Ajik Krisna, Toko Oleh-Oleh Krisna – Sahabat Wirausaha, jurnalis sekaligus penulis M.F, Moonzajer pernah berkata, ‘Momen terberat dalam hidup adalah jarak antara perjuangan dan kesuksesan’. Kenapa begitu? Karena ketika seseorang berada dalam jarak tersebut, kehidupan akan menjadi benar-benar berat hingga tak jarang banyak yang memilih menyerah tanpa pernah mengecap kesuksesan.
Kondisi demikian bahkan sering terjadi dalam dunia bisnis karena memang sukses finansial bukan hal mudah. Namun seberat apapun kehidupan, hal itu sepertinya tak pernah menggerus semangat Gusti Ngurah Anom. Pria yang pada 5 Maret lalu genap berusia 53 tahun itu bahkan bisa bangkit lebih gigih dan meraih sukses luar biasa berkat bisnisnya, Toko Oleh-Oleh Krisna.
Perjuangan Ajik Krisna, dari Rp2.000 Per Hari Jadi Rp20 M Per Bulan
Outlet Toko Oleh-Oleh Krisna di Bali foto: Kebalilagi
Terlahir di Seririt, sebuah kecamatan di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Gusti Ngurah Anom atau yang kini lebih sering dikenal sebagai Ajik Krisna melewati masa muda yang penuh perjuangan. Memiliki Ayah seorang petani dan Ibu yang berjualan kue di pasar, Ajik cukup sadar kalau keluarganya adalah salah satu yang termiskin di wilayahnya.
“Setelah saya putus sekolah saat SMA, keesokan harinya langsung nekat keluar dari Seririt tanpa izin orangtua dan sama sekali tidak punya uang. Saya nebeng truk pengangkut buah sampai diajak makan nasi untuk pertama kalinya di Tabanan. Dari Tabanan saya jalan lima kilometer dan sampai di depan Hotel Rani, Sanur,” kenang Ajik dalam wawancaranya di channel YouTube PecahTelur.
Baca Juga: Peluang Sukses Besar, Ini Dia Cara Memulai Bisnis Toko Oleh-Oleh ala Phia Deva
Sadar kalau dirinya tidak mungkin kembali ke Seririt dalam kondisi susah dan tak mungkin meminta bantuan finansial dari orangtuanya, Ajik yang kala itu masih remaja memilih menumpang tidur di pos satpam Hotel Rani. Meski harus tidur beralaskan tembok dingin, semangat Ajik tetap membara.
“Saya berpikir ‘gimana ya biar dapat uang untuk makan?’, akhirnya mulai bersih-bersih halaman hotel sambil cuci mobil di parkiran, setelah izin ke security dan yang punya hotel. Waktu itu bayaran saya jadi tukang cuci mobil sekitar 2.000-5.000 rupiah per hari,” ujar Ajik.
Dua tahun menjalani profesi tersebut, Ajik pun berhasil menabung hingga Rp150 ribu yang langsung ia gunakan untuk membeli sepeda motor Honda 70. Berbekal kendaraan bermotor itu, Ajik pun memberanikan diri untuk pergi ke Denpasar demi memperoleh pekerjaan yang lebih menjanjikan. Harapannya pun terwujud saat Ajik akhirnya diterima di Sidharta Konveksi.
“Buat saya, bos Sidharta itu adalah Ayah angkat. Sampai sekarang Toko Oleh-Oleh Krisna berkembang, saya tetap bagi keuntungan tiap bulan sebagai tanda terimakasih meskipun beliau tidak pegang saham resmi,” cerita Ajik.
Bahkan saat Ajik mendirikan Cok Konveksi pada tahun 1990, dia menjalin kerjasama profesional termasuk bantuan supply produk dari Sidharta selama empat tahun sebelum akhirnya berpisah demi menjadikan Cok Konveksi lebih mandiri. Perjalanan itu tidak mudah karena diperlukan perhitungan dan pengamatan yang matang sebelum akhirnya outlet pertama Toko Oleh-Oleh Krisna berdiri pada tahun 2007 di Jalan Nusa Indah, Denpasar.
