Perkembangan kebudayaan Korea Selatan semakin menyebar luas di Dunia, tak terkecuali dirasakan pula bagi Indonesia. Kebudayaan ini berkembang melalui K-Pop, K-Drama, dan K-Food, fenomena ini disebut juga K-Wave (Korean Wave). Meningkatnya perekonomian Korea Selatan di Asia merupakan salah satu akibat dari meluasnya Korean Wave di Dunia.
K-Food merupakan bagian dari penyebaran kebudayaan Korea Selatan yang lebih dikenal sebagai gastrodiplomasi. K-Food mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia, mulai dari street food hingga restoran yang mengadirkan makanan Korea. Makanan Korea juga hadir dalam bentuk makanan siap saji yang banyak menghiasi rak-rak toko ritel di Indonesia.
Baca Juga: Pempek Kamsoli, Kuliner Palembang yang Hidupkan Semarang
Tingginya minat masyarakat Indonesia dalam mencoba makanan Korea Selatan ini dapat menjadi peluang bagi Sahabat Wirausaha dalam membuat bisnis kuliner yang menghadirkan makanan Korea sebagai menu utamanya.
K-Wave: Soft Diplomacy Korea Selatan Bagi Pecinta Kebudayaan Korea di Indonesia
Sebelum kita lebih jauh membahas tentang peluang pasar makanan Korea di Indonesia, ada baiknya untuk Sahabat Wirausaha mengetahui mengapa kebudayaan Korea berkembang dengan pesat dan diminati oleh masyarakat Indonesia.
Indonesia dikenal memiliki fanbase yang besar dan loyal bagi kebudayaan Korea melalui K-Pop dan K-Drama. Makanan Korea berkembang dengan luas dikarenakan oleh faktor tersebut. Twitter mengumumkan daftar negara yang paling banyak men-tweet terkait artis K-Pop sepanjang tahun 2019.
Indonesia berada pada peringkat 3 setelah Thailand dan Korea Selatan. Sedangkan untuk penayangan video K-Pop di Youtube, Indonesia berada pada peringkat 2 dengan persentase 9.9%, setelah Korea Selatan yang berada pada peringkat pertama dengan persentasi 10.1% (Won So, 2020).
Baca Juga: Belajar dari Kegagalan Bisnis Kuliner Ayam Bakar KO
Hal tersebut menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi kebudayaan Korea. Hal ini dimanfaatkan juga bagi pelaku bisnis untuk membangun bisnis yang menghadirkan kebudayaan Korea dalam bentuk Produk Skincare dan makeup, Merchandise, mode pakaian, dan makanan yang bertema Korea Selatan.
Perkembangan Makanan Korea di Indonesia
Perkembangan makanan Korea telah berkembang dengan pesat seiring tingginya minat penikmat K-Pop dan drama Korea. Makanan Korea ini telah berkembang dalam berbagai macam konsep, mulai dari restoran, kafe, makanan jalanan (street food), hingga makanan instant siap saji. Rasa yang pedas dan kaya rempah menjadi daya tarik bagi masyarakat sebab memiliki karakteristik yang sama seperti masakan Indonesia.
Terdapat beberapa restoran dan kafe yang menghadirkan makanan Korea yang telah disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia sebagai alternatif masyarakat dalam menikmati makanan Korea. Seperti Oppa Korean Food Cafe, Caffe Bane, dan Loona Cafe yang menghadirkan berbagai makanan korea yang telah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia dan juga memberikan spot foto yang instagramable.
Selain restoran maupun kedai ala Korea Selatan yang berdiri di Indonesia, banyak juga waralaba Korea yang ada di Indonesia diantaranya, seperti Bokki Bowl, Kkuldak, SamWon Group (Samwon House, Samwon Express, K-Drink), Lotteria, dan Mu Gung Hwa. Waralaba diatas menghadirkan makanan Korea selatan dengan rasa autentik, yang memberikan pengalaman seperti makan makanan khas Korea di negara asalnya.
