Cara Jadi UMKM Binaan Bank Indonesia - Sahabat Wirausaha, kita tentu masih mengingat bagaimana kondisi perekonomian Indonesia hingga dunia ketika pandemi Covid-19 menerjang pada 2020-2022 silam. Ada banyak sekali bisnis yang terpaksa gulung tikar, inflasi tidak terkendali, hingga akhirnya memicu lahirnya gelombang besar para pengangguran. Indonesia pun meskipun tidak sampai resesi, sempat mengalami pertumbuhan ekonomi negatif.
Salah satu sektor yang mengalami hantaman sangat kuat karena wabah corona adalah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Hanya saja yang menarik, sektor ini pula yang mengalami pemulihan tercepat. Tak heran kalau akhirnya BI (Bank Indonesia) selaku bank sentral memperhatikan betul sektor ini dengan melakukan pemberdayaan bagi pelaku UMKM. Lantas, seperti apa sih cara jadi UMKM binaan Bank Indonesia? Simak terus artikelnya berikut ini.
Terhantam Pandemi, UMKM Tetap Jadi Tulang Punggung Ekonomi
Berdasarkan data dari Kemenkop UMKM seperti dilansir Liputan6, pada tahun 2018 jumlah pelaku UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta atau bahkan mendominasi hingga 99,99% dari total pelaku usaha di Tanah Air. Dari jumlah itu, Katadata mengungkapkan hingga tahun 2021, 63,96 juta unit merupakan pelaku usaha mikro.
Sedangkan sisanya masing-masing terbagi menjadi 193.959 unit untuk usaha kecil, 44.728 unit untuk usaha menengah, dan 5.550 unit untuk usaha skala besar. Dengan jumlah yang sangat besar pada UMKM kelas mikro, tak heran kalau sektor ini mampu menyerap daya tenaga kerja tertinggi yakni hingga 117 juta pekerja.
Sumber foto: Alkhabaar
Jumlah itu rupanya merupakan 97% dari total tenaga kerja dunia usaha di Indonesia, sehingga menjadi UMKM sebagai salah satu pilar ekonomi yang penting. Sejalan dengan jumlah unit usaha dan tenaga kerja melimpah, PDB (Produk Domestik Bruto) yang dihasilkan sektor UMKM mencapai 61,1% dari total PDB Indonesia. Sebuah pencapaian istimewa karena lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan raksasa.
Baca Juga: Cara Menentukan Segmentasi Pasar untuk Maksimalkan Keuntungan, Pelajari Informasi Penting Ini
Kendati begitu, seperti layaknya perekonomian saat pandemi, UMKM juga mengalami gejolak yang sangat hebat dan tidak sedikit yang harus gulung tikar. Sadar kalau sektor ini merupakan salah satu pilar perekonomian terpenting di Indonesia, pemerintah pun meluncurkan program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) pada tahun 2020 dan 2021.
Setidaknya ada gelontoran dana sebesar Rp112,84 triliun di tahun 2020 dan Rp121,9 triliun yang disalurkan ke lebih dari 30 juta pelaku UMKM di seluruh negeri. Hasilnya? Secara berangsur-angsur program PEN ini mampu memperbaiki kesejahteraan pelaku UMKM. Tak heran kalau akhirnya di tahun 2022 saja, ada penambahan 8.71 juta unit UMKM.
Menyadari posisi UMKM yang begitu kuat dan tetap mampu menopang perekonomian nasional, BI ikut terlibat dalam pengembangan UMKM karena sesuai dengan tujuan tunggal mereka. Di mana menurut Maya Indriatika, analis senior FPPUKIS BI Jateng, pengembangan UMKM selaras dengan keinginan BI untuk senantiasa menjaga kestabilan rupiah terhadap harga barang.
Karena ketika para pelaku UMKM ini mendapat pembinaan untuk pembenahan dan penguatan bisnis, maka mereka akan bisa kembali membuka angkatan-angkatan kerja baru dan akhirnya menggerakkan perekonomian nasional dari hulu hingga hilir. Untuk melakukan pembinaan itu secara tepat, BI pun terlibat dengan berbagai pihak.