“Berturut-turut sejak itu kemudian tahun 2008 buka outlet kedua Toko Oleh-Oleh Krisna di Denpasar juga. Sadar dua outlet pertama bukan di daerah wisata, outlet ketiga kami buka di daerah Kuta yang luasnya 1,4 hektar. Terus ekspansi bisnis, sekarang total ada 10 outlet dan omzet Krisna sampai 20 miliar Rupiah per bulan,” cerita Ajik dengan bangga.
Baca Juga: Niat Mulia Berdayakan Petani, Cimory Berkembang Jadi Bisnis Pariwisata dan Oleh-Oleh
5 Hal Inspiratif dari Ajik Krisna untuk Pengusaha Pemula
Ada beberapa hal yang bisa dipelajari Sahabat Wirausaha sebagai pebisnis pemula, dari seorang Ajik Krisna dalam membesarkan Toko Oleh-Oleh Krisna hingga berkembang jadi berbagai lini bisnis lainnya. Apa saja? Simak ulasan berikut ini:
1. Berani Mencoba Hal Baru
Hal inspiratif pertama dari seorang Ajik Krisna adalah keberaniannya untuk mencoba hal baru. Meskipun hanya menempuh pendidikan sampai SMP saja, Ajik tidak ingin rendah diri dan justru malah bersemangat mencari potensi. Saat menjadi karyawan Sidharta Konveksi, Ajik meningkatkan kualitas diri untuk belajar proses penjahitan yang menjadi modalnya membangun Cok Konveksi.
Bahkan ketika diberi tanggung jawab oleh Sidharta, Ajik yang sama sekali tak punya latar belakang keilmuan neraca laba rugi, inventaris dan aset perusahaan, memberanikan diri menerima kewajiban itu yang semakin membuat kemampuannya meningkat. Sejumlah pengalaman itulah yang membentuk karakter Ajik Krisna menjadi seorang pebisnis tangguh.
2. Tak Malu Terjun ke Lapangan
Saat Toko Oleh-Oleh Krisna baru saja berdiri di tahun 2007 silam, Ajik sadar kalau dirinya masih kekurangan SDM. Tak heran demi mempromosikan bisnisnya, Ajik sampai nekat melakukan promosi dengan menyebarkan brosur selama dua bulan lamanya bersama seorang temannya, di pintu gerbang Pelabuhan Gilimanuk.
Outlet Toko Oleh-Oleh Krisna di Singaraja, Bali foto: KrisnaBali
Strategi pemasaran ini terbilang cukup efektif karena Gilimanuk adalah salah satu pintu utama keluar-masuk wisatawan menuju Bali. Tak hanya sekali, keterlibatan Ajik di lapangan juga terjadi saat dia meminta bantuan teman-temannya di sekitar Denpasar untuk memarkirkan mobilnya di outlet pertama Toko Oleh-Oleh Krisna, demi menciptakan kesan bisnisnya ramai.
Menariknya, strategi pemasaran itu berhasil dan membuat banyak calon konsumen yakin atas kualitas Krisna, sehingga membuat bisnis Ajik berkembang pesat.
Baca Juga: Wajib Tahu, 7 Tips Mengetahui Potensi Permintaan Pasar Bagi Pemula
3. Riset Penting untuk Strategi Bisnis
Kendati tak mengenyam pendidikan ekonomi bisnis, Ajik sudah menerapkan pentingnya riset sejak awal usahanya berjalan. Seperti saat sebelum Toko Oleh-Oleh Krisna berdiri, dia dan sang istri menghabiskan waktu dua bulan untuk melakukan survei terhadap produk kaos yang digemari wisatawan, sehingga Cok Konveksi fokus memproduksi kaos sesuai permintaan pasar.