Makanan instant Korea juga telah menghiasi rak-rak hipermarket hingga minimarket untuk memudahkan masyarakat menikmati makanan Korea. Seperti mie samyang, topokki, oden, ramyun, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Tang Kitchen: Usaha Kuliner yang Dirintis di Usia Muda
Perkembangan makanan Korea memiliki prospek yang baik dan selalu menghadirkan pengalaman yang menarik bagi konsumen. Setelah melihat perkembangan industri kuliner ala Korea ini apakah Sahabat Wirausaha berminat untuk menjadikan peluang bisnis?
Makanan Korea menjadi ‘Top of Mind’ Kuliner Luar Negeri
Di Indonesia telah tersedia berbagai macam makanan yang berasal dari luar negeri, mulai dari kuliner dari Negara Barat, Negara Timur Tengah, Hingga Negara Asia. Makanan dari Negara Asia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia, mulai dari beberapa kesamaan budaya dan cita rasa.
Diantara Negara Asia, kuliner Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Malaysia berkembang dan diterima dengan baik di masyarakat Indonesia. Kebudayaan negara tersebut telah lama berkembang dengan adanya hubungan diplomasi antar pemerintah, industri hiburan, hingga historis.
Kuliner Jepang dan Korea Selatan mengalami perkembangan yang pesat melalui industri hiburan. Jepang dengan Anime dan Korea dengan K-Pop sukses mendorong pertumbuhan industri kuliner di Indonesia. Anime dan K-pop memiliki basis fans yang sangat besar di Indonesia. Hal inilah yang menjadi katalis berkembangnya makanan dengan konsep Jepang dan Korea.
Baca Juga: Percepat Pertumbuhan UMKM Kuliner Dengan Cloud Kitchen
Namun, perkembangan makanan Korea saat ini lebih berkembang dan menjadi top of mind untuk kuliner luar negeri dengan adanya fans K-Drama dan K-Pop. Hal ini dikarenakan fans K-Pop aktif di media sosial dan memiliki basis fans yang besar dan tersebar di seluruh Indonesia.
Sumber: Twitter
Twitter merilis negara yang paling banyak men-tweet mengenai artis dan aktor Korea. Indonesia berada pada peringkat ketiga. Global Head of Kpop Partnerships Twitter, Kim Yeon Jeong mengatakan "Artinya, fans Indonesia sangat aktif di Twitter, seperti cuitan, retweet, like, dan membalas komentar. Berdasarkan audiens unik dan tweet volume ini, Indonesia merupakan negara yang sangat kuat".
Baca Juga: Langkah Mudah Jadikan Bisnis Restoran Lebih Ramah Lingkungan
Hal ini tentu saja mendukung pengusaha yang bergerak dibidang kuliner Korea memiliki perkembangan yang baik dan memiliki pangsa pasar yang luas. Nah Sahabat Kuliner kini telah mengetahui seberapa besar perkembangan dan proyeksi pasar bagi makanan Korea.
Potensi Makanan Jalanan (Street Food) Korea di Indonesia
Makanan jalanan telah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan harganya yang murah dan mudah di jumpai. Tentu kita sudah tidak asing dengan berbagai makanan jalanan Indonesia, tapi bagaimana dengan makanan jalanan khas Korea?. Tentu ini akan menarik perhatian konsumen.
Istafada Ilma Nafia, pemilik kedai makanan jalanan Hyugbi Toppoki. Ia menyediakan berbagai menu toppoki, dan juga terdapat menu lain seperti twigim (gorengan Korea), mandu, dan odeng. Ia mengaku setiap hari memproduksi 150 porsi toppoki yang selalu habis terjual, ketika akhir pekan ia menyediakan 200 porsi.
Harga yang ia tawarkan pun terjangkau, Harga toppoki dijual dengan harga Rp. 12.000 – Rp. 15.000, odeng dengan harga Rp.10.000, dan twigim dengan harga Rp.2.000 – Rp. 4.000. Fada mengaku omzet yang ia dapat mencapai hingga dua kali lipat dari modal yang dikeluarkan. Modal awal kurang lebih Rp. 9 juta dan omzet perbulan kini telah mencapai Rp.18.5 Juta.
