wbcsd

Sahabat Wirausaha tentu sudah tahu dengan sangat pasti bahwa tak ada orang di dunia ini yang ingin hidup di dasar piramida ekonomi. Maksudnya tentu kehidupan yang begitu kekurangan bahkan sampai di bawah garis kemiskinan, sehingga membuat mereka tak bisa melakukan apapun selain menanti uluran tangan. Keinginan untuk maju sebetulnya sering mereka ungkapkan dari hati, tapi kenyataan hidup membatasi kaum marjinal ini dari sektor-sektor bisnis.

Baca Juga: Lima UKM yang Sukses Membangun Sustainable Business

Fakta inilah yang akhirnya membuat banyak pihak mulai dari pemerintah hingga para pelaku bisnis, diharapkan untuk mulai menggunakan metode inclusive business secara tepat. Bahkan Le Luong Minh selaku Sekretaris Jenderal ASEAN pernah menjelaskan jika negara-negara di Asia Tenggara saat ini tengah bergerak maju ke pertumbuhan ekonomi inklusif, serta pembangunan yang berkelanjutan.

Di mana jika sesuai dengaan rencana dalam blueprint Komunitas Ekonomi 2025, Asia Tenggara akan menjadi wilayah yang berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat yang ada. Berdasarkan data yang dipaparkan VillagersPost, dalam waktu lima dekade saja, tercatat PDB (Produk Domestik Bruto) negara-negara ASEAN mampu melambung dari US$37,6 miliar jadi US$2,6 triliun


Kenalan dengan Inclusive Business

Perkembangan ekonomi negara-negara Asia Tenggara dalam kurun waktu 50 tahun terakhir memang bisa dibilang memuaskan. Bahkan dalam 20 tahun ke belakang ada lebih dari 100 juta orang memperoleh pekerjaan, jutaan orang mampu mengatasi kemiskinan, adanya peningkatan investasi serta tentunya akan berdampak pada kemakmuran regional. Hanya saja kabar perekonomian yang makin maju tetap dihantui jutaan orang hidup dalam kemiskinan.

Baca Juga: Bale Kopi Gucialit : Menabung Kopi Demi Kesejahteraan Petani

Kondisi seperti ini jelas merupakan imbas dari keuntungan ekonomi yang hanya bersifat eksklusif sehingga cuma dirasakan kalangan tertentu. Tanpa sadar karena dibiarkan, jurang pemisah si kaya dan miskin pun makin lebar sehingga sudah saatnya semua orang berpaling pada metode inclusive business alias bisnis yang inklusif.

Dalam penjelasan dari berbagai sumber, inclusive business merupakan badan usaha mandiri yang produktif dan berhasil mengintegrasikan kalangan berpenghasilan rendah yang ada di dasar piramida ekonomi, ke dalam nilai-nilai bisnis mereka.


Bagaimana Ini Semua Bisa Terjadi?

Karena inclusive business memprioritaskan pada penciptaan nilai, bukan semata merangkai value itu sendiri. Dengan prinsip-prinsip non-diskriminasi, bisnis inklusif bisa menjadi peluang ekonomi bagi kelompok berpenghasilan rendah tanpa harus terlalu memburu keuntungan yang terlalu besar.

Melalui inclusive business yang tepat, mata pencaharian dan akses-akses bagi kelompok berpenghasilan minim bakal terbuka lebar. Karena memang lewat bisnis inklusif, individu-individu miskin yang tak pernah memperoleh layanan di berbagai sektor bisnis akan bisa menjadi pemasok, karyawan, distributor, pengecer bahkan pelanggan itu sendiri.

Baca Juga: Aroma Segar Bisnis Kopi Indonesia Dari Hulu ke Hilir


Mengapa Inclusive Business Dirasa Penting?

Bukan tanpa alasan kenapa penerapan inclusive business saat ini begitu penting. Menurut IFC (International Finance Corporation) yang diprakarsai oleh grup Bank Dunia, bisnis inklusif akan memiliki peran yang sangat penting dan mendasar untuk mengurangi kemiskinan sekaligus meningkatkan kemakmuran bersama. Apalagi karena pandemi Covid-19 yang masih belum saja usai hingga tahun 2021 berakhir, membuat penerapan bisnis inklusif harus jadi fokus utama para pelaku usaha.

Baca Juga: Mengintip Peluang Cuan Bisnis Lestari dengan Mengolah Sampah Ampas Kopi dan Teh

Ke depannya dengan inclusive business yang terus diterapkan secara berkesinambungan, impian Pembangunan Berkelanjutan PBB untuk mengakhiri rantai kemiskinan pada tahun 2030 akan segera terwujud. Kendati terdengar mirip dengan tanggung jawab sosial perusahaan alias CSR, bisnis inklusif sebetulnya punya perbedaan yang menonjol karena konsepnya bertujuan pada pemberian dampak sosial yang positif pada kalangan miskin.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.