Sahabat Wirausaha mungkin pernah berpikir, bahwa ide usaha itu sering kali bisa muncul saat kita dihadapkan dengan suatu masalah. Baik itu permasalahan yang sedang dihadapi sendiri, teman, atau keluarga. 

Memang perlu kejernihan pikiran untuk melihat sebuah masalah menjadi peluang bisnis. Hal ini pula yang dialami oleh Resi Putri Rahmawati S.Ak., yang membangun bisnis olahan cabai. Simak kisah Resi, seorang wirausaha dari di Desa Margaluyu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berikut ini. Bagaimana dia mulai menemukan ide, melihat peluang bisnis, hingga memasarkan produknya.


Awal Mula Ide Usaha D’Cabean

Ide bisnis D’Cabean bermula saat suami Resi Putri Rahmawati S.Ak., owner D’Cabean merugi pada 2022. Suami, Resi berprofesi sebagai petani. Saat itu sang suami menanam cabai di kebun. Sayangnya, ketika waktu panen tiba, harga cabai anjlok sehingga suaminya mengalami kerugian.  

Dari kejadian itu, akhirnya Resi berpikir bagaimana untuk meminimalkan risiko kerugian sang suami. Diversifikasi olahan cabai menjadi pilihan untuk mengatasi permasalahan itu. Apalagi fluktuasi harga cabai sudah umum terjadi. 

Berawal dari situ, Resi membuat aneka olahan cabai dengan brand D’Cabean pada November 2022. Saat itu, Resi mengaku masih awam untuk mengolah cabai. Namun, Resi melihat peluang diversifikasi olahan cabai masih sangat besar. Apalagi di era digital pasar terbentang begitu luas, tidak terbatas oleh lokasi geografis. Saat ini nyaris setiap daerah bisa dijangkau. 

Persoalan pengiriman juga sudah banyak yang menyediakan jasa pengiriman ke seluruh antero negeri ini. Alasan itu yang membuat Resi kian mantap terjun di bisnis olahan cabai. Apalagi cabai merupakan kebutuhan pokok. Mengingat mayoritas masyarakat Indonesia menyukai masakan-masakan pedas. Dengan begitu peluang bisnis olahan cabai begitu besar.

Baca Juga: Citarasa Sambal Minang Dalam Semangkuk Sambal Lauk Mak Fau


Perjalanan Usaha D’Cabean

Resi mulai mencari informasi dan belajar membuat olahan cabai. Sambal siap saji menjadi pilihannya. Dalam bisnisnya, Resi mengutamakan kualitas dari produk buatannya. Untuk itu, berbagai proses harus ia lalui. Mulai dari pemilihan bahan baku, pengujian rasa, pengemasan, hingga ketahanan sambal itu sendiri. “Saya pilih  cabai yang bagus dan segar,” kata Resi. 

Ia enggan menggunakan cabai busuk atau kurang layak karena bisa menurunkan kualitas produk. Baginya, memberikan produk dengan kualitas terbaik menjadi prioritas utamanya. Produk yang berkualitas dan sehat menjadi nilai yang ditonjolkan. Resi ingin para konsumennya bisa loyal untuk membeli produk yang dijualnya. Dalam tanda kutip, Resi ingin membangun bisnis ini untuk jangka panjang.

Selain selektif dalam pemilihan bahan baku, Sarjana Akuntansi, Universitas Djuanda Bogor, itu juga melakukan pengujian terhadap daya tahan (penyimpanan) sambal produksinya. Ia terus belajar dan membaca jurnal atau sumber informasi online tentang bagaimana cara agar sambal memiliki waktu simpan lama dan kualitas rasa masih enak. Akhirnya, Resi menemukan jawabannya yaitu dengan mengoptimalkan proses saat memasak dan cara pengemasan. “Sambal digoreng satu jam, dengan begitu tidak  cepat basi,” tutur Resi. 

Setelah itu, Resi meniriskan dan menunggu sambal dalam kondisi dingin. Saat pengemasan dilakukan ketika sambal masih panas, tentu berisiko membawa uap, dan membuat sambal cepat basi. Resi tidak menggunakan bahan pengawet pada sambalnya. Produk sehat menjadi suatu hal yang ditawarkannya pada konsumen.  Sambal D’Cabean kreasi Resi bisa bertahan 5 hari pada suhu ruang. Sementara, jika disimpan di lemari pendingin bisa bertahan sampai 1 bulan. 


Pengembangan Varian Produk Olahan Cabai

Resi mengemas sambal D’Cabean dengan kemasan 150 ml. Hingga saat ini, ia memiliki lima varian sambal. Diantaranya sambal teri rawit, sambal rebon rawit, sambal cumi cabe ijo, sambal petai rawit, dan sambal cumi rawit. Resi menjual sambal D’Cabean dengan harga Rp30 ribu per kemasan. Saban bulan, Resi mampu memproduksi 250 toples (kemasan) sambal D’Cabean. Produksi itu setara dengan 20 sampai 25 kilogram cabai segar sebagai bahan baku.