Kebiasaan melakukan riset pasar terus dilakukan Ajik hingga saat ini. Tak heran kalau akhirnya Krisna Holding Company sudah membawahi banyak lini bisnis seperti Toko Oleh-Oleh Krisna, Krisna Wisata Kuliner, Krisna Adventure, Krisna Funtastic Land, Krisna Water Sports, Krisna Beach Street Bar & Resto, Krisna Waterpark, Krisna Gallery & Resto dan Krisna Resto & Spa.
4. Inovasi Tanpa Batas
Hampir setiap pebisnis sukses adalah mereka yang mampu berinovasi. Hal itu juga yang ternyata dilakukan Ajik lewat Toko Oleh-Oleh Krisna yang beroperasi selama 24 jam.
Inovasi yang tak biasa ini disambut sangat baik oleh pasar sampai akhirnya Ajik mendirikan outlet terbesar di kawasan Bypass Ngurah Rai, Kuta. Bahkan demi menarik pengunjung, setiap outlet Krisna didesain megah dan luas, berbeda dengan toko oleh-oleh pada umumnya.
“Jadi orang-orang itu datang ke Krisna supaya bisa belanja menyenangkan, bahkan sampai foto. Terutama outlet kita yang di Bypass itu, selalu jadi langganan pejabat, atlet dan artis soalnya sampai empat lantai. Visi ini saya bawa terus. Sekarang sudah ada pembicaraan bisnis juga dengan Raffi Ahmad untuk membuat brand Ajik Krisna Oleh-Oleh di seluruh Indonesia,” tutup Ajik bangga.
Inovasi tanpa batas ini juga terlihat dari kepekaan Ajik memproduksi berbagai brand camilan baru, mengingat camilan adalah produk yang paling laku di seluruh outlet Toko Oleh-Oleh Krisna, selain fashion dan lukisan.
5. Adaptif dalam Kondisi Ekonomi Apapun
Hal terakhir yang sangat menginspirasi dari sosok Ajik Krisna adalah kemampuannya beradaptasi dalam kondisi apapun. Terbukti saat awal menjalankan Cok Konveksi dan tidak punya uang untuk membeli produk, Ajik mengajak Sidharta bekerjasama menjual produk di outletnya.
Bahkan ketika pandemi Covid-19 menghantam perekonomian dan wisata Bali selama dua tahun lamanya, Ajik pun rugi besar. Tak sedikit yang mengira kalau Toko Oleh-Oleh Krisna harus gulung tikar.
“Saya waktu itu jual 16 mobil mewah dan lima armada logistik Krisna. Tapi saya menjual semuanya demi karyawan, soalnya selama pandemi ada sekitar 2.000 karyawan Krisna dirumahkan. Saya memikirkan nasib mereka, jadi saya rela jual aset demi tetap memberikan bantuan sembako sekitar Rp250 ribu per orang selama corona,” ungkap Ajik.
Baca Juga: Modal 500 Ribu Bisa Bisnis Kue Kering? Begini Cara Memulainya
Namun bukan Ajik Krisna namanya jika pantang menyerah. Ajik bahkan melirik potensi produk camilan lantaran selama pandemi dirinya berkebun. Tak main-main, dalam waktu dua tahun saja dirinya sudah menghasilkan delapan produk camilan baru mulai dari kacang, banana crispy, pie susu, minyak herbal sampai minyak kelapa. Di mana penjualannya juga dilakukan secara online.
“Semua produk camilan di Krisna ini dibuat oleh pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di sejumlah desa seluruh Bali. Saya beli semua produk mereka yang mayoritas Ibu-Ibu lalu dijual di Krisna. Saya ingin membantu perekonomian lebih banyak orang,” pungkas Ajik.
Kini 17 tahun sudah usia Toko Oleh-Oleh Krisna, Ajik jelas tidak akan berhenti. Semangatnya bahkan terus membara dan keinginan belajarnya tidak pernah padam, sesuatu yang jelas harus diikuti oleh banyak Sahabat Wirausaha di luar sana. Semangat untuk berbisnis!
Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.