Elsya MS Chani selaku Kepala Grup Pengembangan UMKM & Keuangan Inklusif BI kepada Antara menjelaskan jika BI lakukan sinergi dengan kementerian, lembaga, industri, pemerintah daerah dan perwakilan BI untuk program pengembangan UMKM hingga berujung pada gelaran Karya Kreatif Indonesia (KKI).
Lantas seperti apa cara jadi UMKM binaan Bank Indonesia? Simak terus kelanjutan artikelnya hingga selesai.
Tiga Fokus Utama BI dalam Mengembangkan UMKM Binaan
Menurut Perry Warjiyo selaku Gubernur BI, 80% dari 65,5 juta pelaku UMKM adalah para perempuan dengan status Ibu yang memang bekerja demi kesejahteraan keluarga. Hanya saja para pelaku UMKM itu kadang menghadapi dilema soal harga jual yang terlalu rendah sehingga membuat BI berniat untuk mengembangkan kualitas produk para pelaku UMKM yang mereka bina.
Demi mewujudkan hal tersebut, ada tiga hal utama yang menjadi fokus utama pengembangan UMKM oleh BI yakni:
1. Korporatisasi
Dalam penjelasan Maya, korporatisasi merupakan hal pertama yang dilakukan BI kepada para pelaku UMKM binaan mereka. Maksud dari korporatisasi ini adalah bagaimana pebisnis UMKM ini didorong untuk terus mengembangkan bisnis mereka hingga menjadi sebuah lembaga yang kuat dan pastinya memiliki legalitas yang bisa dipercaya.
Peningkatan status ini akhirnya akan membuat produk yang dihasilkan oleh para pelaku UMKM itu mampu menjamah pangsa pasar lebih luas, termasuk skala ekspor. Imbasnya, bisnis UMKM yang sudah melewati tahapan pembinaan korporatisasi akan mampu meningkatkan omzet dan akhirnya menambah kesejahteraan para pelaku dan tenaga kerja yang terlibat di dalamnya.
Baca Juga: YCAB Foundation : Mengentaskan Kemiskinan Lewat Pembinaan Ultra Mikro
2. Pembiayaan
Seperti yang sudah diketahui banyak orang, modal merupakan salah satu masalah utama UMKM sehingga membuat mereka kesulitan mengembangkan bisnis. Karena itulah seluruh UMKM binaan BI ini mendapatkan fasilitas pembiayaan secara efektif demi meningkatkan pendapatan usaha mereka. Tentunya untuk urusan pembiayaan ini, BI mengawasi dengan cukup ketat.
3. Kapasitas
Selain kedua hal yang sudah disebutkan sebelumnya, tahapan kapasitas juga menjadi salah satu fokus dari BI yang diterapkan pada UMKM binaan mereka. Maksud dari kapasitas di sini adalah BI senantiasa mendorong pengembangan skala usaha UMKM lewat sejumlah pendampingan, pelatihan, pengarahan hingga pembesaran bisnis supaya mampu mencapai pasar luar negeri.
Demi mewujudkan tiga pilar itu, BI akhirnya membagi empat kategori pelaku UMKM yang akan mereka bina mulai dri UMKM subsistem, UMKM potensial, UMKM sukses dan UMKM ekspor.
“Jadi contoh UMKM subsistem itu memang mereka yang skala bisnisnya masih benar-benar kecil dan tak ada standar kontrol. Contohnya seperti penjual siomay pinggiran itu. Jika mereka jadi UMKM binaan BI, tentu kami akan membantu pendampingan supaya bisa segera naik kelas jadi UMKM ekspor,” beber Maya.
Inilah Cara Jadi UMKM Binaan Bank Indonesia
Melihat penjelasan sebelumnya, terungkap kalau BI membagi empat jenis skala bisnis UMKM yang hendak mereka bina. Tentu ini jadi kabar baik bagi Sahabat Wirausaha untuk bisa terlibat dalam program pembinaan BI. Lantas bagaimana cara jadi UMKM binaan Bank Indonesia itu sendiri? Menurut Maya, setidaknya ada dua cara yang dapat dilakukan yakni:
1. Ikut Kurasi UMKM Rutin
Hal pertama sekaligus cara paling mudah agar bisa jadi UMKM binaan BI adalah dengan ikut dalam kurasi yang rutin dilakukan. Dalam penjelasan Maya, BI setidaknya melakukan kurasi sebanyak 1-2 kali dalam setahun. Di mana kurasi ini bertujuan untuk menyaring UMKM-UMKM potensial yang ada di sekitar wilayah kerja.