Produk lain kreasi D’Cabean adalah basreng (bakso goreng) sambal geprek, basreng sambal seblak, basreng original. Adapun untuk harga produk basreng ini Rp15 ribu. Saat ini, resi juga tengah mengembangkan produk baru, seperti minyak cabai (chili oil). Namun, hal itu baru sampai tahap pengujian, belum dipasarkan. Setelah, pembuatan minyak cabai itu berhasil, ke depan Resi juga akan mencoba membuat serbuk cabai.

Baca Juga: The Sambyarr, Rahasia Resep Sambal Ambyar Buatan Ibu


Strategi Pemasaran D’Cabean

Pemasaran produk D’Cabean melalui online dan offline. Resi menggunakan media sosial seperti instagram dengan akun @Sambal.dcabean dan WhatsApp Bisnis. Selain itu, ia juga memasarkan produk melalui toko online seperti shopee. 

Untuk pemasaran offline, Resi sering ikut pameran yang diadakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Untuk penjualan, selain perorangan, D’Cabean juga sering mendapat pesanan dari beberapa lembaga pemerintah. Menurut Resi, penjualan paling tinggi terjadi pada saat Ramadhan 2023. Penjualan sambal mencapai hingga 500 toples banyaknya.


Tantangan Usaha D’Cabean Harus Sabar

Menurut Resi tantangan D’Cabean adalah saat awal-awal merintis usaha, dimana ia harus mencari cara untuk menyajikan sambal berkualitas. Apalagi saat proses trial and error ketika membuat produk-produk baru. Resi harus bersabar, sampai akhirnya kesabaran itu dibayar tuntas oleh produknya yang pelan-pelan mulai diminati konsumen. 

Pemasaran pun, juga menurutnya menjadi sebuah tantangan tersendiri. Sebab, ia harus bisa mengemas tampilan produk agar konsumen tertarik. Salah satunya dengan cara pengambilan foto produk.


Kesimpulan

Sejatinya peluang bisnis diversifikasi olahan cabai masih sangat besar di Indonesia. Mengingat mayoritas masyarakat Indonesia memiliki selera masakan pedas. Usaha D’Cabean sangat jeli melihat peluang bisnis ini. Apalagi dengan kehadiran sambal D’Cabean, konsumen dengan segala kesibukannya tentu terbantu. 

Sebab, mereka tidak perlu membeli, menggoreng cabai ketika ingin makan dengan sambal. Meskipun, tantangan untuk mengenalkan diversifikasi olahan cabai pada masyarakat juga tidak mudah dan perlu waktu. Apalagi masyarakat Indonesia yang umumnya terbiasa mengonsumsi aneka makanan yang segar.

Nah, Sahabat Wirausaha tidak perlu khawatir. Setiap usaha ada tantangan dan solusinya. Oleh karena itu jangan takut untuk memulai bisnis. Saat Sahabat Wirausaha memutuskan untuk menjalankan suatu usaha, itu setidaknya sudah satu langkah lebih maju dibandingkan yang belum menjalankan. 

Namun, yang harus digaris bawahi setiap perjalanan bisnis ada pembelajaran, dan pengalaman demi pengalaman yang terus dirajut untuk mengukir sebuah kesuksesan di masa depan. 

Tetap semangat bagi semua Sahabat Wirausaha dimanapun berada. Terus berkumpul dengan orang-orang yang sedang berjuang di sektor usaha yang sedang dibangun atau orang-orang yang sudah sukses membangun usahanya. Karena dengan cara itu, asupan semangat berwirausaha akan terus bergelora dan tidak pernah padam. Sukses dan sehat selalu untuk semuanya!

Baca Juga: Prospek Usaha Sambal


Kontak D’Cabean

Berikut ini saya sertakan kontak dari pemilik usaha D’Cabean. Jika mungkin berkeinginan untuk merasakan sensasi pedas produk D’Cabean atau bekerjasama dengan D’Cabean. Sahabat Wirausaha bisa langsung mengunjungi link di bawah ini.

Instagram: https://instagram.com/sambal.dcabean?igshid=MzRlODBiNWFlZA

Shopee:https://shopee.co.id/sambal.dcabean?fbclid=PAAaYgHlx-hoTxD-R7DudDGIEouLIFwElPfzNeDBvQuGHryjuj-yZCnOEja7g

Narasumber : Resi Putri Rahmawati S.Ak., owner D’Cabean.

Keterangan foto : 

Foto 1 : Resi Putri Rahmawati (tengah) saat ikut Bazar dengan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.

Foto 2  : Sambal teri rawit D’Cabean.