Baca Juga: Tren-Tren Dalam GoFood/GrabFood yang Penting Bagi Digital Marketing
Nah Sahabat Wirausaha, walaupun makanan jalanan dan harga yang ditawarkan juga murah namun omzet yang ditawarkan menggiurkan juga loh. Dengan menawarkan makanan jalanan khas Korea Selatan ini Anda dapat menawarkan kuliner Korea dengan harga yang terjangkau bagi konsumen yang tertarik dengan makanan Korea.
Potensi Restoran dan Kafe yang Menghadirkan Kuliner Khas Korea
Jika Sahabat Wirausaha memiliki modal lebih bisa melirik restoran atau kafe yang menghadirkan kuliner khas Korea. Hal ini bukan tanpa sebab, dengan membangun bisnis konsep kafe akan memberikan lebih banyak nilai tambah dalam bisnis Anda dan membantu brand Anda menghadirkan konsep yang menarik perhatian bagi konsumen Anda.
Friska Permata Indah, pemilik Bokki Bowl, resto yang menyajikan makanan khas Korea, seperti topokki, rabokki, ramyon, bibimbap, kimchi, dan kimbap dengan harga berkisar Rp. 5.000 – Rp. 25.000. Ia mengaku bahwa bisnisnya menyasar konsumen kelas menengah.
Bisnis yang ia kembangkan sejak Oktober 2012 ini telah membuka empat gerai yang beroperasi di Bandung, Bogor, dan Banjarmasin. Lantaran banyak yang memiliki minat untuk mendirikan bisnis kuliner Korea ini, ia bahkan membuka kemitraan (Franchise).
Baca Juga: Peluang Pasar: All You Can Eat Shabu & Grill
Friska mengaku bahwa setiap resto dapat menghasilkan omzet berkisar Rp. 1,7 juta hingga Rp. 5 juta per harinya, tergantung skala resto. Ia juga optimis bahwa omzet masih dapat ditingkatkan lagi seiring dengan tingginya minat masyarakat dalam mencoba kuliner Korea.
Sebagai catatan, Makanan Korea ini telah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia, sehingga dapat dinikmati bagi mereka yang baru pertama kali mencoba. Selain itu, atmosfer Korea juga perlu dihadirkan untuk memberikan pengalaman baru bagi konsumen, baik dengan memakai dekorasi dan barang khas Korea hingga memajang foto-foto artis dan idol Korea. Hal ini penting agar konsumen dapat menikmati makanan Korea dengan baik dan ingin kembali untuk kesekian kalinya.
Potensi Makanan Instan dan Makanan Beku Khas Korea
Sumber: Koreakeun – Instagram
Bisnis makanan instan dan makanan beku memiliki kelebihan tersendiri, yaitu produk dapat dikirim melalui ekspedisi ke seluruh Indonesia. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan tersendiri karena dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
Baca Juga: Kisah Dimsum Ibu, Lahir Saat Pandemi Hingga Orderan Ala Bikin Candi
Berdasarkan data dari salah satu e-commerce di Indonesia, kategori makanan beku pada periode 1-18 Februari 2021 berhasil mencatat total penjualan sebesar Rp. 11,7 miliar dengan total transaksi lebih 448 ribu. Potensi yang sangat besar bukan?
Ada beberapa produk makanan beku khas Korea yang mendapatkan penjualan terbanyak di e-coomerce dalam periode tersebut, misalnya topokki, rabokki, dan bakmie.
Topokki beku yang dilengkapi dengan berbagai topping dan saus menjadi jawaban bagi seseorang yang menginginkan makanan Korea yang praktis. Dalam periode penjualan tersebut, Topokki Ter-Worth It dari Koreakeun meraih penjualan sebesar Rp. 128,8 juta, yang menjadikannya sebagai produk makanan beku khas Korea dengan penjualan tertinggi pada periode tersebut.
Rabokki beku juga mengalami peningkatan penjualan. Perpaduan mie dan tteokbokki ini digemari oleh masyarakat Indoneia yang berhasil meraih penjualan sebesar Rp. 120,9 juta pada periode yang sama.
Lalu Bakmie juga menyusul sebagai makanan beku dengan penjualan tertinggi di urutan ketiga. Bakmie ini dijual dalam bentuk paket, setiap paket berisi Bakmie sapi frozen dengan total penjualan sebesar Rp. 63 juta.
Makanan beku memiliki potensi yang fantastis dengan pangsa pasar yang luas. Produk dapat dikirim ke berbagai daerah dalam kondisi beku sehingga akan tetap segar sampai di tangan konsumen.
Baca Juga: Mamaibu Chicken Wings and Sauce, Bersiap Terbang Menyapa Dunia
Makanan beku juga tengah populer karena adanya kebutuhan untuk mengurangi kontak fisik saat makan di resto ditengah pandemi. Makanan beku diproyeksi akan terus tumbuh seiring dengan tingginya kebutuhan makanan instan dan kondisi pandemi.
Nah, makanan beku menjadi alternatif bagi Sahabat Wirausaha yang menginginkan bisnis tanpa menyediakan tempat makan atau kedai dan memiliki pasar yang luas. Namun, beberapa hal perlu diperhatikan untuk meningkatkan keberhasilan penjualan produk makanan beku, mulai dari rasa yang enak, kemasan yang menarik, hingga pengemasan yang aman untuk produk Anda.
Kemasan yang tidak aman terkadang akan ditolak ekspedisi karena bisa menyebabkan paket yang lain jadi basah akibat lelehan es, jadi memastikan kemasan yang tidak bocor juga hal yang penting.
Proyeksi Pasar pada Produk Kuliner Khas Korea
Makanan Korea memiliki pasar yang besar dan luas seiring dengan berkembangnya tren K-Pop dan K-Drama. Hal ini menjadikan bisnis kuliner yang menyajikan makanan Korea memiliki prospek perkembangan yang baik. Namun, perlu diperhatikan apakah makanan yang disajikan memiliki rasa autentik atau telah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia.
Berkaca dari pengalaman pengusaha yang telah dijelaskan sebelumnya, makanan yang disajikan telah disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia dengan mayoritas menggunakan bahan lokal. Namun bagi Anda ingin menghadirkan rasa autentik makanan Korea tentu juga memiliki nilai lebih, terutama bagi konsumen yang pernah ke Korea dan ingin merasakan kembali masakan Korea dengan rasa autentik atau bahkan konsumen yang penasaran dengan rasa autentik makanan Korea.
Makanan Korea tidak hanya menghadirkan rasa khas Korea tapi juga harus terhubung dengan kebudayaan Korea. Hal ini menjadi penting untuk memberikan pengalaman baru bagi konsumen. Tak jarang resto atau Kafe yang menyajikan makanan Korea juga memajang Idol, Artis, bahkan benda khas Korea.
Kecintaan yang sama terhadap K-Pop dan K-Drama juga dapat membantu dalam bisnis kuliner Korea ini, salah satunya untuk membuat strategi pemasaran. Dengan tetap update tren K-Pop dan K-Drama akan membuat bisnis Anda dan konsumen Anda tetap terhubung.
Kesimpulan
Kini Sahabat Wirausaha mengetahui potensi pasar makanan Korea di Indonesia. Ternyata selain pasar yang besar dan luas, makanan Korea juga memiliki prospek yang baik di masa depan.
Makanan Korea di Indonesia terbagi menjadi tiga konsep, yaitu konsep makanan jalanan yang menghadirkan makanan korea dengan harga yang terjangkau, selanjutnya konsep restoran atau kafe yang tidak hanya menghadirkan makanan namun juga atmosfer Korea, lalu konsep makanan instan dan makanan beku yang memiliki produk yang dapat dikirim ke seluruh daerah dan pasar yang luas. Sahabat Wirausaha perlu menentukan konsepnya terlebih dahulu ya, sebab masing-masing konsep memiliki strategi pengembangan yang berbeda-beda.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.
Referensi:
- Mendulang Rezeki dari Bisnis Camilan Instan Korea | Jitunews.com
- Data Penjualan Tembus Rp 11 M: Makanan Beku Ternyata Laku | Compas.com
- 3 Alasan Makanan Korea Makin Mendunia | CNN Indonesia