Demi mempermudah para pebisnis UMKM, pihak BI biasanya juga membagikan tautan resmi berisi cara jadi UMKM binaan Bank Indonesia dengan lolos tahapan awal, hingga menyebarkannya di grup-grup WhatsApp. Kenapa begitu? Karena saat ini gaya hidup serba online bisa ditemukan dengan mudah di Indonesia tak peduli batas usia atau lulusan pendidikan.
Baca Juga: Rahida Cookies, Menjadi Binaan Bank Indonesia Hingga Ikut Trade Expo Internasional
2. Sinergi dengan Lembaga Terkait
Selain mencari informasi adanya kurasi rutin, Sahabat Wirausaha juga bisa mencermati langkah-langkah sinergi yang dilakukan oleh BI supaya lolos jadi UMKM binaan mereka. Misalnya, kalian berjualan produk sambal olahan siap santap, maka mengenalkan produk pada Kementerian Perdagangan cukup menjanjikan.
Di mana BI sudah seringkali menyebutkan kalau kementeriaan, instansi terkait hingga pemerintah daerah merupakan mitra mereka dalam berbagai program, termasuk UMKM binaan. Sehingga peluang produk kalian menjadi referensi pada berbagai pertemuan dan memperbesar kemungkinan jadi UMKM binaan.
3. Terlibat dalam Klaster UMKM
Hal terakhir yang diungkapkan Maya untuk bisa jadi UMKM binaan BI adalah sering-sering terlibat dalam klaster. Dalam program klaster ini nantinya akan ada cukup banyak pelaku UMKM yang mayoritas berada di level subsistem atau potensial. Untuk mempermudah klaster UMKM ini, pembinaan serius dilakukan oleh Marketing Mikro alias Mantri di tiap-tiap daerah.
Seperti dilansir Kontan, para Mantri ini akan memegang ratusan nasabah pelaku UMKM di dalam satu klaster. Tak hanya menjual produk, para Mantri berperan aktif dalam membantu segala kebutuhan usaha klasternya mulai dari segi perbankan hingga penyuluh digital bagi seluruh anggotanya. Nanti dari satu klaster itu akan ada UMKM berpotensi untuk menjadi binaan BI secara eksklusif.
Ke depannya para pelaku UMKM ini memang senantiasa didorong untuk bisa merambah pasar ekspor. Bahkan menurut Maya dari 312 UMKM binaan BI di Jawa Tengah, 75 di antaranya sudah memiliki potensi ekspor menjanjikan. Tentu untuk menjadi UMKM ekspor ada banyak hal yang dilalui lewat sejumlah kurasi ketat.
“Tidak banyak yang tahu kalau untuk menjadi UMKM ekspor itu tak hanya memiliki produk yang siap dijual di luar negeri. Tapi di dalamnya harus ada standarisasi untuk SDM (Sumber Daya Manusia), lingkungan sekitar, perkara modal hingga sertifikasi usaha yang semuanya akan didampingi BI kepada para pelaku UMKM binaan terpilih,” tutup Maya.
Tak heran kalau akhirnya ribuan UMKM binaan BI memang sudah mampu naik kelas dalam berbagai sisi sehingga mampu menembus pasar global. Untuk UMKM di Jawa Tengah bahkan sampai merambah Jepang (makanan sehat), Singapura (craft) hingga benua Eropa (fashion).
Nah, bagaimana Sahabat Wirausaha? Cukup menarik bukan mempelajari cara jadi UMKM binaan Bank Indonesia? Untuk itulah jika kalian tertarik, bisa mempelajari sejumlah cara dan menerapkannya kelak. Terus semangat berwirausaha!
Jika tulisan ini bermanfaat , silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM.