Pada bulan Juli 2021, Pak Adam mencatatkan produksi sebanyak 100 keripik. Akan tetapi, Pak Adam mengalami kebingungan, apakah jumlah produk ini sudah menghasilkan keuntungan atau tidak. Kondisi yang dihadapi Pak Adam, mungkin pernah dialami oleh Sahabat Wirausaha juga.

Menariknya, terdapat satu alat analisis keuangan yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi keuntungan, yaitu break even analysis. Alat ukur saat ini sangat bermanfaat karena dapat membantu Sahabat Wirausaha untuk melihat secara sepintas, berapakah jumlah produksi yang dibutuhkan untuk menutupi biaya produksi, atau bahkan memperoleh keuntungan.

Baca Juga: Tips Mudah Bikin Laporan Keuangan Dengan Aplikasi Digital


Definisi

Break even sendiri secara bahasa berarti kondisi impas. Dalam analisa break even, Sahabat Wirausaha perlu mengidentifikasi sebuah kondisi yang menghasilkan kondisi impas antara biaya dan pendapatan. Bentuk analisa yang sering dilakukan adalah dengan menghitung break even point.

Break even point adalah jumlah kuantitas output yang harus dijual dimana total pendapatan dan total biaya, dimana keuntungan yang dihasilkan adalah nol rupiah. Nilai break even dapat membantu Sahabat Wirausaha dalam mengidentifikasi kuantitas minimum untuk setidaknya tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain, apabila Sahabat Wirausaha ingin memperoleh keuntungan, produk yang terjual harus lebih banyak dari nilai pada break even point.

Baca Juga: Apa itu Capital?

Pada dasarnya, break even mencoba mengukur seberapa mampu kita menutupi biaya tetap atau fixed cost dengan pendapatan yang sudah dikurangi dengan biaya variabel. Seperti yang Sahabat Wirausaha tahu, pendapatan akan selalu meningkat seiring bertambahnya kuantitas.

Terdapat dua jenis biaya, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel memiliki karakteristik yang mirip dengan pendapatan dimana ia akan meningkat seiring meningkatnya kuantitas.

Adapun biaya tetap akan bersifat konstan. Semakin besar kuantitas, selisih dari pendapatan dikurangi biaya variabel akan menghasilkan keuntungan yang semakin banyak. Selisih ini yang kemudian digunakan untuk menutupi biaya tetap dari produksi yang dilakukan. Apabila selisih tersebut lebih besar dari total biaya tetap, maka Sahabat Wirausaha akan menghasilkan keuntungan. Break even point sendiri adalah titik dimana total selisih pendapatan dan biaya variabel sama dengan total biaya tetap.

Baca Juga: Pengertian Biaya Administrasi

Perlu dicatat juga, break even point memiliki beberapa versi perhitungan. Apabila kita ingin menghitung operating breakeven point maka berarti kita hanya mencari kuantitas yang akan menghasilkan pendapatan operasional sama dengan nol. Apabila kita ingin mencari net income break even point maka Sahabat Wirausaha perlu mencari kuantitas yang akan menghasilkan laba bersih sama dengan nol. Selain itu, ada pula beberapa jenis breakeven lain yang tidak dapat dijelaskan satu per satu. Meskipun begitu, Sahabat Wirausaha akan lebih baik berfokus pada operating breakeven dimana perhitungan ini lebih sesuai untuk UMKM.


Cara dan Contoh Menghitung Break Even

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, Sahabat Wirausaha akan berfokus pada operating break even point dimana kita akan menghitung berapa kuantitas yang akan menghasilkan pendapatan operasional sama dengan nol. Untuk melakukan itu, Sahabat Wirausaha dapat menggunakan formula berikut:

Break Even point = Biaya tetap / (Harga satuan produk - Biaya variabel per produk)

Sebagai contoh, Pak Adam menjual keripiknya dengan harga 20 ribu rupiah untuk satu kemasan. Biaya variabel yang dihabiskan untuk membeli bahan baku adalah sebesar 15 ribu untuk satu kemasan. Jika diketahui, biaya tetap dari produksi keripik Pak Adam dalam satu bulan adalah 500 ribu rupiah, maka kuantitas yang harus dipenuhi, atau break event point-nya adalah sebesar:

Break Even point = 500,000 / (20,000 - 15,000) = 100 kemasan

Berdasarkan hasil tersebut, Pak Adam harus memproduksi 100 kemasan untuk setidaknya tidak mengalami kerugian. Apabila Pak Adam ingin mendapatkan keuntungan, maka ia harus memproduksi lebih dari 100 kemasan tersebut.

Dengan menggunakan formula ini, semoga Sahabat Wirausaha dapat menilai lebih lanjut kuantitas yang dibutuhkan dalam kegiatan bisnis.

Baca Juga: Apa itu Accrued Expense?