Salam Sahabat UKM,
Ketika kita memutuskan untuk mendirikan suatu usaha atau mengembangkan suatu usaha, tentu dibutuhkan investasi yang akan menjadi modal usaha kita. Kita mulai pikirkan untuk modal usaha tersebut darimana sumbernya. Sumber dana pada umumnya bisa didapat dari uang kita sendiri (internal) atau dari pihak luar (eksternal). Ketika kita mendapatkan dana dari pihak eksternal baik itu berupa pinjaman atau penyertaan modal dari investor berupa kepemilikan saham, akan menimbulkan konsekuensi dari dana tersebut. Konsekuensi tersebut dinamakan biaya modal.
Baca Juga: Ragam Akses Modal Pinjaman
Berdasarkan Lembaga Penyalur
Biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana dalam mendanai operasional perusahaan. Tujuannya tentu kita jadi tahu berapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang dibutuhkan. Jika kita mendapatkan dana dari pinjaman bank, maka akan ada biaya yang timbul dari pengajuan dana tersebut. Dalam pinjaman bank, kita harus bayar bunga ditambah biasanya ada biaya provisi atau biaya administrasi. Begitu juga ketika mendapatkan dana dari investor berupa kepemilikan saham. Perusahaan harus membayarkan dividen (pembagian keuntungan) kepada pemegang saham. Dividen ini menjadi biaya modal perusahaan. Untuk lebih jelasnya, kita akan bahas dalam beberapa studi kasus pada artikel ini.
Menghitung Biaya Modal dari Pinjaman
Studi kasus 1 - Pinjaman KTA (Kredit Tanpa Agunan) Bank
Misalkan kita mengajukan pinjaman kredit tanpa agunan (KTA) ke Bank sebanyak Rp. 25 juta. Bunga pinjaman tersebut 0,8% per bulan selama 36 bulan (3 tahun). Dari perhitungan Bank didapatlah cicilan tetap yang harus kita bayar sebesar Rp. 950 ribu/bulan. Biaya provisi 2% dan biaya administrasi Rp. 300 ribu.
Prinsipnya semua biaya yang timbul merupakan komponen biaya modal. Kita mulai hitung dulu semua biaya yang timbul.
1. Biaya provisi
= 2% x Rp. 25 juta = Rp. 500 ribu
Karena pinjamannya dalam 3 tahun, maka bebannya kita bagi per tahun selama 3 tahun.
= Rp. 500 ribu / 3 tahun = Rp. 167 ribu per tahun
Baca Juga: Memahami Hal-Hal yang Wajib
Dirumuskan dalam Term Sheet dengan Investor
2. Biaya administrasi
Begitu juga dengan biaya administrasi, bebannya kita bagi per tahun selama 3 tahun.
= Rp. 300 ribu / 3 tahun = Rp. 100 ribu per tahun
3. Biaya bunga
Untuk pinjaman KTA, jumlah uang yang kita terima tidak utuh sebesar Rp. 25 juta. Kita terima bersih dari Bank setelah dikurangi biaya provisi dan biaya administrasi. Jadi, Uang yang kita terima dari Bank
= Rp. 25 juta – (Rp. 500 ribu + Rp. 300 ribu) = Rp. 24,2 juta
Biaya bunga yang kita bayarkan merupakan selisih dari total uang yang kita bayar ke Bank selama 3 tahun dikurangi jumlah uang yang kita terima dan kita gunakan sebagai modal usaha. Total biaya bunga yang harus kita bayar selama 3 tahun (36 bulan):
= (Rp. 950 ribu x 36 bulan) – 24,2 juta = Rp. 10 juta
Biaya bunga juga bebannya kita bagi per tahun selama 3 tahun, jadi biaya bunga yang harus kita bayar per tahun.
= Rp. 10 juta3 tahun = Rp. 3,333 juta per tahun
Baca Juga: Angel Investor: Kapan Saat yang
Tepat dan Bagaimana Mencarinya?
4. Biaya modal
Berikutnya, kita hitung persentase biaya modal per tahun. Ingat, prinsipnya semua biaya yang timbul merupakan komponen biaya modal. Persentase biaya modal untuk pinjaman ini adalah sebagai berikut.
