pekerjaan dan status pekerjaan.

Namun, disana tidak dijelaskan mengenai akses bantuan kepada pemerintah atau program dukungan bisnis lainnya terkait ukuran bisnis. Selain itu, di antara pedagan online wanita terdapat heterogenitas dalam hal kinerja penjualan, mekanisme koping, ketahanan bisnis, dll. Hal tersebut menunjukkan bahwa pedagang wanita tidak bisa dilihat sebagai satu kelompok agregat saja.

Ada hal menarik yang bisa dilihat dari sejumlah pedagang online wanita, yaitu beberapa pedagang wanita ternyata melakukan penjualan online lebih baik daripada yang lain dalam beberapa aspek bisnis,s eperti kinerja penjualan, mekanisme penanggulangan serta ketahanan bisnis. Kondisi ini tentu memberikan pelajaran bagaimana pedagang wanita dapat didukung di masa depan.

Berikut poin-poin yang bisa membantu untuk dapat mempromosikan dan meningkatkan kewirausahaan secara online:

Baca Juga: Percepat Pengembangan UMKM, Suku Bunga KUR Kembali Diturunkan Menjadi 6% perTahun

  1. Memberikan pelatihan bisnis dan menyediakan program dan membangun platform jaringan
  2. Menawarkan akselerator untuk pengusaha yang berorientasi pada pertumbuhan

Adapun upaya yang bisa meningkatkan partisipasi perempuan dalam kewirausahaan online adalah dengan menyediakan program menjahit dan pelatihan renana bisnis untuk wanita dengan anak kecil, mempromosikan akses ke perawatan anak dan lansia yang aman, andal, dan terjangkau.

Selain itu ada upaya untuk dapat menutup kesenjangan pengetahuan antara penjual online laki-laki dan perempuan adalah dengan melakukan studi analitis ntuk memahami perbedaan gender dalam aktivitas, keuntungan iklan bagi pengusaha online, serta menciptakan mindset berkembang yang dipasangkan dengan intervensi lain seperti pelatihan bisnis atau opsi pengasuhan anak.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.