% Biaya Modal = Total biaya yang timbul / Total dana yang diterima x 100%
= (Rp. 167 ribu + Rp. 100 ribu+ Rp. 3,333 juta) / Rp. 24,2 juta x 100%=14,88% per tahun
Cukup besar juga ya? Ada alternatif lain untuk mendapatkan pinjaman dengan beban yang tidak terlalu besar. Kita bisa manfaatkan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) dari Bank BUMN. KUR biasanya tidak ada biaya provisi ataupun biaya administrasi, jadi kita terima utuh dana yang kita pinjam. Bunga pinjamannya pun lebih kecil dibandingkan jenis pinjaman lain. Biaya modalnya menjadi lebih ringan. Berikut contoh perhitungan biaya modal untuk KUR.
Studi kasus 2 - Pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) Bank (Tanpa Biaya Provisi dan Administrasi)
Misalkan kita mengajukan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) ke Bank BUMN sebanyak Rp. 25 juta. Bunga pinjaman tersebut 0,3% per bulan selama 36 bulan. Dari perhitungan Bank didapatlah cicilan tetap yang harus kita bayar sebesar Rp. 772 ribu/bulan. Tidak ada biaya provisi dan biaya administrasi. Jadi, biaya modal untuk contoh tersebut adalah sebagai berikut.
Baca Juga: Plus Minus Pendanaan Angel Investor
1. Biaya bunga
Karena tidak ada biaya provisi dan biaya administrasi atau biaya lainnya, sehingga kita bisa langsung menghitung biaya bunga yang harus kita bayar. Kita terima utuh uang pinjaman kita tanpa adanya potongan biaya provisi ataupun biaya administrasi.
Uang yang diterima dari Bank = Rp. 25 juta
Biaya bunga yang kita bayarkan merupakan selisih dari total uang yang kita bayar ke Bank selama 3 tahun dikurangi jumlah bersih uang yang kita terima dan kita gunakan sebagai modal usaha. Total Bunga yang harus kita bayar selama 3 tahun (36 bulan):
= (Rp. 772 ribu x 36 bulan) – 25 juta = Rp. 2,792 juta
Biaya bunga ini juga bebannya kita bagi per tahun selama 3 tahun, jadi biaya bunga yang harus kita bayar per tahun:
= Rp. 2,792 juta / 3 tahun = Rp. 930 ribu per tahun
2. Biaya modal
Berikutnya, kita hitung persentase biaya modal per tahun. Persentase biaya modal untuk pinjaman ini adalah sebagai berikut:
Biaya Modal = Total biaya yang timbul / Total dana yang diterima x 100%
Biaya Modal = Rp. 930 ribu Rp. 25 juta x 100%=3,72% per tahun
Cukup jauh selisihnya dari pinjaman KTA. KUR memang merupakan program insentif dari pemerintah untuk membantu usaha mikro dan kecil di Indonesia. Jadi, manfaatkan fasilitas KUR ini dibandingkan harus mengajukan KTA.
Bagaimana cara menghitung biaya modal dari pinjaman selain Bank. Kita bahas dalam studi kasus berikut:
Baca Juga: Membedah Pola Pikir Investor
Ekuitas dalam Memilih Investee
Studi kasus 3 - Pinjaman bukan Bank
Misalkan kita mendapatkan pinjaman dari pihak lain selain Bank sebanyak Rp. 25 juta. kita diharuskan melunasinya dengan cicilan tetap sebesar Rp. 1 juta/bulan selama 36 bulan. Tidak ada biaya provisi, hanya ada biaya administrasi Rp. 1 juta
1. Biaya administrasi
Beban biaya administrasi kita bagi per tahun selama 3 tahun.
= Rp. 1 juta / 3 tahun = Rp. 333 ribu per tahun
2. Biaya bunga
Untuk pinjaman ini, jumlah uang yang kita terima juga tidak utuh sebesar Rp. 25 juta. Kita terima bersih dari Bank setelah dikurangi biaya administrasi. Jadi, uang yang diterima adalah sebagai berikut.
= Rp. 25 juta – Rp. 1 juta = Rp. 24 juta
Biaya bunga yang kita bayarkan merupakan selisih dari total uang yang kita bayar selama 3 tahun dikurangi jumlah uang yang kita terima dan kita gunakan sebagai modal usaha. Total biaya bunga yang harus kita bayar selama 3 tahun (36 bulan):
= (Rp. 1 juta x 36 bulan) – 24 juta = Rp. 12 juta
Biaya bunga ini juga bebannya kita bagi per tahun selama 3 tahun, jadi biaya bunga yang harus kita bayar per tahun:
= Rp. 12 juta / 3 tahun = Rp. 4 juta per tahun
Baca Juga: Pendanaan Investasi dari Angel
Investor bagi UMKM
3. Biaya modal sebelum pajak
Berikutnya, kita hitung persentase biaya modal per tahun. Persentase biaya modal untuk pinjaman ini adalah sebagai berikut.
Biaya Modal = Total biaya yang timbul / Total dana yang diterima x 100%
Biaya modal sebelum pajak per tahun = (Rp. 333 ribu+ Rp. 4 juta) / Rp. 24 juta x 100%=18,05% per tahun
4. Biaya modal setelah pajak
Pinjaman yang berasal bukan dari Bank, maka akan dikenakan pajak sebesar 15%. Pajak akan mengurangi nilai biaya modal.
Biaya modal sesudah pajak = 18,05% x 100%- 15%= 15,35% per tahun
Pada prinsipnya semua biaya yang timbul termasuk ke dalam biaya modal. Semua biaya yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan modal yang berasal dari pinjaman tersebut. Studi kasus pertama, kita mendapatkan tambahan modal usaha berasal dari KTA. Semua biaya yang muncul yaitu: biaya provisi; biaya administrasi; dan biaya bunga, kita perhitungkan sebagai biaya modal. Studi kasus kedua, kita mendapatkan tambahan modal usaha berasal dari KUR. Biaya yang muncul hanya ada biaya bunga. KUR biasanya tidak ada biaya provisi ataupun biaya administrasi. Tapi jika ada biaya provisi dan biaya administrasi dalam KUR tersebut, maka perlakuannya sama dengan KTA tadi. Biaya provisi dan biaya administrasi dimasukkan dalam perhitungan biaya modal. Studi kasus ketiga, kita mendapatkan tambahan modal usaha yang juga berupa pinjaman, tetapi berasal bukan dari Bank, maka ada perhitungan pajak yang mengurangi persentase biaya modal.
Baca Juga: Tips Mencari dan Mendapatkan
Modal Usaha
Menghitung Biaya Modal dari Investasi Kepemilikan Saham
Investasi yang berupa kepemilikan saham akan menimbulkan konsekuensi bagi perusahaan untuk pembayaran dividen. Dividen adalah pembagian keuntungan untuk pemegang saham. Ada dua metode untuk menghitung biaya modal dari bentuk investasi ini. Pertama adalah Discounted Cash Flow (DCF) dan kedua adalah Capital Asset Pricing Model (CAPM). Kita akan bahas di sini hanya metode yang pertama, yaitu Discounted Cash Flow (DCF). Metode DCF ini yang cocok untuk usaha skala UMKM. Metode DCF ini yang juga kita gunakan untuk menghitung nilai perusahaan.
Metode DCF menggunakan asumsi pertumbuhan konstan pada usaha kita. Rumus perhitungannya sebagai berikut:
Ks =( D1P0 x 100%) + g
Dimana,
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan yang akan menjadi biaya modal
D1 = Dividen akhir periode
P0 = Harga saham di awal periode
g = tingkat pertumbuhan
Tingkat pertumbuhan bisa ditentukan melalui data historis atau data pada tahun-tahun sebelumnya. Penggunaan data historis menggunakan asumsi bahwa pola masa lalu akan sama dengan pola di masa yang akan datang (pola konstan). Data historis yang akan kita gunakan adalah Earning Per Share (EPS). EPS merupakan besarnya profit per lembar saham. Data historis sebaiknya menggunakan data minimal 3-5 tahun terakhir. Untuk mendapatkan nilai EPS, menggunakan rumus berikut:
EPS= Profit / Jumlah lembar saham
Jika teman-teman bingung, yuk untuk lebih jelasnya kita lihat contoh kasus berikut ini.
Baca Juga: Mengenal Pendanaan Hibah
Studi kasus 4 - Kepemilikan Saham
Misalkan kita mendapat pendanaan dari investor sebesar Rp. 50 juta. Investor mendapatkan 500 lembar saham. Di akhir periode Investor mendapatkan dividen sebesar Rp. 5 juta. Jadi, perhitungan biaya modal untuk contoh ini adalah sebagai berikut.
1. Harga saham per lembar
Kita hitung dulu harga saham per lembar
= Rp. 50 juta / 500 lembar saham = Rp. 100 ribu per lembar
2. Dividen per lembar
Selanjutnya kita hitung nilai dividen per lembar
= Rp. 5 juta / 500 lembar saham = Rp. 10 ribu per lembar
3. Menentukan tingkat pertumbuhan
Selanjutnya kita hitung tingkat pertumbuhan dari data historis EPS. Data historis yang akan kita gunakan adalah data historis 5 tahun terakhir.
Tahun | Profit | Jumlah Lembar Saham | EPS | *Pertumbuhan per tahun |
(1) | (2) | (3) | 4= (2)(3) | 5= (4)n- (4)n-1(4)n-1 |
1 | Rp. 50 juta | 1.000 | Rp. 50 ribu/lembar | 0% |
2 | Rp. 40 juta | 1.000 | Rp. 40 ribu/lembar | -20% |
3 | Rp. 55 juta | 1.000 | Rp. 55 ribu/lembar | 37,5% |
4 | Rp. 55 juta | 1.000 | Rp.55 ribu/lembar | 0% |
5 | Rp. 65 juta | 1.000 | Rp. 65 ribu/lembar | 18,18% |
**Rata-rata | 8,92% |
* Nilai pertumbuhan per tahun didapat dari :
Tahun pertama akan menjadi dasar perhitungan, sehingga nilai pertumbuhannya dimulai dari 0% di tahun pertama.
Tahun kedua = (Rp. 40 ribu - Rp. 50 ribu)Rp. 50 ribu x 100% = -20%
Tahun ketiga = (Rp. 55 ribu - Rp. 40 ribu)Rp. 40 ribu x 100% = 37,5%
Tahun keempat = (Rp. 55 ribu - Rp. 55 ribu)Rp. 55 ribu x 100% = 0%
Tahun kelima = (Rp. 65 ribu - Rp. 55 ribu)Rp. 55 ribu x 100% = 18,18%
Baca Juga: Cara Menghitung Ekuitas
** Rata-rata pertumbuhan didapat dari:
= (-20% + 37.5% + 0% + 18,18%)4 = 8,92%
Jadi tingkat pertumbuhannya sebesar 8,92%
4. Biaya modal sebelum pajak
Berikutnya, kita hitung persentase biaya modal per tahun.
Biaya modal sebelum pajak per tahun:
Ks = ( D1 / P0 x 100%) + g
Biaya Modal = ( Rp. 10 ribu / Rp. 100 ribu x 100%)+ 8,92% = 18,92% per tahun
5. Biaya modal setelah pajak
Penerimaan dividen juga dikenakan pajak sebesar 15%. Pajak akan mengurangi nilai biaya modal.
Biaya modal sesudah pajak:
= 18,92% x 100%- 15%= 16,08% per tahun
Biaya modal pada kepemilikan saham akan terus kita bayarkan selama pemilik saham tidak menjual sahamnya. Status modal dari investasi berupa kepemilikan saham tidak menjadi hutang perusahaan, sehingga tidak menjadi beban bagi perusahaan. Berbeda dengan modal yang berasal dari pinjaman. Status modal yang kita dapatkan dari pinjaman adalah hutang yang harus dibayar sesuai jatuh tempo selama periode yang telah disepakati. Akan ada denda jika kita tidak bisa membayar hutang tersebut saat jatuh tempo. Denda ini akan menambah biaya modal dari pinjaman tersebut. Biaya modal akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Keuntungan dari biaya modal yang berasal dari pinjaman, biaya modal tersebut akan hilang saat pinjaman sudah kita lunasi.
Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang
Jika kita mendapatkan dana lebih dari satu sumber atau dari berbagai sumber, maka kita perlu menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC atau Weight Average Cost Capital). WACC merupakan biaya modal yang memperhitungkan seluruh biaya atas modal yang digunakan oleh perusahaan. Karena biaya modal dari masing-masing sumber dana berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan perlu dihitung biaya modal rata-rata tertimbangnya.
WACC ini juga bisa digunakan sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan bagi calon investor. WACC juga digunakan dalam menghitung nilai perusahaan menggunakan metode DCF. Jadi, WACC ini kaitannya dengan konsep tingkat keuntungan yang disyaratkan yang dapat dilihat dari dua sisi yaitu investor & perusahaan. Dari sisi investor, WACC merupakan tingkat keuntungan yang mencerminkan tingkat pengembalian dari dana yang sudah diinvestasikan. Dari sisi perusahaan, WACC merupakan biaya modal yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan dana investasi.
Baca Juga: Pembiayaan Ultra Mikro
Studi kasus 5 - Biaya Rata Rata Tertimbang
Misalkan kita mendapat pendanaan dari 4 sumber yang berbeda berdasarkan 4 studi kasus sebelumnya yang sudah kita hitung biaya modalnya masing-masing:
- Pinjaman KTA Bank Rp. 25 juta, dengan biaya modal 14,88%
- Pinjaman KUR Bank Rp. 25 juta, dengan biaya modal 3,72%
- Pinjaman bukan Bank Rp. 25 juta, dengan biaya modal 15,35%
- Saham Rp. 50 juta, dengan biaya modal 16,08%
Berapa biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk 4 sumber dana tersebut?
Sumber Dana | Jumlah Modal | *Proporsi | Biaya Modal | **WACC |
(1) | (2) | 3= (2)∑(2) x 100% | (4) | 5=3 x (4) |
Pinjaman KTA Bank | Rp. 25 juta | 20% | 14,88% | 2,98% |
Pinjaman KUR Bank | Rp. 25 juta | 20% | 3,72% | 0,74% |
Pinjaman Bukan Bank | Rp. 25 juta | 20% | 15,35% | 3,07% |
Saham | Rp. 50 juta | 40% | 16,08% | 6,43% |
Total (∑) | Rp. 125 juta | 100% | Total (∑) | 13,22% |
* Proporsi didapat dari :
Pinjaman KTA Bank = Rp. 25 jutaRp. 125 juta x 100% = 20%
Pinjaman KUR Bank = Rp. 25 jutaRp. 125 juta x 100% = 20%
Pinjaman Bukan Bank = Rp. 25 jutaRp. 125 juta x 100% =20%
Saham = Rp. 50 jutaRp. 125 juta x 100% = 40%
Baca Juga: Gender Lens Investing
** WACC didapat dari :
Pinjaman KTA Bank = 20% x 14,88% = 2,98%
Pinjaman KUR Bank = 20% x 3,72% = 0,74%
Pinjaman Bukan Bank = 20% x 15,35% = 3,07%
Saham = 40% x 16,08% = 6,43%
Jadi biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) untuk contoh modal tersebut sebesar 13,22%
Angka 13,22% ini yang akan menjadi panduan perusahaan dan investor dalam rencana anggaran modal berikutnya. Bagi calon investor yang tertarik pada usaha kita, tingkat keuntungan yang akan kita janjikan sebesar 13,22%. Bagi perusahaan, biaya modal yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan dana investasi sebesar 13,22%.
Kebutuhan dana investasi suatu perusahaan dapat dipenuhi dari modal sendiri (internal) atau dari pihak luar (eksternal). Biaya yang timbul akibat investasi dari pihak eksternal merupakan biaya modal dan perlu diperhitungkan dalam keputusan investasi. Biaya Modal merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka mendapatkan sumber dana. Jadi, sebisa mungkin meminimalkan biaya modal kita supaya tidak menjadi beban yang memberatkan usaha. Salam Sukses.
Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.